Kenali Jenis-Jenis Parafilia

Kenali jenis-jenis parafilia, sebagai fantasi seksual yang tidak lazim. Salah satu jenis parafilia adalah fetis dan pedofil.

Klinis1757 Views

Logos Indonesia Parafilia adalah kondisi ketika seseorang merasa terangsang secara seksual oleh objek atau situasi yang tidak lazim atau tidak biasa. Contoh dari parafilia termasuk fetisisme (terangsang oleh objek tertentu seperti sepatu atau kain), voyeurisme (terangsang oleh melihat orang lain melakukan aktivitas seksual), dan sadisme/masokisme (terangsang oleh menyakiti atau disakiti secara seksual). 

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Itu Parafilia? Fantasi Seksual Yang Tidak Lazim.

Parafilia dapat menjadi masalah jika menyebabkan distress atau gangguan dalam kehidupan seseorang. Atau jika melibatkan tindakan ilegal atau tidak etis. Berikut ini adalah jenis-jenis parafilia.

Fetish

Fetish atau fetisisme adalah preferensi seksual seseorang yang melibatkan objek atau bagian tubuh tertentu yang tidak umum. Seperti kaki, pakaian dalam, sepatu, atau peralatan medis. Individu dengan fetisisme mungkin merasa terangsang secara seksual oleh objek atau bagian tubuh tertentu. Ddan sering kali membutuhkan objek atau situasi tertentu untuk memuaskan hasrat seksual mereka. Meskipun fetisisme bisa menjadi preferensi seksual yang tidak umum, dalam banyak kasus, tidak menimbulkan masalah dan dapat menjadi bagian dari kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan. Namun, ketika fetisisme menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau merugikan diri sendiri atau orang lain, itu bisa menjadi tanda dari parafilia.

Fetisisme Transvestik

Fetisisme transvestik (transvestic fetishism) adalah salah satu jenis fetisisme di mana seseorang merasa terangsang secara seksual oleh pakaian lawan jenis. Atau penampilan yang bertentangan dengan gender yang mereka identifikasi sebagai diri mereka sendiri. Individu dengan fetisisme transvestik dapat merasa terangsang oleh pakaian dalam atau pakaian luar seperti rok, baju, atau lingerie, dan mungkin juga merasa terangsang oleh aksesori seperti sepatu atau wig.

Fetisisme transvestik kadang-kadang disalah artikan dengan transeksual atau transgender, tetapi sebenarnya itu adalah kondisi yang berbeda. Transeksual dan transgender mengidentifikasi diri mereka sebagai gender yang berbeda dari gender yang ditetapkan oleh alat kelamin mereka, sedangkan individu dengan fetisisme transvestik biasanya masih mengidentifikasi diri mereka sebagai gender yang sama dengan alat kelamin mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Pelecehan Seksual Pada Anak Dan Pencegahannya.

Meskipun fetisisme transvestik bisa menjadi preferensi seksual yang tidak umum, dalam banyak kasus tidak menimbulkan masalah dan dapat menjadi bagian dari kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan. Namun, ketika fetisisme transvestik menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau merugikan diri sendiri atau orang lain, itu bisa menjadi tanda dari parafilia.

Pedofil

Pedofil dan incest adalah dua hal yang berbeda tetapi seringkali dikaitkan karena keduanya melibatkan perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak sesuai dengan norma sosial. Hal ini mengindikasikan terdapat hasrat seksual terhadap anak-anak yang belum dewasa atau belum mencapai usia pubertas. Seorang pedofil dapat merasa terangsang secara seksual oleh anak-anak dan dapat merasa dorongan untuk melakukan perilaku seksual pada anak-anak tersebut. Pedofilia dianggap sebagai gangguan mental dan kriminal di banyak negara, karena melibatkan tindakan yang merugikan dan melukai anak-anak.

Sementara itu, incest adalah tindakan melakukan hubungan seksual dengan anggota keluarga dekat, seperti ayah, ibu, saudara kandung, atau saudara tiri. Incest dianggap sebagai tindakan kejahatan dan melanggar norma sosial serta undang-undang di banyak negara.

Keduanya, pedofil dan incest, sangat merugikan bagi korbannya dan dapat menyebabkan trauma dan kerusakan psikologis yang serius. Oleh karena itu, penting untuk menghindari perilaku ini dan jika seseorang memiliki kecenderungan atau pikiran mengenai perilaku tersebut. Ia harus mencari bantuan profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Eksibisionisme

Exhibitionism atau eksibisionisme adalah preferensi seksual yang melibatkan dorongan untuk memamerkan alat kelamin atau perilaku seksual kepada orang lain tanpa persetujuan mereka. Individu dengan eksibisionisme sering kali merasa terangsang oleh pemikiran memperlihatkan diri mereka secara terbuka. Atau dengan melakukan tindakan seksual di depan orang yang tidak mengetahuinya atau tidak memberikan izin.

Eksibisionisme dianggap sebagai gangguan mental dan perilaku yang merugikan. Karena melanggar norma sosial dan dapat menyebabkan kerugian psikologis pada korban. Terutama ketika melakukan tindakan tersebut tanpa persetujuan mereka. Eksibisionisme juga dapat menyebabkan pelaku terkena tuntutan hukum jika mereka terbukti melakukan tindakan eksibisionis tanpa izin dari pihak yang bersangkutan.

Jika seseorang mengalami dorongan eksibisionis yang merugikan dan memengaruhi kehidupan sehari-harinya. Penting untuk mencari bantuan profesional untuk menangani masalah tersebut, seperti psikoterapi atau konseling.

Voyeurisme

Voyeurism atau voyeurisme adalah preferensi seksual yang melibatkan dorongan untuk memperhatikan atau menyaksikan kegiatan seksual orang lain secara diam-diam atau rahasia. Biasanya, orang yang mengalami voyeurisme merasa terangsang dan mendapatkan kepuasan seksual dari menyaksikan orang lain melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka.

Voyeurisme dianggap sebagai bentuk parafilia atau gangguan seksual dan dapat menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal. Serta menyebabkan kerugian psikologis pada korban yang tidak menyadari bahwa mereka sedang diawasi. Meskipun voyeurisme bisa menjadi preferensi seksual yang tidak umum. Dalam banyak kasus tidak menimbulkan masalah dan dapat menjadi bagian dari kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Fakta Dan Mitos Tentang Fetis.

Namun, jika perilaku voyeuristik tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari atau merugikan diri sendiri atau orang lain. Maka perlu dicari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mengatasi masalah tersebut.

Artikel oleh: Logos Indonesia.