Mengenal Bahaya Emotional Invalidation

Emotional invalidation merupakan pengabaian terhadap emosi yang kamu rasakan. Tidak jarang orang yang melakukan emotional invalidation akan menganggap bahwa emosi yang dirasakan adalah hal yang salah.

Sosial2192 Views

Logos Indonesia – “Aku sedih banget, masa pacarku nggak balas chat ku seharian ini

Lebay banget sih, baru juga seharian. Nggak cuman kamu kali orang yang sedih di dunia ini

Apakah kamu pernah menjumpai percakapan serupa? Secara sadar atau tidak, tanggapan seperti lebay banget sih, gitu doang baper, dan masih banyak lagi merupakan pertanda kalau orang yang mengungkapkan kalimat itu sedang mencoba untuk mengalihkan emosi yang dirasakan oleh lawan bicaranya.

Sering mendapatkan pengalihan terhadap apa yang kamu rasakan dapat berdampak buruk terhadap dirimu sendiri. Pada artikel ini kita akan membahas mengenai bahaya dari emotional invalidation atau mengabaikan emosi yang kamu rasakan.

Apa Itu Emotional Invalidation?

Apa Itu Emotional Invalidation
Apa Itu Emotional Invalidation

Emotional invalidation merupakan pengabaian terhadap emosi yang kamu rasakan. Tidak jarang orang yang melakukan emotional invalidation akan menganggap bahwa emosi yang dirasakan adalah hal yang salah.

Contohnya jika kamu merasa pusing dengan pekerjaan yang menumpuk, lalu temanmu mengatakan kalau kamu terlalu berlebihan. Dalam kasus ini, temanmu melakukan emotional invalidation terhadap emosi yang kamu utarakan. Jika kamu malah beranggapan serupa, maka kamu juga melakukan emotional invalidation terhadap dirimu sendiri.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Witkowski pada tahun 2017 membuktikan bahwa emotional invalidation merupakan bentuk abuse yang dapat membuat seseorang tidak mampu untuk mengelola emosi yang dimiliki.

Emosi yang dirasakan sudah sepantasnya diungkapkan. Misalnya jika sedih maka menangislah, jika bahagia maka tertawalah. Namun sayangnya, baik orang lain maupun diri sendiri sering kali melakukan emotional invalidation terhadap emosi yang kita rasakan. Istilah lebay atau berlebihan yang sering kali menimbulkan emotional invalidation ini.

Penyebab Emotional Invalidation

Penyebab Emotional Invalidation
Penyebab Emotional Invalidation

Sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan berbagai emosi, namun cukup jarang untuk diajarkan cara mengekspresikan emosi yang kita rasakan. Menurut Linehan pada tahun 1993, emotional invalidation disebabkan oleh masa kecil yang tidak mendapatkan manajemen emosi yang baik. Hasilnya menjadikan anak yang tumbuh dewasa yang tidak mampu untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan.

Disisi lain, emotional invalidation juga bisa disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang tidak suportif. Misalnya rekan kerja yang selalu mengejek setiap keluh kesah mu atau orang tua yang selalu berceloteh jika kamu mengeluh akan emosi yang kamu rasakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schouten pada tahun 2020 menyatakan bahwa orang Jepang cenderung susah untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan, sedangkan orang Belgia akan lebih ekspresif terhadap ide dan emosi yang dirasakan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya juga bisa menjadi penyebab dari emotional invalidation.

Istilah-istilah seperti baperan, lebay, dan masih banyak lagi juga bisa menjadi penyebab seseorang memutuskan untuk mengalihkan emosi yang dirasakan.

Baca Artikel Kami Lainnya : Bagaimana Cara Terhindar Dari Emotional Blackmail?

Bahaya Emotional Invalidation

Bahaya Emotional Invalidation
Bahaya Emotional Invalidation

Setelah mengenal emotional invalidation, kamu juga perlu tahu bahwa emotional invalidation yang terlalu sering dilakukan dapat membawa dampak negatif untuk diri sendiri, yaitu:

Kesulitan mengelola emosi

Terlalu sering menyakal emosi yang kita rasakan akan membuat kita bingung terhadap apa yang kita rasakan. Hasilnya kita menjadi kesulitan dalam mengolahnya. Hal ini juga dapat membuat seseorang tidak percaya dengan emosi yang dirasakan.

Masalah identitas diri

Ketika seseorang merasa bahwa emosi, karakteristik, pikiran, bahkan perilaku yang dimiliki tidak dapat diterima oleh orang lain, maka orang tersebut cenderung memilih untuk menyembunyikan apa yang dirasakan. Hasilnya orang tersebut akan menjadi dirinya dengan versi yang tidak sesuai dengan dirinya.

Masalah kesehatan mental

Satu hal yang akan menjadi sangat fatal dari emotional invalidation adalah mengalami masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang erat hubungannya dengan emotional invalidation adalah depresi dan kecemasan.

Orang yang melakukan emotional invalidation terhadap dirinya sendiri juga cenderung merasa bahwa perasaannya tidak penting untuk orang lain. Hal ini juga dapat memperlambat proses pemulihan kesehatan mental.

Tanpa disadari kita cukup sering melakukan emotional invalidation. Bisa jadi untuk membuat kita tetap tegar atau sekedar tidak ingin mengenang apa yang membuat kita sakit. Namun, seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa emotional invalidation tidak cukup baik untuk diri sendiri. Dengan demikian sudah sepantasnya untuk kita belajar mengekspresikan dan menerima emosi yang dirasakan.

Tidak jarang kita justru menjadi pemicu emotional invalidation terhadap orang lain. Hal ini tentunya tidak baik karena akan mendatangkan berbagai masalah untuk orang tersebut. Menjadi teman, pasangan, atau bahkan orang tua yang baik tidak dengan memicu emotional invalidation terhadap orang tersebut.

Jika kamu merasa kesulitan untuk memvalidasi emosi yang kamu rasakan, tidak ada salahnya untuk mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi atau melakukan Konseling Online. Jangan ragu, karena psikolog akan membantu kamu untuk menyelesaikan masalah mentalmu. Lagi pula, mendapatkan penanganan sedini mungkin akan lebih baik untukmu. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca Artikel Kami Lainnya : Mengenal Fase dan Penanganan Rape Trauma Syndrome