Id Ego dan Superego dalam Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud

Struktur Kepribadian Menurut Tokoh Psikoanalisis Sigmund Freud terdiri dari tiga elemen yaitu Id Ego dan Superego seperti gunung es

Kerpibadian12603 Views

Struktur Kepribadian Menurut Tokoh Psikoanalisis Sigmund Freud terdiri dari tiga elemen yaitu Id Ego dan Superego seperti gunung es.

Id menurut Freud

Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

Prinsip id adalah prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi id, kenikmatan adalah keadaan inaktif atau tingkat energi yang rendah, dan rasa sakit adalah ketegangan atau peningkatan energy yang mendambakan kepuasan (Alwisol, 2008).

Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex action) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-dipakai untuk emnangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.

Proses primer adalh reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan ketegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau putting ibunya. Proses membentuk gambaran obyek yang menguragi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik (Alwisol, 2008).

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang member kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego (Alwisol, 2008).

Id Ego dan Superego dalam Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud

Ego menurut Freud

Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder, yakni berpikir realistik menyusun rencana dan mneguji apakah rencana itu menghasilkan obyek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipikirkan secara realistik.

Dari cara kerjanya dapat dipahami sebagian besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar (Alwisol, 2008).

Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas  kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.

Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memnuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id (Alwisol, 2008).

Superego menurut Freud

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego. Superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun superego tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diper-juangkannya tidak realistik (Alwisol, 2008).

Teori Gunung Es dalam Psikologi Psikoanalisis Sigmund Freud. Sumber : psychmuseum.uwgb.org

Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati, yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan.

Apapun yang disetuji, dihadiahi, dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan suara hati dan ego ideal, yang berarti menerima standar yang salah dan benar itu disebut introyeksi. Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua (Alwisol, 2008).

Logos Indonesia adalah Biro Psikologi & Konsultan HRD Jakarta dengan Layanan Rekrutmen, Asesmen Karyawan (Psikotes Online & Offline, Assessment Center dll) Klinik Psikologi, Pelatihan Alat Tes Psikologi dan Outbound.