Inilah Alasan Kamu Terus Mengiyakan Permintaan Orang Lain

Inilah alasan kamu terus mengiyakan permintaan orang lain. Jangan sampai tertipu bujuk rayunya. Situasi tersebut disebut compliance.

Sosial, Tokoh3681 Views

Logos Indonesia Pernahkah kamu berhadapan dengan seseorang yang meminta bantuan kepadamu atau menawarkan barang yang dijualnya? Apa yang biasa kamu jawab? “Iya” atau “Tidak”?

Jika kamu cenderung untuk mengatakan “iya” setiap kali seseorang meminta atau menawarkan sesuatu kepadamu. Maka kamu cenderung melakukan compliance atau pemenuhan keinginan. Compliance ini merupakan pengaruh sosial dalam bidang psikologi sosial. Secara tidak sadar kamu dipengaruhi oleh orang tersebut untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Hal inilah mengapa situasi tersebut dinamakan pemenuhan keinginan atas kepentingan orang lain atau Compliance.

Baca Artikel Kami Lainnya: Dismorfik Tubuh Dan Standar Kecantikan.

Terdapat beberapa prinsip dasar untuk terjadinya compliance. Karakteristik pribadi dan situasi yang dialami tentu saja mempengaruhi tingkat compliance yang kamu lakukan. Mari kita bahas compliance sebagai penjelasan dari menuruti keinginan seseorang. Kemudian kita akan membahas prinsip dasar dari compliance dan contoh nyatanya.

Apa Itu Compliance?

Compliance merupakan salah satu bentuk dari pengaruh sosial yang bertujuan untuk memenuhi keinginan orang lain. Kamu cenderung mengikuti keinginan orang tersebut atas permintaannya. Compliance berkaitan erat dengan menyetujui permintaan orang lain untuk kita lakukan. Dunia pemasaran atau marketing produk menjadi salah satu bidang yang menerapkan reori compliance ini.

Teknik compliance ini juga sering diterapkan dalam dunia periklanan, dunia sales, dan dunia politik dalam pemilu. Ketika seorang calon anggota legislatif berkampanye untuk warga masyarakat yang memilih dirinya dalam pemilu. Maka calon anggota legislatif tersebut menggunakan teori compliance.

Contoh compliance yang dekat dengan kita adalah seorang teman ingin meminjam uang atau barang kepada diri kita. Contoh lainnya adalah seorang anak yang merengek untuk meminta mainan kepada kedua orang tuanya. Kedua contoh tersebut menggunakan teori compliance.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Leon Festinger.

Saat berhadapan dengan situasi tersebut kamu dihadapkan pada dua pilihan yaitu mengiyakan atau menolaknya. Terdapat faktor yang membuat dirimu cenderung mengatakan “iya”dari pada “tidak” ketika berada dalam situasi tersebut.

Faktor tersebut akan dijelaskan dalam prinsip dasar compliance. Dengan memahami prinsip dasar compliance kamu akan memahami alasan kenapa dirimu cenderung mengatakan “Iya” kepada beberapa orang dan mengatakan “Tidak” kepada sebagian orang lainnya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Teori Disonansi Kognitif Dari Leon Festinger.

Faktor yang membuat dirimu cenderung mengatakan “Iya” terhadap beberapa orang tersebut padahal sebenarnya ingin menolak permintaan tersebut. Atau lebih tepatnya tidak bisa menolak permintaan mereka.

Apa saja Prinsip Dasar Compliance?

Prinsip dasar compliance dikemukakan oleh Robert C. Cialdini yang ingin mendalami faktor kepatuhan individu untuk melakukan tindakan yang diminta. Setelah melakukan penelitian menggunakan observasi langsung. Didapatkan hasil yang menyimpulkan bahwa compliance memiliki prinsip dasar yang umum dialami oleh seseorang yang cenderung patuh terhadap permintaan orang lain.

Berikut ini terdapat 6 prinsip dasar dari teori compliance menurut Cialdini. Prinsip dasar ini juga menjawab pertanyaan mengapa dirimu cenderung mengatakan “Iya” setiap orang meminta bantuan atau memenuhi keinginan mereka. Keenam alasan ini membuat dirimu sulit untuk mengatakan “Tidak” atas penawaran atau permintaan mereka. Alhasil kamu tidak bisa menolak permintaan mereka.

Atas Dasar Pertemanan Atau Rasa Suka

Photo by Bewakoof.com Official on Unsplash

Salah satu alasan mengapa dirimu sulit mengatakan tidak Ketika seseorang meminta bantuan terhadap dirimu adalah orang tersebut merupakan teman atau orang yang dekat denganmu. Kamu merasa tidak enak untuk mengatakan “Tidak”. Sehingga kamu harus membantunya, dengan mengatakan “Iya”. Kamu juga cenderung mengatakan “iya” pada seseorang yang kamu sukai dibandingkan orang yang kamu benci.

Terdapat Komitmen Atau Konsistensi Dalam Permintaan

Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Kita juga cenderung untuk mengatakan “Iya” pada seseorang yang konsisten memiliki permintaan yang sama di situasi yang sama. Ketika seseorang terikat pada dirimu, di posisi atau tindakan yang sama. Maka orang tersebut cenderung melakukan tindakan yang sama sebelumnya. Sehingga, memiliki permintaan yang sama juga di sebelum-sebelumnya. Maka kamu cenderung mengabulkan permintaan tersebut sebagai suatu kebiasaan.

Permintaan Atau Penawaran Tersebut Langka Terjadi

Untuk alasan ini berkaitan dengan penawaran yang hanya kamu saja yang mengetahui hal tersebut. Karena itu penawaran tersebut bersifat langka. Kamu cenderung tergiur dengan penawaran tersebut hingga menuruti permintaan dari penawaran tersebut. Sebagai contoh ketika dihadapkan pada penawaran harga apartemen yang menggiurkan dengan fasilitas yang sangat lengkap. Mereka mengatakan bahwa harga yang kamu bayar hanya berlaku untuk dirimu sendiri.

Hubungan Timbal Balik

Ketika seseorang bertindak baik kepadamu. Maka kecenderungan untuk menolong orang tersebut Tinggi karena ingin membalas kebaikannya. Hal inilah merupakan hubungan timbal balik dengan memenuhi permintaan orang tersebut.

Validasi Sosial

Validasi sosial merupakan standar norma dalam masyarakat yang kita percayai sebagai suatu kebenaran atau kebaikan. Ketika kamu mempercayai bahwa menolong orang lain itu hal yang baik. Maka kamu cenderung untuk memenuhi kebutuhan orang lain sebagai alasan validasi sosial.

Seseorang Yang Memiliki Otoritas Atas Tindakanmu

Untuk alasan ini berkaitan dengan perintah dari otoritas yang mampu untuk menggerakkan tindakanmu. Biasanya berada di dunia pekerjaan. Ketika seorang bos meminta pertolongan kepada dirimu. Mau tidak mau kamu harus melakukan keinginannya sebagai suatu perintah dari otoritas.

Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel oleh: Logos Indonesia.