Penjelasan Psikologi Mengenai Fenomena “Ikuti Kata Hati”

Tapi, apa sih yang sebenarnya terjadi dalam pikiran kita saat kita memutuskan untuk "mengikuti kata hati"? Temukan jawabannya di artikel ini.

Kerpibadian, Sosial3865 Views

Logos IndonesiaKamu pernah mendengar ungkapan “ikuti kata hati”, kan? Saat kita dihadapkan pada pilihan yang sulit. Seringkali kata-kata itu muncul, entah dari mulut orang lain atau dari suara di dalam diri kita sendiri. “Ikuti kata hati” sering kali dianggap sebagai penyemangat untuk percaya pada intuisi kita sendiri. Tapi, apa sih yang sebenarnya terjadi dalam pikiran kita saat kita memutuskan untuk “mengikuti kata hati”? Di artikel ini, kita akan mengupas tuntas soal psikologi dibalik fenomena tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Manfaat Mengikuti Aktivitas Sosial Bagi Pengangguran: Meningkatkan Kepercayaan Diri

Pengambilan keputusan, baik dalam situasi penting atau sehari-hari, sering kali memerlukan lebih dari sekedar logika dan alasan yang bisa diuraikan. Kadang, kita merasa ‘tertarik’ untuk melakukan sesuatu tanpa penjelasan logis yang jelas. Itulah yang sering kali kita sebut dengan “ikuti kata hati”. Meski begitu, fenomena ini bukanlah suatu kebetulan belaka. Ada mekanisme psikologis yang berjalan di baliknya yang perlu kita pahami untuk bisa memanfaatkan intuisi ini dengan efektif.

Mengapa kita punya kecenderungan untuk mengikuti “kata hati”?

A. Intuisi dan Perasaan

Intuisi sering digambarkan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang muncul secara spontan. Tanpa melalui proses pemikiran yang logis atau analisis yang mendalam. Dengan kata lain, intuisi itu seperti bisikan dari hati kita yang muncul begitu saja. Sementara perasaan merupakan ekspresi dari emosi kita yang ada di dalam diri. Yang bisa datang dari kesenangan, ketakutan, kemarahan, dan banyak lagi.

Di balik fenomena “ikuti kata hati”, intuisi dan perasaan saling berhubungan dengan erat. Ketika kamu mencoba “mengikuti kata hati”, kamu sebenarnya sedang mencari suara perasaan yang secara tidak langsung memberi tahu intuisimu. Tentu, tak semua perasaan ini bisa dijelaskan secara logis, tapi tanpa kita sadari. Kita seringkali memperhitungkan banyak faktor sebelum intuisi itu muncul.

B. Fungsi Emosi dan Perasaan

Emosi dan perasaan memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan kita. Salah satu fungsinya adalah sebagai mekanisme adaptif dan evolusioner. Dalam sejarah perkembangan manusia, emosi dan perasaan membantu kita bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, ketakutan membantu kita menghindari bahaya, sedangkan rasa cinta dan kasih sayang mempengaruhi kita untuk menjaga hubungan sosial kita.

Dalam konteks pengambilan keputusan, emosi dan perasaan juga memiliki peranan penting. Emosi bisa bekerja sebagai pemicu untuk mengakses pengalaman dan pengetahuan kita secara lebih cepat. Dalam keadaan ketika kita tidak punya waktu untuk berpikir panjang, kita cenderung mengandalkan insting atau perasaan kita untuk membuat keputusan.

C. Dual-Process Theory

Theori Dual-Process menjelaskan bahwa ada dua sistem yang bekerja dalam proses pengambilan keputusan kita. Sistem 1 adalah sistem pemikiran yang cepat, otomatis, dan tidak sadar. Sedangkan Sistem 2 adalah sistem pemikiran yang lebih lambat, logis, dan analitis.

Fenomena “ikuti kata hati” sebenarnya lebih erat kaitannya dengan Sistem 1. Ketika kita mengikuti kata hati, kita lebih banyak mengandalkan emosi, intuisi, dan perasaan kita yang muncul secara spontan. Tanpa melibatkan pemikiran yang logis atau analitis. Namun, kedua sistem ini sebenarnya saling melengkapi satu sama lain. Untuk membuat keputusan yang lebih baik, kita perlu menemukan keseimbangan antara intuisi dan analisis.

D. Ekspertise dan Tacit Knowledge (Pengetahuan Tak Tersurat)

Intuisi yang sering tercakup dalam “ikuti kata hati” memiliki hubungan yang kuat dengan apa yang disebut dengan “tacit knowledge”. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang sulit untuk dijelaskan atau dikomunikasikan kepada orang lain secara eksplisit.

Ketika kamu memiliki banyak pengalaman atau ekspertise dalam suatu bidang, intuisimu semakin tajam dan bisa memberikan informasi yang sangat berguna. Intuisi ini bisa membantu kamu membuat keputusan yang baik meskipun tidak melalui proses pemikiran yang logis atau analitis. Dalam hal ini, “ikuti kata hati” menjadi berguna karena kamu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mendalam.

E. Heuristik dan Bias Kognitif

Di sisi lain, “ikuti kata hati” juga bisa mengekspos kita pada potensi bias kognitif dan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Bias kognitif adalah kesalahan sistematis dalam cara berpikir yang mempengaruhi keputusan dan penilaian kita. Heuristik adalah aturan praktis atau “jalan pintas” mental yang kita gunakan untuk membuat keputusan lebih cepat. Namun sering kali heuristik ini sama dengan bias.

Beberapa contoh heuristik yang dapat mempengaruhi “ikuti kata hati” termasuk “availability heuristic” (menggunakan informasi yang mudah diingat untuk membuat keputusan). “confirmation bias” (mencari informasi yang mendukung keyakinan kita). Dan “affect heuristic” (menggunakan emosi kita saat mengambil keputusan).

F. Mindfulness dan Regulasi Emosi

Dalam konteks psikologi, mindfulness dan kemampuan untuk mengatur emosi kita sangat relevan dengan fenomena “ikuti kata hati”. Mindfulness adalah kesadaran diri yang meningkat terhadap pikiran, perasaan, dan sensasi kita saat ini. Dengan meningkatkan mindfulness, kita dapat lebih memahami kebutuhan dan perasaan kita. Serta membedakan antara intuisi yang berasal dari pengetahuan yang valid atau dari emosi yang tidak relevan atau bias.

Regulasi emosi adalah kemampuan kita untuk mengelola dan mengubah emosi kita sehubungan dengan situasi yang dihadapi. Ketika kita memahami dan mengontrol emosi kita, kita lebih mampu mengakses intuisi. Kata hati yang berasal dari pengalaman atau pengetahuan yang relevan daripada yang didasarkan pada ketakutan atau harapan yang tidak realistis.

Baca Artikel Kami Lainnya: Cara Mengatasi Stress Ketika Menganggur: Tips Untuk Kamu

Artikel oleh: Logos Indonesia.