Memahami Perilaku Manusia Dari Sudut Pandang Psikologi Evolusioner

Memahami perilaku manusia dari sudut pandang psikologi evolusioner. Asumsinya perilaku manusia merupakan produk dari evolusi ribuan tahun.

Logos Indonesia – Robert C. Bolles merupakan tokoh psikologi evolusioner dalam bidang pengajaran. Bolles menciptakan teori belajar evolusioner yang berbeda dari teori belajar lainnya.

Teori Belajar Evolusioner

Konsep utama dari Bolles adalah ekspektasi dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Seseorang mampu belajar dari peristiwa yang dialaminya. Dari peristiwa tersebut, seseorang itu mengetahui bahwa akan ada peristiwa lainnya yang muncul setelahnya. Ekspektasi tentang peristiwa yang akan muncul inilah yang dimaksud oleh Bolles dalam teori belajar evolusionernya.

Konsep kedua dari teori belajar evolusioner Bolles lainnya yaitu adanya predisposisi bawaan. Terdapat ekspektasi bawaan dan ekspektasi yang dipelajari. Bolles menekankan adanya ekspektasi bawaan yang dipelajari oleh setiap orang. Ekspektasi bawaan ini merupakan peristiwa yang berkaitan saat seseorang atau organisme berjuang untuk mendapatkan makanan, minuman, menghadapi situasi yang berbahaya, menemui suatu objek atau kejadian biologis lainnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Robert C. Bolles, Tokoh Psikologi Evolusioner.

Pada contoh di kehidupan nyata, ekspektasi biologis terjadi saat kita melihat kilatan. Kemudian secara tidak langsung kamu akan berusaha untuk menghindari suara petir yang akan terjadi setelah muncul kilatan. Kamu mempelajari bahwa setelah ada kilatan pasti akan ada suara petir yang muncul. Ketika kamu mengetahui tersebut, tubuh segera merespon untuk menghindari suara petir tersebut dengan menutup kuping atau bersembunyi di suatu tempat yang aman.

Bolles juga berpendapat bahwa motivasi dan belajar tidak bisa dipisahkan dalam prosesnya. Terdapat motivasi yang mampu membatasi fleksibilitas merespon. Menurut Bolles, motivasi yang terjadi secara alamiah mampu membatasi fleksibilitas kita merespon.

Organisme atau individu telah mempelajari suatu perilaku yang secara alami muncul dan mengkaitkannya (ekspektasi) dengan respon atau peristiwa yang akan muncul setelahnya.
Namun organisme atau individu itu tidak memikirkan lagi motivasi alamiah ini mampu memberikan respon lainnya selain yang telah dipelajari sebelumnya. Hal inilah yang menjelaskan bahwa motivasi alamiah memberikan batasan dalam kita memberikan respon.

Baca Artikel Kami Lainnya: Seleksi Kerabat Menjelaskan Fenomena Gen Berpengaruh Pada Parenting Dan Kekerasan Dalam Keluarga.

Sebagai contoh pada penelitian eksperimen tentang hewan dan teori belajar. Terdapat eksperimen tentang tikus yang menekan tuas, kemudian akan muncul makanan. Pembelajaran yang dipelajari oleh tikus adalah ketika menekan tuas akan mendapatkan makanan. Ini merupakan motivasi yang muncul secara alamiah untuk mendapatkan makanan. Dan terdapat ekspektasi yaitu setelah menekan tuas, tikus mengetahui bahwa akan ada makanan yang muncul.

Namun tikus ini tidak memiliki motivasi lainnya selain mendapatkan makanan. Hal inilah yang menyebabkan bahwa motivasi alamiah membatasi tikus ini merespon. Tikus ini tidak berpikiran untuk menekan tuas sebagai cara untuk bebas dari ruang eksperimen ataupun bebas dari situasi yang berbahaya di dalam eksperimen itu.

Memahami Perilaku Manusia Dari Sudut Pandang Psikologi Evolusioner

Walaupun penelitian mengenai psikologi evolusioner lebih banyak menjelaskan perilaku non-manusia, hewan. Tapi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, psikologi evolusioner mulai diterapkan untuk memahami perilaku manusia. Sudah terdapat banyak penelitian dan karya tulis dari para tokoh psikologi evolusioner untuk mengaplikasikan prinsip teori belajar evolusi ini untuk menjelaskan perilaku sosial manusia.

Secara spesifik pandangan psikologi evolusioner terhadap perilaku manusia mengasumsikan bahwa perilaku manusia selama 200 tahun terakhir merupakan produk dari evolusi ribuan tahun. Karena itu seperti penjelasan teori evolusi lainnya tentang binatang, Kita sebagai manusia kadangkala menunjukkan predisposisi bawaan untuk lebih memperhatikan beberapa stimulus daripada stimus lainnya. Selain itu, teori evolusioner juga mampu memahami bahwa seseorang terkadang cenderung memberikan respon alamiah pada suatu situasi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Kita Memilih Orang Yang Akan Menjadi Pasangan Kita Nanti? Penjelasan Psikologi Evolusioner.

Seperti yang dijelaskan oleh Selingman mengenai kesiapan belajar. Suatu individu akan lebih mudah memahami informasi ketika berada di usia dan tempat yang sesuai. Hal ini berhubungan dengan faktor biologis yang menunjang memahami informasi itu. Sehingga proses belajar akan lebih memadai. Sebagai contoh, ketika seorang anak memasuki sekolah dasar. Dirinya akan diajarkan cara menghitung, membaca dan menulis. Namun ketika hal itu diajarkan di usia sangat dini, di usia 2 tahun. Maka anak tidak akan mampu memahami pembelajaran tersebut.

Teori belajar evolusioner Bolles adalah struktur bawaan yang terus berevolusi untuk menunjang proses pembelajaran. Konsep ini disebut sebagai “biogrammar”. Pandangan mengenai psikologi evolusioner bahwa pembelajaran didasarkan pada predisposisi bawaan (faktor biologis) dan disiapkan oleh sejarah evolusi kita sebagai manusia yang terus berevolusi.

Namun dalam memandangi psikologi evolusioner i ini harus dihindari “nothing bushtim”, yaitu pemikiran yang hanya mempercayai bahwa perilaku manusia hanya ditentukan oleh kultur saja ataupun biologis saja. Psikologi evolusioner ini menekankan pada faktor kultur dan faktor biologis merupakan hal yang sama-sama penting dalam memahami perilaku manusia. Sehingga faktor kultural dan faktor biologis harus sama-sama dipertimbangkan setiap memahami perilaku manusia.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.

Artikel oleh: Logos Indonesia.