Sejarah Skizofrenia Ketika Pertama Kali Muncul

Sejarah skizofrenia ketika pertama kali muncul. Pada awalnya skizofrenia dianggap sebagai dimensi yang terjadi pada usia lebih awal.

Tokoh2656 Views

Logos Indonesia Apakah kamu pernah mendengar tentang skizofrenia? Apa yang pertama kali kamu pikirkan tentang seseorang yang memiliki penyakit skizofrenia? Dalam sejarahnya, skizofrenia pada awalnya dianggap sebagai penyakit demensia yang terjadi pada usia yang lebih awal dari semestinya. Pandangan tersebut dikemukakan oleh Emil Kraeplin. Hal ini karena, orang yang mengalami skizofrenia memiliki ciri utama seperti orang yang dimensia pada usia lanjut. Namun seiring dengan waktu, istilah demensia yang lebih awal berganti dengan istilah yang sekarang kita kenal.

Penamaan menjadi skizofrenia diungkapkan pertama kali oleh Eugen Bleuler. Bahwa inti dari penderita ini tidak hanya berdasarkan ciri dimensinya saja yang dikemukakan oleh Emil Kraeplin sebelumnya.

Akibat dari belum teridentifikasinya penyakit skizofrenia ini, di masa awalnya seseorang yang menderita skizofrenia sering didiagnosis menjadi penyakit lainnya yang memiliki karakteristik yang serupa. Ketika skizofrenia ini baru dirumuskan secara utuh mengenai simtom simtomnya, barulah banyak sekali yang teridentifikasi menderita skizofrenia.

Mengenai sejarah dan perkembangan dari skizofrenia akan kita bahas lebih dalam dengan menitikberatkan pada tiga topik, yaitu pandangan Emil Kraeplin, pandangan Eugen Bleuler, dan konsep yang diperluas di Amerika Serikat.

schizophrenic.

Pandangan Emil Kraeplin Terhadap Fenomena Skizofrenia

Pada awal sejarah dari skizofrenia adalah berdasarkan analisis dari Emil Kraeplin mengenai pasien yang menderita penyakit mental yang belum teridentifikasi. Emil Kraeplin menggunakan teori mengenai dimentia praecox untuk menjelaskan fenomena penyakit mental skizofrenia. Teorinya ini dikemukakan pada tahun 1898.

Dalam proses pembentukan teorinya itu, Emil Kraeplin melakukan penelitian mengenai dua kelompok penyakit psikosis yang disebut sebagai endogenik. Selama penelitiannya yang mencakup kelompok penyakit maniak depresi dan dimentia praecox, bahwa terdapat beberapa konsep dalam dimentia praecox yang dapat berdiri sendiri, yaitu demensia paranoid, demensia katatonik, dan dimensia hebefrenia.

Baca Artikel Kami Lainnya: Yuk Kenali Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Pemilihan kata dimensia terkait sistem yang ditemuinya karena simtom yang terlihat seperti dimensi yang terjadi pada di usia awal. Kata “praecox” memiliki arti “terjadi pada usia awal”. Kemudian sinton tersebut diperburuk dengan adanya deteriorasi intelektual progresif (demensia).

Namun demensia yang dimaksud oleh Emil Kraeplin tidak merujuk pada kerusakan memori yang parah, melainkan kepada “kelemahan mental” pada umumnya.

Pandangan Eugen Bleuler Terhadap Fenomena Skizofrenia

Teori dari Emil Kraeplin dikembangkan kembali oleh Eugen Bleuler dan dilakukannya untuk mendefinisi gangguan ini secara lebih spesifik. Terdapat perbedaan pendapat antara Emil Kraeplin dan Eugen Bleuler. Menurut Eugen Bleuler Terdapat dua hal menjadi ciri khas dari Skizofrenia. Poin pertama adalah bahwa gangguan tersebut tidak selalu terjadi pada usia dini. Poin kedua adalah gangguan tersebut tidak akan berkembang menjadi dimensi tanpa dapat dihindari. Karena itu, penyebutan demensia praecox sudah tidak sesuai lagi dengan pandangan Eugen Bleuler. Hingga akhirnya pada tahun 1908, Eugen Bleuler membuat istilah baru mengenai simtom ini yang disebut skizofrenia. Kata skidropenia berasal dari bahasa Yunani, “schizen” memiliki arti “membelah” dan “phren” memiliki arti “akal pikiran”. Pemilihan kata tersebut karena merupakan karakteristik utama dari kondisi skizofrenia.

Karena Eugen Bleuler telah menghilangkan ciri khas skizofrenia sebagai gangguan yang terjadi pada usia dini. Maka dalam mendiagnosisnya pun akan sedikit sulit dan mungkin saja dapat merujuk pada gangguan jenis lainnya. Sehingga Eugen Bleuler perlu mengkonsepkan ciri khas dari gangguan mental ini untuk lebih mudah diidentifikasi dalam melakukan diagnosis.

Baca Artikel Kami Lainnya: Ekstrovert vs Introvert. Aspek Kepribadian Dari Jung.

Konsep metaforis menjadi ciri utama dari skizofrenia. Konsep metaforis adalah rusaknya jaringan asosiatif. Konsep metaforis ini berfungsi dalam mengasosiasikan dan menggabungkan kata-kata dan pikiran. Konsep ini mengacu pada jalinan asosiatif pada penderita skizofrenia ini mengalami kerusakan. Karena itu, konsep ini dapat menjelaskan berbagai masalah yang terjadi pada penderita skizofrenia.

Sebagai contoh, Eugen Bleuler menggunakan istilah “blocking” untuk menjelaskan hilangnya tujuan dalam pikiran, tidak memiliki respon terhadap terhadap suatu objek. Kondisi blocking ini merujuk pada hilangnya seluruh aliran pikiran dalam asosiatif seseorang.

Konsep Yang Diperluas Di Amerika Serikat

Terdapat tiga praktik diagnosis yang luas untuk Menjelaskan konsep skizofrenia di Amerika Serikat.

  1. Para ahli klinis Amerika Serikat akan mendiagnosis penderita skizofrenia jika ditemukan waham dan halusinasi. Namun karena penderita skizofrenia juga memiliki sinom yang sama dengan gangguan mood. Maka terkadang para ahli klinis salah mendiagnosis menjadi gangguan mood pada penderita skizofrenia.
  2. Para pasien skizofrenia ini cenderung didiagnosis mengalami gangguan kepribadian seperti skizotipal, skizoid ambang, gangguan kepribadian paranoid, dan lainnya.
  3. Para pasien skizofrenia mengalami simtom secara akut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenalan Yuk Dengan Terapi Fobia Yang Biasa Dilakukan Oleh Terapis.

Davison, G.C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2017). Psikologi Abnormal Edisi Ke-7. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Artikel oleh: Logos Indonesia.