Accismus. Mengapa Kita Sering Berpura-pura Tidak Menginginkan Sesuatu yang Sebenarnya Kita Inginkan

Itulah yang disebut dengan accismus. Sebuah fenomena emosional yang jarang diketahui. Namun sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Logos IndonesiaKetika seseorang menawarkan bantuan, seringkali kita merespons dengan sebuah kalimat seperti, “Ah, tidak perlu repot-repot. Aku bisa melakukannya sendiri,” atau “Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik.” Namun, di balik ungkapan tersebut, seringkali kita sebenarnya sangat menginginkan, membutuhkan bantuan tersebut. Itulah yang disebut dengan accismus. Sebuah fenomena emosional yang jarang diketahui. Namun sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Accismus adalah saat kita secara sadar atau tidak sadar berpura-pura tidak menginginkan sesuatu yang sebenarnya kita inginkan. Fenomena ini melibatkan konflik antara keinginan sejati kita dan penolakan yang kita ungkapkan secara verbal atau non-verbal. Seolah-olah kita memainkan peran penolak. Sementara di dalam hati, kita berharap orang lain akan melihat melalui pretensi kita.

Mengapa Kita Sering Berpura-Pura Tidak Menginginkan Sesuatu Yang Sebenarnya Kita Inginkan?

 

 

Ada beberapa alasan psikologis yang mendasari fenomena ini. Pertama, ada rasa takut akan penolakan. Kita takut bahwa jika kita mengungkapkan keinginan kita secara langsung, maka orang lain mungkin menolak atau mengecewakan kita. Dengan berpura-pura tidak menginginkan sesuatu. Maka kita berharap orang lain akan menawarkan atau memberikan apa yang kita inginkan tanpa perlu menghadapi risiko penolakan.

Selain itu, accismus juga bisa muncul karena rasa tidak aman. Mungkin kita merasa tidak layak mendapatkan apa yang kita inginkan. Atau kita merasa tidak pantas untuk mendapat perhatian atau pujian. Dalam upaya untuk melindungi diri dari kemungkinan kegagalan atau kekecewaan. Kita berpura-pura tidak peduli atau tidak menginginkan sesuatu. Meskipun sebenarnya kita sangat menginginkannya.

Contoh kehidupan sehari-hari yang mencerminkan accismus sangat beragam. Misalnya, saat seorang teman menawarkan untuk membantu kita dengan tugas yang sulit. Kita mungkin merespons dengan, “Tidak, aku baik-baik saja,”. Padahal sebenarnya kita sangat membutuhkan bantuan tersebut. Atau ketika seseorang memberikan pujian atas prestasi kita. Maka kita mungkin menjawab dengan, “Oh, ini hanya kebetulan,” Padahal sebenarnya kita menginginkan pengakuan dan apresiasi yang lebih besar.

Penting Untuk Memahami Untuk Tidak Terus-Menerus Melakukan Accismus

Accismus, meskipun mungkin terasa sebagai cara untuk mengontrol situasi. Tapi sebenarnya tidak sehat atau produktif dalam jangka panjang. Terus memendam keinginan sejati dan tidak mengungkapkannya secara jujur dapat menghambat dirimu untuk berkembang lebih baik. Tentu saja hal ini juga mempengaruhi hubungan dengan orang lain dan menghambat pencapaian tujuan.

Ketika kita terus berpura-pura tidak menginginkan sesuatu yang sebenarnya kita inginkan. Maka kita menutupi keinginan kita dengan lapisan kedustaan. Kita mungkin berpikir bahwa dengan melakukan ini. Maka kita dapat mengendalikan situasi atau melindungi diri kita dari penolakan. Namun, akibatnya adalah kita membatasi diri kita dalam mengambil risiko, berkembang, dan mencapai tujuan kita.

Accismus juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal kita. Ketika kita terus-menerus berpura-pura tidak peduli atau tidak menginginkan sesuatu. Kita dapat menutup pintu untuk mendapatkan dukungan, bantuan atau hubungan yang lebih intim dengan orang lain. Dalam upaya untuk mempertahankan citra diri atau menghindari penolakan. Maka kita mungkin menolak tawaran atau bantuan yang sebenarnya kita butuhkan. Hal ini dapat menyebabkan isolasi dan membuat orang lain sulit untuk benar-benar mengenal kita.

Selain itu, accismus juga dapat menghambat pencapaian tujuan kita. Dengan berpura-pura tidak menginginkan sesuatu yang sebenarnya kita inginkan. Kita melewatkan peluang dan menghambat kemajuan kita. Kita mungkin tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai apa yang kita inginka. Karena kita takut atau merasa tidak layak. Akibatnya, kita terjebak dalam pola pikir yang stagnan dan kesempatan yang berharga terlewat begitu saja.

Bagaimana Cara Kita Mengontrol Bersikap Accismus Secara Sehat?

Untuk mengatasi accismus, kita perlu mengenali bahwa berpura-pura tidak menginginkan sesuatu hanya akan membatasi diri kita sendiri. Penting untuk menghadapi ketakutan dan ketidaknyamanan yang muncul. Mulailah dengan mengakui keinginan dan kebutuhan kita secara jujur kepada diri sendiri. Kemudian, dengan penuh keberanian, kita dapat mengungkapkan keinginan kita secara terbuka kepada orang lain.

Dalam proses ini, penting untuk membangun rasa percaya diri dan menghargai diri sendiri. Pahami bahwa mengungkapkan keinginan sejati adalah langkah yang penting untuk mengontrol accismus secara lebih sehat. Kemudian kamu juga bisa membangun hubungan dengan orang lain dengan lebih memperlihatkan sisi dirimu sendiri dengan jujur.

Proses ini mungkin tidak mudah dan membutuhkan latihan. Namun, dengan melangkah keluar dari zona nyaman. Mengubah dirimu menjadi lebih jujur pada diri sendiri. Kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan mendapatkan kepuasan pribadi yang lebih besar. Dengan mengatasi accismus, kita memberikan kesempatan kepada diri kita sendiri untuk berkembang dan mencapai tujuan kita dengan lebih baik.

Jadi, penting untuk diingat bahwa accismus bukanlah bentuk pengendalian yang sehat atau produktif dalam jangka panjang. Dengan mengenali dan mengatasi accismus. Maka kita dapat membuka pintu bagi pertumbuhan pribadi yang lebih baik. Memperbaiki hubungan interpersonal, dan mencapai tujuan hidup dengan lebih sukses.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengapa Pelukan Memberikan Perasaan Damai saat Merasa Sedih?

Artikel oleh: Logos Indonesia.