Apa Gaya Pengambilan Keputusanmu? Berikut Ini Penjelasannya

Apa gaya pengambilan keputusanmu? Berikut ini penjelasannya. Terdapat empat gaya pengambilan keputusan seseorang.

PIO, Sosial3872 Views

Logos Indonesia Jika terdapat situasi yang mengharuskan dirimu mengambil keputusan. Apa gaya pengambilan keputusanmu?

Menurut Rowe dan Boulgarides, cara seseorang memutuskan sesuatu hal dapat digambarkan dari gaya pengambilan keputusannya. Gaya pengambilan keputusan ini menjelaskan Bagaimana seseorang memahami dan merespon apa yang mereka percayai dan situasi saat ini sedang terjadi. Menentukan seberapa penting keputusan itu dibuat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Cara Mengurangi Free-Rider Effect. Kebiasaan Menggunakan Fasilitas Umum, Tanpa Mau Merawatnya.

Sehingga dengan mengetahui gaya pengambilan keputusanmu. Maka kamu akan lebih memahami dirimu sendiri, seperti Bagaimana cara kamu bereaksi terhadap situasi yang kamu hadapi.

Apa Saja Faktor Yang Menentukan Gaya Pengambilan Keputusanmu?

Terdapat beberapa faktor yang menentukan cara seseorang dalam mengambil keputusan. Berikut ini beberapa faktor tersebut (Sarwono, dkk: 2009).

  • Cara merespon isyarat tertentu.
  • Hal yang menurut kamu penting.
  • Terkait situasi dalam mengambil keputusan.

Apa Gaya Pengambilan Keputusanmu?

Terdapat dua dimensi yang menentukan gaya pengambilan keputusanmu, yaitu berorientasi pada nilai dan berorientasi pada situasi. Ketika kamu berorientasi pada nilai dalam mengambil keputusan. Maka kamu cenderung berfokus pada hal yang berkaitan dengan teknis. Seperti kamu akan fokus pada tugas masalah teknis terhadap orang lain dan masalah sosial.

Berbeda dengan gaya pengambilan keputusan dengan orientasi situasi. Seseorang akan mengambil keputusan tergantung dengan situasi tersebut. Hal ini karena mereka mentoleransi terhadap ambiguitas situasi. Seperti mereka memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap kendali dalam hidupnya.

Dari kedua orientasi gaya pengambilan keputusan tersebut. Kemudian dikombinasikan hingga menghasilkan 4 Gaya pengambilan keputusan, yaitu direktif, analitis, konseptual, dan behavioral.

Gaya Pengambilan Keputusan Direktif

Gaya pengambilan keputusan direktif berorientasi pada nilai. Sehingga mereka tidak mentoleransi adanya ambiguitas informasi atau situasi dalam mengambil keputusan dan berfokus pada sesuatu hal yang teknis. Seseorang yang memiliki gaya keputusan direktif memiliki hasrat tinggi terhadap kekuasaan. Mereka bersifat autokratis yang menitikberatkan pada keyakinan pribadi. Memiliki kontrol penuh atas keputusan yang diambilnya merupakan ciri khas dari gaya pengambilan keputusan direktif.

Karena direktif sehingga gaya pengambilan keputusannya cepat dalam menyelesaikan permasalahan. Kecepatan dalam pengambilan keputusan ini didasarkan pada sesuatu hal yang sudah terstruktur dengan informasi yang detail. Mereka akan fokus pada sesuatu hal dan seringkali bersikap agresif dalam mengambil keputusan.

Jadi gaya pengambilan keputusan direktif memfokuskan pada keadaan internal dan dominasi atau seorang lain. Berikut ini, dijabarkan secara lebih ringkas gaya pengambilan keputusan direktif (Sarwono, dkk: 2009).

  • Mengharapkan hasil.
  • Bersikap agresif.
  • Cepat bertindak.
  • Berdasarkan aturan.
  • Menggunakan intuisi.
  • Memiliki kemampuan verbal yang baik.
  • Kebutuhan akan kekuasaan.

Gaya Pengambilan Keputusan Analitis

Gaya Pengambilan keputusan analitis berfokus pada hal teknis dan kendali dalam mengambil keputusan. Sama dengan gaya keputusan direktif, gaya keputusan analitis juga bersifat autokratis.

Mereka menyukai pemecahan masalah dengan usaha mereka sendiri untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena hal tersebut mereka tidak cepat dalam mengambil keputusan. Hal ini karena mereka menyukai proses analisis dengan data yang beragam. Sehingga terlalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Selain itu mereka juga menyukai tantangan dan detail di setiap situasinya.

Berikut ini, dijabarkan secara lebih ringkas gaya pengambilan keputusan analitis (Sarwono, dkk: 2009).

  • Menyukai pemecahan masalah.
  • Menginginkan jawaban yang terbaik.
  • Menginginkan kontrol.
  • Menggunakan berbagai data.
  • Menyukai keragaman.
  • Inovatif.
  • Menganalisisnya secara hati-hati.
  • Menyukai tantangan.

Gaya Pengambilan Keputusan Konseptual

Gaya pengambilan keputusan konseptual berorientasi pada situasi atau kompleksitas kognitif dan sosial. Mereka menggunakan data yang bersumber dari berbagai cara alternatif. Hubungan antara bawahan dan atasan tidak kaku. Sehingga seseorang dengan gaya ini cenderung bersifat idealis yaitu menekankan pada etika dan nilai.

Mereka juga terkenal dengan berpikir kreatifnya dan berfokus pada solusi jangka panjang. Mereka juga mudah untuk memahami orang lain. Kendali mereka terhadap kekuasaan cenderung santai dengan melibatkan karyawannya mengemukakan pendapat.

Berikut ini, dijabarkan secara lebih ringkas gaya pengambilan keputusan konseptual (Sarwono, dkk: 2009).

  • Berorientasi pada prestasi.
  • Memiliki wawasan yang luas.
  • Bersifat kreatif.
  • Memiliki sentuhan humanistik atau artistik.
  • Mampu memberikan ide-ide baru.
  • Berorientasi pada masa depan.
  • Independen.
  • Menginginkan pengakuan orang lain.

Gaya Pengambilan Keputusan Behavioral

Gaya pengambilan keputusan behavioral menekankan pada organisasi dan perkembangan orang lain yang terlibat. Mereka sangat suportif dan perhatian terhadap kesejahteraan bawahannya. Mereka terbuka pada saran bawahannya. Karena itu Mereka cenderung mudah berkomunikasi, bersikap hangat, empati, persuasif, kompromi, toleransi setiap ada permasalahan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengapa Seseorang Mau Membantu Orang Lain? Penjelasan Teori Empati Terhadap Perilaku Menolong.

Gaya pengambilan keputusan ini berfokus pada solusi jangka pendek. Hal ini karena penggunaan data yang sedikit dalam mengambil keputusan. Prioritas mereka adalah untuk menghindari konflik, penerimaan diri, dan berorientasi pada kesejahteraan manusia.

Berikut ini, dijabarkan secara lebih ringkas gaya pengambilan keputusan behavioral (Sarwono, dkk: 2009).

  • Suportif.
  • Persuasif.
  • Empati.
  • Mudah berkomunikasi dengan banyak orang.
  • Menyukai diskusi atau pertemuan.
  • Terdapat data yang terbatas.
    Kebutuhan afiliasi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Perilaku Tolong-Menolong Bisa Dipelajari? Di Sini Ada Penjelasannya.

Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel oleh: Logos Indonesia.