Tiga Kategori Perilaku Imitatif Dalam Pembelajaran Observasi

Menurut Miller dan Dollard terdapat tiga perilaku imitatif, yaitu same behavior, coping behavior, dan matched - dependent behavior.

Pendidikan, Sosial2764 Views

Logos Indonesia Pembelajaran observasi atau belajar imitatif merupakan teori dari bandura. Namun Teori ini juga memberikan minat pada para psikolog lainnya untuk mempelajari proses belajar peniruan Berdasarkan cara pandang mereka. Karena itu banyak sekali para tokoh yang memberikan penjelasan mengenai pembelajaran imitatif. Salah satu tokoh tersebut adalah Miller dan Dollard.

Miller dan Dollard mengembangkan teori bandura menjadi tiga kategori belajar imitatif. Dari ketiga kategori tersebut mampu menjelaskan mengapa seseorang yang mengamati orang lain mampu belajar dengan berbagai situasi.

Tiga Kategori Perilaku Imitatif Dalam Pembelajaran Observasi

 

Miller dan Dollard menjelaskan teori belajar observasional. Miller dan Dollard menentang penjelasan belajar observasional nativistik. Walaupun begitu, Miller dan Dollard tidak menyangkal bahwa seseorang bisa belajar dengan mengamati aktivitas dari orang lain. Menurut mereka, proses belajar observasional dapat dijelaskan secara objektif dengan teori Hullian. Dalam teori hullian dijelaskan imitatif behavior, yaitu perilaku imitatif akan diperkuat seperti jenis penguatan perilaku lainnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: 4 Proses Belajar Observasional Dari Bandura.

Berdasarkan teori tersebut, mendasari pandangan Miller dan Dollard tentang pengkategorian belajar imitatif dari pengkondisian instrumental. Menurut Miller dan Dollard terdapat tiga perilaku imitatif, yaitu same behavior, coping behavior, dan matched – dependent behavior. Dalam artikel ini kita akan membahas ketiga kategori tersebut.

Same Behavior

Same Behavior (perilaku sama), merujuk kepada dua atau lebih individu yang merespon situasi yang sama dengan cara yang sama. Sebagai contoh, Kebanyakan orang akan berhenti di lampu merah, bertepuk tangan saat konser berakhir, ataupun tertawa ketika seseorang mengatakan lelucon. Setiap orang mempelajari perilaku yang sama di setiap situasi yang sama. Kita semua diajarkan untuk bersikap sama di situasi tersebut. Kemudian kita menganggap perilaku tersebut adalah perilaku yang wajar kita lakukan.

Coping Behavior

Coping Behavior (perilaku meniru), merujuk kepada perilaku yang sesuai dengan perilaku orang lain. Kita biasanya meniru orang lain yang kita anggap sebagai instruktur. Sebagai contoh, ketika kamu berlatih tarian tradisional. Kamu menirukan gerakan instruktur untuk mempelajari tarian tersebut. Hingga akhirnya, kamu mampu menghafalkan gerakan tradisional.

Matched – Dependent Behavior

Matched – Dependent Behavior (perilaku tergantung pada kesesuaian), merupakan perilaku mengulang kembali perilaku dari seorang yang dirinya amati. Sebagai contoh, ketika seorang anak ingin mendapatkan perhatian ayahnya melalui perilaku berlari ke pintu depan setelah mendengar langkah kaki ayahnya mendekat. Kemudian ayahnya pun merespon sesuai keinginan anak tersebut. Sehingga perhatian ayahnya mampu memperkuat perilaku anak tersebut secara permanen.

Artinya, setiap kali anak mendengar langkah kaki sang ayah mendekati pintu. Maka anak akan langsung berlari ke pintu tersebut. Perilaku ini akan terus berlanjut hingga anak menganggap perhatian ayahnya sudah tidak terlalu penting. Hal itu terjadi ketika anak sudah beranjak dewasa.

Baca Artikel Kami Lainnya: Edwin Ray Guthrie dan Kontribusinya Dalam Psikologi.

Contoh lainnya adalah ketika anak tersebut sudah mampu mendapatkan perhatian ayahnya. Kemudian adiknya juga ingin mendapatkan perhatian ayahnya dan memperoleh permen dari ayahnya. Sehingga adiknya akan mengumpat di belakang kakaknya untuk mendapatkan perhatian ayahnya dan mendapatkan permen dari ayahnya. Jika sang ayah memberikan respon sesuai dengan keinginan adik. Maka perilaku tersebut akan diulang sebagai bukti penguatan perilaku.

Pada kedua contoh tersebut memiliki alasan penguatan yang berbeda dan diasosiasikan secara berbeda. Suara langkah kaki menurut si Kakak adalah stimulus. Kemudian lari mendekati pintu menjadi diperkuat ketika mendapatkan perhatian si Ayah. Sedangkan, sang adik yang melihat kakaknya berlari untuk mendapatkan perhatian ayahnya menjadi proses pembelajaran observasi. Adik mengamati Kakak bahwa dengan melakukan perilaku seperti itu akan mendapatkan perhatian ayah dan mendapatkan permen dari ayah.

Contoh lainnya, ketika kamu pergi ke luar negeri. Di mana kebiasaan dari negeri tersebut sangat asing bagimu. Sehingga kamu berusaha mengamati cara penduduk setempat untuk merespon segala situasi dan berperilaku sewajarnya. Setelah kamu memahami perilaku mereka. Maka saatnya kamu melakukan perilaku tersebut. Hal inilah yang menjelaskan pepatah Bahwa “saat berada di negara orang, lakukan apa yang dilakukan warga setempat.”

Miller dan Dollard menjelaskan bahwa proses imitasi menjadi suatu kebiasaan. Miller dan Dollard menyebutkan situasi adik yang menirukannya kakaknya sebagai perilaku generalized imitation atau proses peniruan yang di generalisasikan.

Dalam proses belajar meniru, Miller dan Dollard tidak memberikan faktor khusus untuk bisa melakukan proses belajar meniru ini. Terpenting dalam proses meniru adalah adanya penguatan. Jadi ketika kamu perilaku seseorang dan tidak memberikan dampak positif bagi dirimu. Maka proses pembelajaran tersebut tidak akan terulang kembali.

Karena itu, proses imitatif ini harus didasari dari hasil observasi dan pemberian respon positif setelah pembelajaran observasi.

Sumber: Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.