Logos Indonesia – Mekanisme pertahanan ego atau defense Mechanism merupakan sistem pertahanan individu untuk melindungi diri dari id dan menentang tekanan super ego. Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego berguna untuk mengatasi kecemasan yang diakibatkan oleh peristiwa yang tidak dikehendaki. Dengan begitu, individu akan terhindar dari rasa cemas tersebut.
Terdapat dua cara dalam proses kerja dari mekanisme pertahanan ego, yaitu membentengi impuls sehingga tidak muncul di tingkah laku kesadaran dan mengalihkan impuls tersebut untuk dilemahkan atau diubah.
Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Freud, Bapak Psikoanalisis.
Menurut Freud, terdapat mekanisme pertahanan yang dapat digunakan oleh seseorang yaitu identification, displacement, repression, fictation, regression, reaction formation, sublimasi dan projection. Dari mekanisme pertahanan tersebut, terdapat tiga persamaan yang dapat dicirikan sebagai berikut:
- Mekanisme pertahanan ini berorientasi pada tingkat ketidaksadaran.
- Mekanisme pertahanan ini, bekerja dengan cara menolak, memasukkan atau memutarbalikkan kenyataan.
- Mekanisme pertahanan ini dapat mengubah persepsi nyata seseorang untuk mengurangi kecemasan akibat perasaan mengancam tersebut.
Pada kenyataannya, setiap orang mampu menggunakan lebih dari satu mekanisme pertahanan itu untuk melindungi dirinya dari kecemasan akibat permasalahan yang ada. Umumnya, mereka menggunakan lebih dari mekanisme pertahanan tersebut secara bersamaan di waktu yang sama atau bergantian di waktu yang berbeda. Berikut ini akan dijelaskan mekanisme pertahanan ego Freud.
Identification
Cara pertama untuk mereduksi ketegangan adalah meniru atau mengidentifikasi diri dengan orang yang dianggapnya mampu memuaskan keinginannya. Biasanya, anak akan mulai mengidentifikasi orang tuanya sebagai seseorang yang memiliki kuasa. Kemudian, anak mampu mengidentifikasi seorang guru di sekolahnya. Proses identifikasi ini terjadi secara tidak disadari. Apabila anak tersebut meniru sesuatu yang positif, maka itu disebut sebagai introyeksi (introjection). Introduction adalah proses pengembangan superego dengan mengadopsi nilai-nilai yang ditirunya. Terdapat tiga macam tujuan Ketika seseorang menggunakan mekanisme pertahanan ini, yaitu:
- Sebagai cara memperoleh sesuatu yang hilang. Ketika seorang anak merasa ditolak oleh orang tuanya. Maka anak tersebut cenderung membentuk identifikasi mengharapkan penerimaan kasih sayang orang tuanya.
- Sebagai cara mengatasi rasa takut. Ketika anak ingin terhindar dari hukuman kedua orang tuanya. Maka anak tersebut berusaha untuk mengidentifikasi larangan-larangan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya.
- Sebagai cara mendapatkan informasi baru. Melalui pencocokan antara kenyataan dan khayalan mental atau keinginannya, maka anak tersebut mampu mengidentifikasi apa saja yang harus ia miliki dari orang tersebut.
Baca Artikel Kami Lainnya: Anna Freud Dan Teori 5 Mekanisme Pertahanan Diri.
Karena itu, proses identifikasi sangat penting dalam perkembangan kepribadian seseorang untuk belajar mereduksi tegangan atau permasalahan yang ada. Tanpa ada pembelajaran dari mengidentifikasi orang lain. Maka orang tersebut sulit untuk berkembang hanya melalui dirinya sendiri.
Displacement
Displacement atau pengalihan adalah mekanisme pertahanan diri dengan cara mengalihkan emosi ke orang lain atau objek lain. Sebagai contoh, seseorang yang marah pada temannya. Ia akan mengalihkan emosi amarahnya itu kepada kucingnya di rumah, atau benda yang ada di sekitarnya. Namun, ketika ia berhadapan dengan orang temannya tersebut, ia bersikap biasa saja seperti tidak ada permasalahan.
Repression
Repression atau represi adalah mekanisme pertahanan dengan cara menekan permasalahan tersebut ke alam bawah sadarnya. Permasalahan yang ditekan ini dapat muncul secara tidak sadar melalui mimpi dan Freudian slips. Perilaku yang salah secara tidak sadar, seperti salah ucap merupakan contoh dari Freudian slips.
Fictation
Fictation atau fiksasi adalah mekanisme pertahanan yang menetap pada satu tahapan perkembangan tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang mendapatkan kepuasan dari makan banyak, merokok, atau banyak berbicara, bisa saja memiliki fiksasi oral. Contoh lainnya adalah seseorang yang terobsesi pada sesuatu hal yang rapi dan keteraturannya, mungkin saja memiliki fiksasi pada tahap perkembangan anal.
Regression
Regression atau regresi merupakan mekanisme pertahanan yang mundur ke tahap perkembangan sebelumnya. Namun perlu diketahui bahwa regresi ini dapat bersifat sementara. Sedangkan fiksasi dapat bersifat permanen jika tidak diperlakukan penanganan khusus. Sebagai contoh, seorang anak yang seharusnya tidak minum susu di botol. Ketika dirinya mengetahui punya adik bayi, anak tersebut meminta minum di botol atau ingin ikut menghisap puting susu ibunya lagi saat melihat adiknya meminum susu ibu.
Reaction Formation
Reaction Formation adalah mekanisme pertahanan dengan cara membalikkan apa yang ia rasakan melalui tindakan secara berlebihan. Sebagai contoh, seorang yang membenci ibunya. Namun ia mengetahui bahwa tuntutan sosial mengharuskan dirinya menyayangi ibunya. Sehingga perasaan cemas pun terjadi. Untuk mengatasi rasa cemasnya itu, orang tersebut bersikap sebaliknya. Sikap yang dimunculkan adalah sikap mencintai ibunya secara berlebihan. Sikap yang berlebihan ini, sangat terlihat oleh orang lain sebagai sikap cinta yang tidak tulus terhadap ibunya. Karena itu, dalam kasus ini kebencian itu disembunyikan dengan rasa kasih sayang yang tidak tulus.
Projection
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dengan cara memproyeksikan atau menyalahkan orang lain atas permasalahan yang ia buat. Sebagai contoh, seorang laki-laki yang menuduh pacarnya perselingkuh. Namun pada kenyataannya, dirinya lah yang selingkuh bukan pacarnya. Melalui proses penyalahan kepada orang lain akan mengurangi rasa cemasnya atas kesalahan yang ia perbuat.
Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan dengan cara mengalihkan emosi negatif ke dalam kegiatan positif. Dalam hal ini contohnya adalah seorang pelukis yang menyalurkan perasaan sedihnya melalui karya seni.
Baca Artikel Kami Lainnya: Pseudosains, Terlihat Ilmiah Tapi Tidak Ilmiah.
Alwisol. (2009). Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian. UMM Press
Artikel oleh: Logos Indonesia.