Mengenal Norman Geschwind Sebagai Tokoh Psikologi Yang Meneliti Neurologis

Mengenal Norman Geschwind sebagai tokoh psikologi yang meneli neurologis pada pasien pasca operasi pengangkatan tumor otak.

Biopsikologi, Tokoh2503 Views

Logos Indonesia Norman Geschwind merupakan tokoh psikologi yang memiliki cara pandang yang unik dalam melihat suatu permasalahan dihadapannya. Ketika mengetahui terdapat pasien gagal otak yang memiliki dampak buruk terhadap pasca operasi pengangkatan tumor otaknya. Norman Geschwind melihat kesempatan untuk mempelajari kinerja otak dalam berperilaku yang salah. Sehingga penemuannya sangat berkontribusi dalam perkembangan kognisi dalam menjelaskan perilaku aneh akibat ketidak fungsian kognitif.

Siapa Itu Norman Geschwind?

Norman Geschwind. Image by Springer Link
Norman Geschwind. Image by Springer Link.

Norman Geschwind lahir di New York Amerika Serikat pada tahun 1926. Norman Geschwind meninggal di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada tahun 1984. Selama karirnya, Norman Geschwind dikenal sebagai ahli saraf yang berfokus pada fungsi kognitif yang lebih tinggi. Topik penelitiannya berkaitan dengan fungsi kognitif dalam berbahasa. Norman Geschwind sangat tertarik dengan cara kerja otak untuk menghasilkan bahasa. Proses neurologis dalam otak menjadi kunci dari pertanyaannya tersebut.

Awal penelitiannya membahas mengenai penyakit afasia, yaitu seseorang yang tidak bisa memahami bahasa. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Boston VA pada tahun 1950-an, sebagai pekerja staf ahli saraf di sana.

Dari banyak penelitian yang Norman Geschwind lakukan, dirinya menemukan pembahasan yang melandasi dirinya tertarik di dunia neurologis yaitu memahami kinerja otak yang salah.

Kontribusi Norman Geschwind Terhadap Neuropsikologi

Norman Geschwind melakukan penelitian kepada pasien tumor otak yang berusia 41 tahun. Pasien tersebut bekerja sebagai polisi yang dirawat di rumah sakit karena gejala neurologisnya. Berdasarkan riwayat medis, pasien tersebut pernah melakukan operasi untuk pengangkatan tumor otak.

Namun setelah operasi, pasien tersebut memperoleh dampak buruk dari pengangkatan tumor otak yaitu cacat neurologis. Fashion memiliki disorientasi waktu, gangguan memori dan kesalahan dalam berbicara. Bagi para dokter gejala tersebut adalah suatu penyakit saja.

Namun bagi Norman Geschwind, dampak dari operasi tersebut menjadi cara dirinya memahami kinerja otak. Norman Geschwind memberikan perhatian yang tidak biasa terhadap dampak dari pengangkatan tumor tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Perbedaan Gender Dan Emosional Intelegensi Terhadap Gaya Pengambilan Keputusan Seseorang.

Beberapa tes dilakukan pada pasien tersebut. Didapatkan bahwa pasien tidak dapat menulis dengan tangan kiri, tapi bisa menulis dengan benar menggunakan tangan kanan. Tulisan yang terlihat menggunakan tangan kanan tidak memiliki kesalahan ejaan dan seperti tulisan normal lainnya. Sedangkan Ketika menulis dengan tangan kiri, pasien mengaku bahwa ia kesulitan untuk mengenali alfabet huruf yang ingin Ia tulis.

Ketika di dikte, pasien mampu menghasilkan kata yang dapat dibaca, tetapi kata tersebut tidak sesuai dengan yang di dikte. Perilaku yang ditunjukkan oleh pasien, membuat Norman Geschwind terheran-heran melihatnya. Mengapa pasien pasca operasi pengangkatan tumor otak memiliki kelainan motorik dan bahasa pada tangan kirinya?

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Mengenai Psikolog Robert Sternberg.

Perilaku aneh lainnya juga terlihat dari pasien tersebut. Ketika pasien memegang suatu benda di tangan kirinya. Pasien tersebut mampu menunjukkan cara menggunakan benda tersebut dengan benar. Namun pasien tersebut tidak mampu menjelaskan secara verbal dengan benar.

Contoh perilaku lainnya adalah tidak mampu memilih benda dari sekelompok benda di depannya dengan menggunakan tangan kanannya. Walaupun pada akhirnya pasien mampu memilih benda tersebut menggunakan tangan kirinya dan menggambarkannya dengan benar dengan tangan kirinya juga.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Leon Festinger.

Dari semua perilaku aneh pasien tersebut dilakukanlah suatu penelitian oleh Norman Geschwind bersama dengan rekannya bernama Edith Kaplan. Penjelasan yang tepat menurut mereka adalah adanya defisit neurologis akibat dari terputusnya dua belahan otak atau disebut hemisfer otak.

Pendapatnya tersebut didasarkan pada perilaku pasien yang terlihat. Pasien mampu menyelesaikan tugas dengan menggunakan satu bagian tubuh saja, seperti hanya menggunakan tangan kanan atau tangan kiri saja.

Ketika tugas yang memerlukan kedua belah otak bekerja sama, maka tugas tersebut tidak bisa dilakukannya dengan benar. Hal ini karena ketika kedua belah otak harus bekerja sama, maka informasi pada salah satu bagian otak harus dikirimkan juga ke bagian otak lainnya. Terdapat proses transfer informasi antar kedua belahan otak yamg harus diinterpretasi secara bersamaan.

Namun pada kasus pasien pasca operasi pengangkatan tumor otak tersebut, kedua belahan otak tersebut terpisah. Sehingga tidak bisa mentransfer informasi dari satu bagian ke bagian lainnya. Norman Geschwind menjelaskan bahwa fenomena ini dapat menjelaskan istilah lesi pada corpus callosum, atau terdapat jembatan antara belahan otak kanan dan otak kiri dalam memberikan interpretasi atau tugas kognitif lainnya.

Pembelajaran dari cara pandang Norman Geschwind terhadap melihat permasalahan adalah berfokus pada manfaat dari permasalahan itu yang akan kamu dapat. Kesimpulannya adalah ketika kamu berfokus pada permasalahan sebagai suatu dampak negatif maka kamu tidak akan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Namun ketika kamu merespon permasalahan sebagai kesempatan bagi dirimu untuk mempelajari permasalahan tersebut agar tidak muncul kembali. Maka kamu akan belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depan.

Asnawi, Ahmad. (2019). 50 Tokoh Psikologi Dunia: Gagasan Dan Pemikiran Mereka. Jawa Tengah: Desa pustaka Indonesia.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment