Teori di Balik Fenomena Pareidolia yang Membuat Kita Melihat Hantu dan Alien

Teori di balik fenomena pareidolia yang membuat kita melihat hantu dan alien. Mari kita bahas lebih dalam dalam pembahasan ini.

Logos IndonesiaApakah kamu pernah melihat wajah di dalam stoples kue? Atau mungkin kamu pernah melihat sosok hantu atau alien di foto-foto lama? Jika ya, maka kamu mungkin mengalami pareidolia, yaitu kecenderungan untuk menemukan makna atau pola dalam rangsangan acak, biasanya visual. Sehingga kita melihat objek, gambar, atau arti yang sebenarnya tidak ada.

Pareidolia adalah fenomena psikologis yang membuat kita melihat gambar-gambar yang tidak ada dalam rangsangan visual yang tidak jelas. Contohnya adalah melihat wajah di stoples kue atau hantu di foto lama. Fenomena ini terjadi karena otak kita cenderung mencari makna dan pola dalam informasi visual yang kita terima.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Mengembangakan Minatmu Agar Lebih Berkembang.

Pareidolia dapat dijelaskan dari beberapa sudut pandang, seperti psikologi, neurologi, dan evolusi. Beberapa teori mengatakan bahwa pareidolia berasal dari kebutuhan manusia untuk mengenali wajah dan makhluk hidup dengan cepat dan akurat. Pareidolia dapat menyebabkan kesalahan persepsi, tetapi juga dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi kita.

Contoh Pareidolia

Pareidolia bukanlah fenomena baru. Sejak zaman kuno, manusia telah melaporkan pengalaman pareidolia dalam berbagai bentuk. Seperti melihat wajah-wajah di bulan, binatang-binatang di awan, atau pesan-pesan tersembunyi di musik. Beberapa contoh terkenal dari pareidolia antara lain:

Wajah Manusia di Mars. Pada tahun 1976, wahana Viking 1 milik NASA mengirimkan foto permukaan Mars yang menunjukkan sebuah formasi batu yang mirip dengan wajah manusia. Banyak orang yang percaya bahwa ini adalah bukti adanya peradaban kuno di Mars, meskipun foto-foto berikutnya menunjukkan bahwa itu hanyalah ilusi optik.

Roti Panggang Yesus. Dilansir dari livescience, Pada tahun 2004, seorang wanita bernama Diana Duyser dari Miami menjual sebuah roti panggang setengah dimakan seharga USD 28.000 di eBay. Dia mengklaim bahwa roti panggang itu menampilkan gambar Yesus Kristus.

Hantu Brown Lady. Pada tahun 1936, dua fotografer dari majalah Country Life mengambil foto tangga di Raynham Hall, sebuah rumah bersejarah di Inggris. Foto itu menunjukkan sosok kabur yang mirip dengan wanita berpakaian abad ke-18. Banyak orang yang percaya bahwa itu adalah hantu Brown Lady, yaitu roh dari Lady Dorothy Walpole, istri dari Charles Townshend, yang meninggal pada tahun 1726.

Teori Pareidolia

Lalu, mengapa kita bisa mengalami pareidolia? Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini dari sudut pandang psikologis, neurologis, dan evolusioner.

Teori Gestalt dalam Menjelaskan Fenomena Pareidolia

Salah satu teori psikologis yang populer adalah teori Gestalt. Dilansi dari livescience , menyatakan bahwa teori gestalt merujuk pada kinerja otak kita yang cenderung mengelompokkan informasi visual menjadi bentuk-bentuk yang utuh dan bermakna. Dengan kata lain, kita cenderung “melengkapi titik-titik” untuk membentuk gambaran yang koheren dari rangsangan yang tidak jelas atau tidak lengkap.

Teori psikologis Gestalt adalah salah satu teori yang populer dalam bidang psikologi yang mengatakan bahwa otak kita cenderung mengelompokkan informasi visual menjadi bentuk-bentuk yang utuh dan bermakna. Menurut Britannica, teori ini berasal dari bahasa Jerman yang berarti “bentuk” atau “konfigurasi”.

Menurut verywellmind , teori Gestalt didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, seperti:

Prinsip keseluruhan: Keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Artinya, kita tidak bisa memahami suatu objek hanya dengan menganalisis bagian-bagiannya secara terpisah, tetapi harus melihat hubungan dan interaksi antara bagian-bagian tersebut.

Prinsip kelompokan: Otak kita cenderung mengelompokkan elemen-elemen visual yang memiliki kesamaan, kedekatan, kesinambungan, penutupan, atau simetri. Hal ini memudahkan kita untuk mengenali pola dan bentuk dalam rangsangan visual yang kompleks.

Prinsip figur-latar: Otak kita cenderung membedakan antara objek yang menonjol (figur) dan latar belakang yang samar (latar). Hal ini membantu kita untuk fokus pada informasi yang penting dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.

Teori Gestalt menjelaskan bahwa kita cenderung “melengkapi titik-titik” untuk membentuk gambaran yang koheren dari rangsangan yang tidak jelas atau tidak lengkap. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan otak kita untuk mencari makna dan pola dalam informasi visual yang kita terima.

Teori Neurologis dalam Menjelaskan Fenomena Pareidolia

Beberapa penelitian menggunakan teknologi seperti magnetoencephalography (MEG) dan functional magnetic resonance imaging (fMRI) telah menunjukkan bahwa pareidolia terkait dengan aktivasi area-area otak yang bertanggung jawab untuk pengenalan wajah dan objek. Salah satu area tersebut adalah fusiform face area (FFA), yang bereaksi lebih cepat dan lebih kuat ketika kita melihat wajah daripada objek lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pareidolia adalah proses awal dan bukan reinterpretasi kognitif belakangan.

Pareidolia adalah fenomena yang menarik dan misterius yang mengungkapkan bagaimana otak kita bekerja dalam memproses informasi visual. Meskipun pareidolia dapat menyebabkan kesalahan persepsi dan ilusi optik, ia juga dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi kita. Selain itu, pareidolia dapat membantu kita memahami psikologi manusia dan kepercayaan-kepercayaan yang berkembang di sekitar kita.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Perlu Mengetahui Minat Pada Diri Sendiri Sejak Masih Kecil?

Artikel oleh: Logos Indonesia.