Eksperimen Guthrie-Horton: Cats In A Puzzle Box

Penelitian eksperimen Guthrie dan Horton yaitu Cats in a puzzle box. Setiap kucing menekan tuas dengan cara yang bervariasi.

Pendidikan, Tokoh2783 Views

Logos Indonesia Guthrie dan Horton melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan subjek penelitiannya kucing. Kucing yang dilibatkan dalam penelitian ini sangat banyak sehingga menghasilkan variasi Respon yang diberikan oleh kucing terhadap kotak teka-teki tersebut.

Penelitian eksperimen ini mirip seperti penelitian Thorndike. Hal ini karena kotak yang digunakan sama dengan kotak yang digunakan di penelitian eksperimen Thorndike dan subjek penelitiannya sama-sama kucing. Hanya saja, Thorndike hanya menggunakan satu kucing. Sedangkan dalam penelitian eksperimen Guthrie dan Horton menggunakan banyak kucing.

Hasil yang diberikan pun bervariasi tiap kucing dalam menyelesaikan teka-teki dari kotak tersebut. Namun pada intinya, para kucing tersebut mampu keluar dari kotak tersebut karena menekan tuas dalam kotak itu. Hanya satu cara agar para kucing tersebut mampu bebas dari kotak tersebut yaitu menekan tuas yang berada di dalam kotak.

Eksperimen Guthrie-Horton: Cats In A Puzzle Box

Penelitian Eksperimen Cats in a Puzzle Box (Guthrie dan Horton: 1946).
Penelitian Eksperimen Cats in a Puzzle Box (Guthrie dan Horton: 1946).

Guthrie dan Horton melakukan penelitian dengan kucing di dalam box. Box yang digunakan mirip seperti penelitian Thorndike. Percobaan ini dilakukan sebanyak sekitar 800 kali kucing berusaha melepaskan diri dari kotak teka-teki. Hasil dari observasi ini dipublikasikan dalam buku berjudul “Cats In A Puzzle Book”.

Mereka menggunakan banyak kucing dalam penelitian eksperimennya untuk melihat bagaimana setiap kucing belajar untuk keluar dari kotak. Ternyata hasilnya setiap kucing memiliki cara Yang berbeda-beda namun mampu keluar dari kotak teka-teki tersebut.

Respon yang dipelajari oleh hewan ketika keluar dari kotak teka-teki itu merupakan proses pengamatan dari kucing sebelumnya. Artinya, ketika berada di fase satu kucing mampu keluar dari kotak teka-teki tersebut. Maka kucing selanjutnya akan mampu keluar dari kotak teka-teki tersebut karena sudah mengamati kucing sebelumnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Ternyata Hewan Mampu Belajar Melalui Perilaku Imitatif Seperti Manusia.

Karena penelitian ini dilakukan sekitar 800 kali, maka kucing memberikan respon berulang ketika berada di kotak yang sama pada waktu yang berlainan. Respon berulang tersebut dinamakan stereotype behavior atau perilaku stereotip.

Contoh dari stereotype behavior pada penelitian kucing ini, yaitu ketika terdapat kucing A yang mampu menekan tuas dengan pantatnya, kucing B yang mampu menekan tuas dengan kepalanya, ataupun kucing C yang mampu menekan tuas dengan cakarnya. Terdapat sebuah tuas dalam kotak teka-teki dalam eksperimen ini. Di mana tuas itu harus ditekan agar kucing mampu keluar dari kotak tersebut.

Menurut Guthrie, setiap kucing yang mampu bebas dari kota memiliki caranya masing-masing merupakan perubahan yang mendadak dalam kondisi yang menstimulasi. Kondisi yang menstimulasi  berubah ini ketika seekor kucing mampu mendorong tuas dengan bagian tubuhnya. Karena saat mendorong tuas kotak tersebut menggunakan bagian tubuhnya mampu mengeluarkan dirinya dari kotak.

Baca Artikel Kami Lainnya: 4 Proses Belajar Observasional Dari Bandura.

Jadi, seperti kucing A yang menggunakan pantatnya untuk mendorong tuas. Ketika kucing itu menyadari bahwa perilaku tersebut mampu mengeluarkan dirinya dari kotak. Maka, mendorong tuas dengan pantat akan selalu diingatnya ketika berada di situasi yang sama. Hal ini sesuai dengan hukum kebaruan, di mana ketika seekor hewan ditempatkan pada kotak yang sama di waktu yang lain, maka hewan tersebut akan merespon dengan cara yang sama.

Setelah kucing bebas dari kotak teka-teki tersebut, Guthrie dan Horton mengamati bahwa kebanyakan kucinng akan mengabaikan ikan di luar kota. Ketika Guthrie dan Horton memberikan ikan kepada kucing yang bebas dari kota, kucing tersebut lebih sering mengabaikan ikan tersebut. Walaupun seperti yang kita ketahui, ikan merupakan salah satu penguat perilaku bagi kucing.

Namun Walaupun kucing tersebut telah mengabaikan ikan sebagai objek penguatnya. Hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan kucing untuk mampu keluar dari kotak teka-teki tersebut. Para kucing bahkan mampu keluar dari kotak teka-teki itu dengan mudah tanpa adanya objek penguat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Edward Thorndike Dan Eksperimen Kucing Di Dalam Kotak.

Berdasarkan observasi eksperimen kucing ini, Guthrie dan Horton memperkuat keyakinannya bahwa penguatan hanya sebagai aransemen mekanis untuk mencegah terjadinya unlerning. Guthrie menyimpulkan Setiap kejadian dengan adanya Respon yang diinginkan akan mengubah kondisi stimulasi dan mempertahankan respon di dalam kondisi stimulasi tersebut.

Itulah penelitian Guthrie dan Horton tentang kucing di dalam kotak puzzle. Menjelaskan bahwa muatan hanyalah aransemen mekanistik untuk mencegah unlerning. Hasil penelitian ini juga dapat diterapkan bagi manusia dalam memahami situasi permasalahan.

Ketika kamu memahami bahwa cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan adalah hal tersebut. Maka tanpa diperlukan penguatan, kamu akan melakukan solusi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang sama. Karena kamu tahu bahwa cara tersebut efektif untuk menyelesaikan masalah.

Sumber: Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment