Logos Indonesia – Pernah dengar tentang Goal dan Framing Theory dalam psikologi lingkungan perkotaan? Memahami kehidupan perkotaan bisa menjadi tantangan sekaligus petualangan yang menarik. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kota, ada bagian di dalam diri kita yang berusaha mencari makna dan tujuan – “goal”. Bagaimana kita merespon dan membingkai pengalaman hidup di kota. Inilah yang dikenal dengan Framing Theory. Menggabungkan antara penetapan tujuan (goal) dan penggunaan bingkai (framing) bisa menjadi strategi efektif untuk menavigasi kehidupan di kota. Dengan menentukan ‘goal’ yang jelas dan menggunakan Framing Theory untuk melihat peluang, bukan hambatan. Kita memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan perkotaan yang penuh makna dan produktif.
Apa Itu “Goal” dalam Psikologi?
Ketika kita bicara tentang ‘goal’ atau tujuan dalam psikologi, itu berarti kita berbicara tentang apa yang ingin kita capai. Apakah kamu ingin berhasil dalam karier kamu? Atau, apakah kamu ingin memiliki hubungan yang sehat dengan keluarga dan teman-temanmu? Itulah yang disebut dengan ‘goal’ dalam psikologi.
Seperti yang sudah di jelaskan, ‘goal’ dalam psikologi adalah suatu tujuan yang ingin kita capai. Kamu ingin sukses dalam karier? Itu adalah ‘goal’. Kamu ingin membangun hubungan yang harmonis? Itu juga termasuk ‘goal’. Sebenarnya, setiap harapan atau rencana yang ingin kita wujudkan itu bisa dijadikan sebagai ‘goal’.
Nah, Bagaimana ‘Goal’ Ini Berhubungan Dengan Kehidupan Kita Di Lingkungan Perkotaan?
Saat kita hidup di lingkungan perkotaan yang penuh dinamika dan tantangan, kita perlu menentukan dan merumuskan ‘goal’ kita dengan jelas. Misalnya, apakah kamu ingin memiliki lingkungan yang asri dan nyaman di sekitar rumah kamu di tengah hiruk-pikuk kota? Atau, apakah kamu ingin berkontribusi dalam membangun komunitas di lingkunganmu?
Saat kita sudah menentukan ‘goal’ kita, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi untuk mencapainya. Seperti bermain sepak bola, kamu perlu membuat strategi untuk mencapai garis akhir atau mencetak gol.
Dalam konteks ini, ‘goal’ menjadi penting karena membantu kita untuk tetap fokus dan bergerak maju, meski kadang tantangan dan hambatan datang silih berganti. Itu sebabnya, menetapkan ‘goal’ yang jelas dan realistis menjadi kunci sukses dalam hidup di lingkungan perkotaan.
Jadi, sudahkah kamu menentukan ‘goal’ kamu hari ini?
Mengatur Lingkungan Perkotaan dengan Framing Theory
Nah, setelah kita bicara tentang tujuan, bagaimana cara kita mencapainya? Disinilah Framing Theory atau teori bingkai masuk dalam permainan. Framing Theory pada dasarnya adalah cara kita memandang dan memahami dunia sekitar.
Setiap pengalaman kita bisa dikatakan sebagai sebuah ‘bingkai’. Bingkai ini membantu kita memberikan makna pada pengalaman tersebut. Misalnya, ingat saat kamu berjalan di taman kota. Bingkaimu mungkin mengatakan bahwa itu adalah pengalaman yang menenangkan. Saat kamu menikmati hijaunya pepohonan dan suara burung yang berbunyi.
Namun, bingkai bisa juga menjadi sesuatu yang merusak. Misalnya, jika kamu merasa jenuh dengan keramaian dan hiruk-pikuk kota. Bingkaimu mungkin mengatakan bahwa kota adalah tempat yang stres dan membuatmu lelah.
Makanya, penting buat kita untuk bisa mengatur bingkai kita sendiri. Cobalah untuk melihat perkotaan bukan hanya sebagai lingkungan yang padat dan sulit. Tapi juga sebagai tempat yang penuh dengan peluang, inovasi, dan kesempatan!
Menggabungkan Goal dan Framing Theory
Jadi bagaimana kita menggabungkan goal dan Framing Theory dalam konteks psikologi lingkungan perkotaan?
Pertama, kita harus menentukan tujuan kita. Apa yang ingin kita capai dari hidup kita di kota? Sebelum kita memulai perjalanan kita dalam hidup perkotaan, sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa yang kita inginkan. Itu adalah definisi ‘goal’ kita. Misalnya, kamu bisa memutuskan bahwa tujuan kamu adalah untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Atau mungkin kamu ingin berkontribusi pada komunitas lokal di sekitar kamu. Tujuan ini membantu kita untuk tetap fokus dan tahu ke mana arah yang perlu kita tuju.
Setelah itu, kita bisa menggunakan Framing Theory untuk membantu kita mencapai tujuan tersebut. Bingkai ini adalah cara kita memahami dan memproses pengalaman kita. Misalnya, jika tujuan kamu adalah untuk menikmati hidup di kota meskipun cenderung ramai dan padat. Kamu mungkin perlu membingkai kota sebagai tempat yang energik dan dinamis, bukan hiruk-pikuk dan stres.
Bingkai tidak hanya membantu kita memahami pengalaman kita, tetapi juga membantu kita melihat peluang daripada hambatan. Misalnya, kamu mungkin menemukan bahwa hidup di kota benar-benar melelahkan dan tidak ramah. Tapi, jika kamu mendekatinya dengan bingkai yang positif. Kamu mungkin melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar, tumbuh dan beradaptasi.
Caranya adalah dengan mengubah perspektif kita. Alih-alih melihat hiruk-pikuk dan kepadatan kota sebagai suatu hambatan. Kita bisa membingkainya sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih dinamis dan menantang. Memahami bahwa setiap tantangan adalah peluang untuk belajar dan beradaptasi.
Baca Artikel Kami Lainnya: Yuk Belajar tentang Psikologi Lingkungan Perkotaan!
Dengan memahami ‘goal’ kita dan menerapkan Framing Theory dengan bijaksana, kita bisa menjalani hidup di kota dengan lebih baik. Karena pada dasarnya, hidup di kota adalah tentang bagaimana kita memahami dan membentuk pengalaman kita. Dan bagaimana kita bisa menggunakan pengalaman tersebut untuk mencapai tujuan kita.
Akhirnya, dengan menggabungkan Goal dan Framing Theory. Kita bisa menciptakan kehidupan perkotaan yang lebih baik. Jadi, cobalah untuk menentukan tujuanmu dan bingkaikan pengalamanmu dengan cara yang membantu kamu mencapai tujuan tersebut.
Baca Artikel Kami Lainnya: Ternyata Perbedaan Iklim Mampu Mempengaruhi Perilaku Manusia
Artikel oleh: Logos Indonesia.