Memahami Sifat Serakah dalam Diri Manusia

Dari perspektif psikologis, serakah biasanya muncul sebagai respon terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Kerpibadian, Sosial3152 Views

Logos Indonesia – Coba kita merenung sejenak melihat ke dalam diri kita. Kamu pernah merasa tidak puas dengan apa yang kamu punya sekarang? Selalu ingin lebih dan lebih? Jika iya, berarti kamu normal. Itu adalah salah satu sifat dasar manusia, yakni serakah. Sifat ini, meski kerap memberikan kesan negative. Tapi harus kita akui ada dan tumbuh bersama kita.

Ternyata, sifat serakah ini bukan hanya fenomena biasa saja lho. Ada banyak penjelasan dan perspektif yang bisa membuat kita lebih mengerti kenapa kita bisa serakah. Jadi, yuk kita bahas lebih dalam lagi tentang sifat serakah ini!

Serakah dari Perspektif Psikologis

Sebagai manusia, kita masing-masing memiliki sifat dasar yang menjadi bagian dari kita sejak lahir. Salah satunya adalah serakah. Dari perspektif psikologis, serakah biasanya muncul sebagai respon terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kita merasa ‘kurang’ dan ‘butuh lebih’ sehingga muncul lah sifat serakah.

Namun, serakah juga bisa muncul dari perasaan takut. Takut kehilangan, takut tidak memiliki apa-apa, atau bahkan takut tidak bisa memenuhi standar sosial. Iklim yang kompetitif sering mendorong kita menjadi lebih serakah. Kita terus mendorong diri untuk mendapatkan lebih dan lebih tanpa melihat apakah kita benar-benar membutuhkannya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Hentikan Kebiasaan Menunda-Nunda Kerjaan, Atasi Prokrastinasi dengan 4 Metode Ini!

Dari psikologi, sifat serakah ini juga bisa muncul karena adanya perasaan ketidakamanan atau rasa ketidakcukupan atas apa yang dimiliki. Misalnya, ketika kita merasa apa yang kita miliki belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Atau merasa bahwa apa yang kita punya kurang dari yang dimiliki orang lain. Dari situlah timbul keinginan terus menerus untuk memiliki lebih dan lebih.

Selain itu, gaya hidup juga bisa mempengaruhi sifat serakah ini. Mengapa? Karena dalam gaya hidup yang konsumtif. Kita cenderung tidak pernah merasa cukup dan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dan baru.

Id, Ego, dan Superego dalam Diri

Serakah, dalam psikologi, juga berkaitan erat dengan konsep Id, Ego, dan Superego. Id adalah bagian dalam kepribadian manusia yang bertanggung jawab atas dorongan-dorongan dasar. Seperti keinginan mendapatkan kepuasan atas kebutuhan dan keinginan manusia. Nah, Id inilah yang kadang membuat kita merasa serakah.

Ego, di sisi lain, berfungsi untuk melihat realitas dan logika dalam memenuhi keinginan tersebut. Ego ini diharapkan bisa membuat kita sadar sampai sejauh mana keinginan kita harus dipuaskan.

Lalu ada Superego, bagian kepribadian yang bertindak sebagai pengatur moral dan nilai-nilai sosial. Jika Superego kita kuat, kita akan bisa mengendalikan dan memandu perilaku serakah. Karena Superego akan terus mengingatkan kita tentang apa yang baik dan apa yang buruk.

Bagaimana Cara Mengendalikan Sifat Serakah?

Melihat serakah dari berbagai sudut pandang bisa membantu kita memahami bahwa sifat serakah memang ada dalam diri kita. Namun, pengetahuan ini juga penting untuk kita ambil hikmahnya. Bagaimana cara kita bisa mengendalikan rasa serakah?

Memahami dan Menerima

Pertama, yang harus kita lakukan adalah memahami dan menerima bahwa sifat serakah memang ada dalam diri kita. Bukannya mencoba menyangkal atau merasa bersalah jika pernah merasa serakah. Tapi lebih baik kita berusaha memahami diri sendiri dan kondisi kita saat itu.

Jangan takut mengakui perasaan kamu. Kalau memang dirimu merasa serakah, ya kamu merasa serakah. Dengan mengakui dan menerima perasaan tersebut, dirimu bisa lebih mudah mengambil langkah selanjutnya untuk mengendalikan sifat serakah tersebut.

Membuat Perbedaan Antara Keinginan dan Kebutuhan

Selanjutnya, coba untuk selalu membuat perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan adalah hal yang harus kita miliki atau lakukan. Sementara keinginan adalah hal yang kita mau. Dengan memahami perbedaan keduanya, kita akan lebih mudah mengenal dan mengendalikan sifat serakah.

Merasa Cukup dan Bahagia dengan yang Kita Miliki

Bagian terakhir dan mungkin yang paling sulit adalah merasa cukup dan bahagia dengan apa yang kita miliki. Tentunya ini bukan hal yang mudah. Tapi berlatih untuk merasa puas dengan apa yang kita miliki adalah salah satu cara efektif untuk mengendalikan sifat serakah.

Seiring waktu, dengan berlatih dan berusaha, kita akan semakin baik dalam mengendalikan sifat serakah.

Sifat Serakah Harus Disadari Sebagai Bagian Dari Diri Kita

Akhir kata, kita harus mengingat bahwa mengetahui tentang sifat serakah ini bukanlah suatu kutukan, melainkan sebuah kesadaran. Kesadaran bahwa kita memiliki kecenderungan untuk menginginkan lebih. Tapi juga kesadaran bahwa kita bisa belajar untuk merasa cukup dan menghargai apa yang sudah kita miliki.

Jadi, yuk, kita gunakan pengetahuan tentang sifat serakah ini sebagai aset, bukan beban. Karena dengan memahami diri kita sendiri, kita akan semakin mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Memahami tentang serakah adalah satu langkah maju menuju kehidupan yang lebih baik dan bahagia.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Otak Kita Merespon Saat Keadaan Terancam?

Artikel oleh: Logos Indonesia.