Logos Indonesia – Contoh Stimulus Sampling Theory dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seseorang berkendara di jalan raya. Saat berkendara, kita menerima banyak informasi dari lingkungan sekitar, seperti mobil di depan, samping, belakang, lampu lalu lintas, marka jalan, dan lain sebagainya. Namun, kita hanya dapat mengambil sampel informasi tersebut dan memprosesnya secara terbatas.
Ketika mengemudi, kita memperhatikan mobil yang berada di depan kita, namun mungkin tidak memperhatikan mobil yang berada di belakang kita sampai kita merasakan adanya suara klakson. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang kita terima adalah sampel dari informasi yang sebenarnya ada di sekitar kita.
Selain itu, dalam kondisi ketidakpastian, misalnya ketika kita harus mengambil keputusan dalam situasi yang berbeda-beda, seperti mengambil rute yang berbeda di jalan raya karena adanya kemacetan, Stimulus Sampling Theory juga dapat berlaku. Dalam kondisi tersebut, otak kita mengambil sampel informasi yang tersedia dan memprosesnya untuk membuat keputusan yang terbaik berdasarkan informasi yang ada.
Dalam hal lain, ketika kita berbicara dengan seseorang, kita hanya dapat memperhatikan sebagian informasi dari apa yang mereka katakan, sementara detail lainnya mungkin terlewatkan. Ini menunjukkan bagaimana Stimulus Sampling Theory beroperasi dalam kehidupan sehari-hari kita dan mempengaruhi cara kita memproses informasi.
Contoh Stimulus Sampling Theory Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Stimulus Sampling Theory dapat membantu kita memahami bagaimana otak manusia memproses informasi dan mengambil keputusan berdasarkan sampel informasi yang tersedia, serta memberikan dasar untuk memahami ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan. Stimulus Sampling Theory juga dapat diterapkan pada berbagai situasi kehidupan sehari-hari, seperti:
Ketika seseorang mencoba mengingat kata-kata atau kalimat dalam bahasa asing yang baru dipelajari, mereka hanya bisa mengambil sampel kata-kata atau kalimat tersebut, bukan secara keseluruhan. Kemudian, informasi yang terambil diubah menjadi representasi mental yang disebut “trace” untuk membantu proses mengingat.
Baca Artikel Kami Lainnya: Mengapa Menerima Kesedihan itu Penting?
Ketika kita memilih makanan di restoran, kita hanya bisa mengambil sampel dari informasi yang tersedia, seperti deskripsi makanan atau gambar di menu, dan kemudian kita membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia.
Ketika seseorang menonton berita di televisi, mereka hanya bisa mengambil sampel dari informasi yang disajikan oleh media tersebut, dan kemudian mereka memproses informasi tersebut berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Apakah Stimulus Sampling Theory Terjadi Secara Sadara tau Tidak Sadar?
Proses pengambilan sampel stimulus yang dilakukan oleh otak manusia sebenarnya terjadi secara tidak sadar atau otomatis. Otak manusia secara otomatis memilih dan memproses informasi yang diterima berdasarkan kebutuhan dan konteks situasi tertentu, tanpa perlu disadari secara sadar.
Namun, proses pengambilan sampel stimulus dapat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan perhatian yang dimiliki seseorang. Misalnya, seseorang yang lebih berpengalaman dalam mengemudi akan lebih mampu mengambil sampel stimulus yang relevan dan memprosesnya dengan lebih baik daripada seseorang yang masih baru belajar mengemudi.
Baca Artikel Kami Lainnya: Pahami 6 Asumsi Stimulus Sampling Theory Estes.
Dalam kondisi tertentu, seperti saat melakukan tugas yang membutuhkan konsentrasi dan fokus tinggi, seseorang mungkin perlu meningkatkan kesadaran mereka terhadap proses pengambilan sampel stimulus untuk memastikan informasi yang diambil dan diproses benar-benar relevan dan akurat.
Lalu, Apa Bedanya Dengan Atensi selektif?
Atensi selektif dan Stimulus Sampling Theory memiliki hubungan yang erat, tetapi keduanya berbeda dalam konsepnya. Atensi selektif merujuk pada kemampuan otak manusia untuk memilih dan fokus pada stimulus yang paling relevan dan penting dalam situasi tertentu. Contohnya, ketika sedang membaca buku, kita dapat mengabaikan suara-suara yang tidak penting di sekitar kita dan memusatkan perhatian pada kata-kata dalam buku yang sedang kita baca.
Sementara itu, Stimulus Sampling Theory menggambarkan bagaimana otak manusia secara otomatis mengambil sampel dari stimulus yang tersedia dan memprosesnya untuk menghasilkan representasi mental yang disebut “trace”. Proses ini dapat terjadi bahkan ketika kita tidak menyadari adanya stimulus di sekitar kita.
Jadi, sementara atensi selektif adalah kemampuan sadar untuk memilih dan fokus pada stimulus yang relevan, Stimulus Sampling Theory adalah proses tidak sadar atau otomatis di mana otak manusia mengambil sampel dari stimulus yang tersedia dan memprosesnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa Stimulus Sampling Theory adalah teori yang menjelaskan bagaimana otak manusia secara otomatis mengambil sampel dari stimulus yang tersedia dan memprosesnya menjadi representasi mental yang disebut “trace”. Proses pengambilan sampel stimulus ini dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pengalaman, pengetahuan, dan perhatian, tetapi terjadi secara tidak sadar atau otomatis.
Teori ini dapat membantu kita memahami bagaimana otak manusia memproses informasi dan membuat keputusan berdasarkan sampel informasi yang tersedia, serta memberikan dasar untuk memahami ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan. Namun, Stimulus Sampling Theory berbeda dengan konsep atensi selektif, yang merujuk pada kemampuan sadar untuk memilih dan fokus pada stimulus yang paling relevan dan penting dalam situasi tertentu.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Teori Belajar, Edisi Ketujuh. Prenadamedia Group: Jakarta.