Biografi Erikson: Pengembangan Teori Psikoanalisis

Erik Erikson merupakan tokoh psikologi yang mengembangkan pemikiran terhadap psikologi analisis milik Sigmund Freud.

Tokoh5103 Views

Logos Indonesia Dalam sejarah, Erikson tidak pernah berkuliah, sehingga Erikson tidak memiliki gelar di tingkat perguruan tinggi. Namun, banyak orang yang mengenalnya sebagai psychoanalisis, antropologi, psikohistoris dan pendidikan. Artinya, Erikson mampu menguasai semua bidang ilmu tersebut tanpa pernah memasuki bangku perkuliahan. Hanya dengan tekad yang tinggi, Ia mampu mempelajari semua bidang tersebut.
Erikson merupakan tokoh psikologi yang mengembangkan pemikiran terhadap psikologi analisis milik Freud. Karya pertamanya, yaitu buku berjudul “Childhood and Society” tahun 1950 menjadi karya terbaiknya. Karya pertamanya juga menghantarkan karir Erikson menjadi terkenal. Hal ini karena, Buku pertamanya mendapatkan penghargaan dari banyak orang atas pemikirannya yang imajinatif dan menjadi dasar dari teori kepribadian Pasca-Freudian.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Tokoh Psikologi Analisis, Carl Jung.

Dasar teori Erikson adalah psikologi analisis milik Freud. Namun antara Teori Freud dan Erikson tetap memiliki perbedaan. Jika Freud menekankan pada sisi biologis dalam menjelaskan perkembangan tahapan manusia. Erikson memasukan lebih dari sekedar faktor biologis. Erikson menambahkan pada faktor sosial dan historisnya.
Tahap perkembangan milik Freud terdiri dari usia sekolah, kemudian masa remaja, lalu dewasa dan di akhiri fase lanjut usia. Sedangkan tahap perkembangan milik Erikson terdapat delapan fase, yaitu merupakan pengembangan dari teori Freud. Tahapan perkembangan menurut Erikson yaitu, masa bayi, masa kanak-kanak, masa bermain, remaja, dewasa awal, dewasa akhir, dan lansia.
Kedelapam tahapan tersebut bersifat epigenetik. Artinya, jika tujuan dari tahapan sebelumnya tidak tercapai, maka tahapan selanjutnya tidak akan bisa tercapai juga. Pencapaian tujuan dari tahapan selanjutnya ini baru bisa terjadi, jika tahapan sebelumnya sudah berhasil. Jika dianalogikan, anak akan mulai belajar berlari jika sudah mampu berjalan. Namun, jika anak belum bisa berjalan. Maka, anak tersebut belum bisa berlari.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Alfred Adler: Karir & Pemikirannya

Beberapa perbedaan pandangan Freud dan Erikson adalah pemahaman terkait “ego” terhadap kepribadian yang sehat. Menurut Freud, ego harus bisa mengendalikan id, untuk menjadi kepribadian yang sehat. Namun padangan Erikson menganggap, ego merupakan kontrol terhadap diri sendiri yang memiliki kekuatan untuk beradaptasi dengan segala permasalahn yang ada. Kontribusi ego sangatlah besar menurut Erikson. Penekanan faktor sosial dan sejarah pada tahapan perkembangan di usia sekolah dan selanjutnya sangatlah dominan, dibandingkan faktor biologis. Berikut ini biografi dari Erikson dalam buku Feist, Feist & Roberts (2017).

Erik Erikson

Erik Erikson

Masa Kecil Erikson

Erikson lahir pada tanggal 15 Juni 1902 di Jerman. Ia di asuh oleh ibu kandung dan ayah tirinya. Walaupun Erikson kecil menanyakan keberadaan ayah kandungnya, ibunya tidak memberitaukannya. Pertanyaan inilah yang memicu Erikson untuk mencari tau sendiri kebenaran ayahnya. Erikson remaja melarikan diri dari rumahnya dan hidup berkelana sebagai seniman. Tindakan ini sebagai aksi protesnya terhadap ibunya yag tidak memberitahukan keberadaan ayah kandungnya. Namun, Erikson kembali ke rumah setelah 7 tahun berkelana mencari jati dirinya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Erich Fromm Teori Orang Yang Produktif.

Fakta uniknya adalah nama Erik Erikson yang kita kenal saat ini, bukanlah nama aslinya sejak lahir. Nama aslinya dari Erikson adalah Homburger. Erikson mengubah namanya setelah pindah ke Amerika untuk memulai hidup baru. Namun akibat rasa bersalahnya dengan identitas lamanya, akhirnya menjadi Erik Homburger Erikson. Sayangnya, seiring dengan waktu nama tengahnya menghilang dan menjadi Erik Erikson.

Awal Pertemuannya Dengan Psikoanalisis

Saat bekerja di sekolah milik Anna Freud sebagai guru. Erikson mulai mempelajari psikoanalisis Freud. Erikson sempat menjalani penanganan Freud berdasarkan pencarian jati dirinya dan identitas ayahnya. Disana jugalah, Erikson bertemu dengan Joan Serson dan menikahinya. Joan merupakan seorang guru, seniman, penari dan editor buku.
Hasil pernikahan Erikson dengan Joan memiliki 4 anak, yaitu Kai dan Sue berhasil dalam karir akademiknya, Joa menjadi seniman dan berkelana bebas seperti Erikson kecil. Sedangkan Neil, anak yang paling muda menderita downsyndrom.
Erikson berbohong kepada seluruh keluarganya bahwa adik mereka sudah meninggal sejak lahir. Tapi kenyataannya Neil tinggal di institusi anak berkebutuhan khusus. Sepertinya, Erikson mengalami krisis identitas pada usia dewasanya. Ia merasa tidak mampu merawat anak-anaknya. Perasaan bersalah itu, kemudian diatasinya dengan memberitahukan kepada semua anggota keluarga, bahwa mereka memiliki adik yang tidak pernah mereka lihat sama sekali. Namun, saat kebenaran terungkap. Neil sudah meninggal dunia di usia 20 tahun.

Erikson Hidup Berpindah-Pindah Tempat

Dalam sejarah, Erikson dan keluarganya berpindah-pindah tempat tinggal, akibat faham fasisime muncul di Eropa tahun 1933. Tempat tinggal pertama mereka adalah di Boston, Amerika. Tanpa memiliki sertifikasi profesi, Erikson bekerja di Massachusetts General Hospital, Harvard, Medical School, dan Harvard Psychological Clinic.
Pada tahun 1936 ia lebih memilih bekerja di Yale untuk fokus dengan penulisan bukunya. Setelah 2 tahun lebih, ia pindah lagi ke University of California di Berkeley. Kemudian pindah lagi ke California Utara untuk mempelajari orang-orang Yurok.
Pada tahun 1949, Erikson kembali tinggal di Massachusetts. Kemudian pada tahun 1960, Erikson kembai ke Harvard dan tinggal hingga wafat pada tanggal 12 Mei 1994 di usia 91 tahunnya.

Artikel oleh: Logos Indonesia

Comment