Menghadapi Stigma dari Keluarga Toxic: Tantangan yang Perlu Dihadapi dengan Bijak

Menghadapi stigma dari keluarga yang toxic merupakan tantangan yang perlu dihadapi dengan bijak. Jangan diambil hati omongan yang buruk.

Logos Indonesia Stigma adalah sebuah label negatif yang melekat pada seseorang atau kelompok tertentu, yang seringkali tidak berdasar pada kenyataan atau fakta. Stigma dapat datang dari berbagai sumber, termasuk dari keluarga. Keluarga adalah salah satu lingkungan sosial yang sangat penting dalam kehidupan kita, namun sayangnya tidak semua keluarga memberikan dukungan dan kasih sayang yang seharusnya. Ada keluarga yang bersifat toxic, yang tidak hanya merugikan kesehatan mental, tetapi juga dapat menimbulkan stigma pada anggota keluarga lainnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Tanda-Tanda Keluarga Yang Toxic. Apakah Keluargamu Salah Satunya?

Sebelum membahas lebih jauh mengenai stigma keluarga toxic, mari kita pahami apa yang dimaksud dengan keluarga toxic. Keluarga toxic adalah keluarga yang memiliki perilaku atau sikap yang dapat merugikan anggota keluarga lainnya secara fisik, emosional, atau mental. Dalam keluarga toxic, stigma dapat terbentuk sebagai akibat dari ketidakmampuan keluarga tersebut untuk menerima perbedaan dan keberagaman. 

Contoh Stigma Dari Keluarga Toxic

 

Banyak sekali contoh dari stigma buruk yang sering diberikan kepada dirimu dari salah satu anggota keluargamu. Mungkin saja kamu tidak menyadari bahwa selama ini orang tuamu memberikan stigma negatif pada dirimu yang membuat rasa kepercayaan diri menurun hingga mempengaruhi cara pandangmu melihat dunia. Contoh stigma dari keluarga toxic di kehidupan sehari-hari kurang lebih terlihat seperti berikut ini.

  • Stigma bahwa seorang anak yang tidak menikah akan dianggap gagal dalam hidupnya, yang dapat membuat seseorang merasa tertekan dan merendahkan diri.
  • Stigma bahwa seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental adalah lemah atau tidak mampu mengatasi masalah, yang dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan merasa tidak dihargai.
  • Seorang wanita yang telah mencapai sukses dalam karirnya mungkin dianggap sebagai “egois” atau “tidak peduli dengan keluarga” oleh keluarganya yang toxic. Hal ini dapat membuatnya merasa rendah diri dan mempengaruhi kepercayaan dirinya di tempat kerja.
  • Seorang pria yang memilih untuk mengejar passion-nya di bidang seni mungkin dianggap sebagai “tidak serius” atau “tidak memiliki masa depan” oleh keluarganya yang toxic. Hal ini dapat membuatnya merasa tidak dihargai dan meragukan dirinya sendiri, meskipun dia telah berhasil mencapai kesuksesan dalam karirnya.
  • Stigma terhadap profesi atau pekerjaan yang dianggap kurang bergengsi. Keluarga yang memiliki pandangan yang berbeda tentang profesi atau pekerjaan tertentu seringkali memandang sebelah mata. Menganggap profesi atau pekerjaan tersebut sebagai orang yang kurang sukses atau tidak memiliki masa depan yang cerah. Hal ini dapat membuat anggota keluarga tersebut merasa tidak dihargai dan merasa tidak memiliki dukungan dari keluarga.
  • Stigma terhadap keadaan fisik atau penampilan seseorang. Keluarga yang memiliki pandangan sempit tentang kecantikan dan penampilan seringkali memandang sebelah mata atau mengejek anggota keluarga yang memiliki keadaan fisik atau penampilan yang berbeda. Hal ini dapat membuat anggota keluarga tersebut merasa tidak dihargai dan merasa tertekan karena merasa tidak diterima oleh keluarga.
Baca Artikel Lainnya: Memulai Hidup Baru: Membangun Dukungan Sosial Setelah Keluar dari Keluarga Toxic.

Dalam menghadapi stigma dari keluarga toxic, penting untuk diingat bahwa seseorang memiliki kontrol atas nilai dirinya dan memiliki kekuatan untuk mengatasi stigma tersebut. Dengan menjaga kesehatan mental dan mengambil tindakan positif, seseorang dapat membuktikan bahwa stigma tersebut tidak berlaku dan memiliki nilai yang berharga sebagai individu yang unik.

Menghadapi Stigma dari Keluarga Toxic

Maka kita sebagai anggota keluarga yang terdapat di dalam keluarga yang toxic perlu menghadapinya dengan bijak. Stigma yang buruk mengenai dirimu yang diucapkan oleh anggota keluarga lain menjadi tantangan yang harus kamu hadapi. Karena stigma dari keluarga toxic dapat mempengaruhi kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kualitas hidup seseorang. Hal ini dapat membuat seseorang merasa terisolasi, tidak dihargai, dan tidak memiliki tempat yang nyaman di dalam keluarga. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stigma dari keluarga toxic.

Pertama, perlu diingat bahwa stigma yang diberikan oleh keluarga toxic tidak selalu benar dan seharusnya tidak mempengaruhi nilai diri seseorang. Sebaliknya, seseorang perlu memfokuskan pada kekuatan dan bakat yang dimilikinya. Misalnya, jika keluarga menganggap seseorang sebagai “lemah”, ia dapat membuktikan sebaliknya dengan melakukan aktivitas fisik atau kegiatan yang memperlihatkan kekuatan dan keberanian.

Baca Artikel Lainnya: Sebelum Memutuskan Hubungan, Cobalah Memperbaiki Hubungan dengan Keluarga yang Toxic.

Kedua, berbicara dengan orang yang dapat dipercaya, seperti teman atau anggota keluarga yang mendukung, dapat membantu mengurangi beban dan membangun rasa percaya diri. Mereka dapat memberikan perspektif yang berbeda dan mendukung keputusan yang diambil.

Ketiga, mengambil tindakan positif seperti mengikuti kegiatan sosial atau olahraga, bergabung dengan komunitas yang positif, atau mengambil kursus pendidikan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi stres.

Dengan melakukan beberapa cara tersebut diharapkan mampu mengatasi dampak buruk dari stigma atau ucapan buruk dari anggota keluarga. 

Artikel oleh: Logos Indonesia.