Mengenal Lebih Dalam Gangguan Konversi Dan Somatisasi

Mengenal lebih dalam gangguan konversi dan somatisasi. Gejala fisik yang dirasakan akibat stres yang mendalam.

Klinis2488 Views

Logos Indonesia Terdapat beberapa kasus langka yang tidak dapat di deteksi oleh medis. Seseorang yang memiliki penyakit fisik dan merasakan gejala-gejala penyakit yang secara fisik, namun ketika dicek oleh dokter tidak memiliki permasalahan apapun dalam tubuhnya.

Penyakit ini dikategorikan sebagai gangguan psikologis somatoform. Gangguan jenis ini sangat berkaitan dengan kondisi psikologis penderitanya. Sebagai akibat dari rasa cemas dan stresnya menimbulkan gejala secara fisik.

Dalam artikel ini kita akan membahas gangguan konversi dan somatisasi yang merupakan kategori dari penyakit somatoform. Kedua jenis gangguan psikologis ini terbilang unik karena si penderita menyadari kondisinya sakit secara medis bukan secara psikologis. Karena itu mereka akan berkonsultasi kepada dokter dan bukan kepada psikolog atau psikiater.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sejarah Perkembangan Stanford-Binet Intelligence Test Dan Pandangan Alfred Binet Mengenai Terobosannya.

Ketika mereka datang ke banyak dokter untuk mengetahui penyakitnya, hasil yang didapatkan adalah kondisi tubuh yang sehat. Kebingungan dokter terhadap penyakitnya ini, memutuskan si pasien untuk dirujuk ke psikolog atau psikiater.

Namun karena si pasien menganggap dirinya sakit secara medis dan bukan psikologis. Maka ketika diminta dirujuk ke psikolog, mereka merasa dianggap sebagai pembohong atas penyakitnya. Mereka menganggap dokter tersebut tidak mempercayai dirinya yang benar-benar merasakan gejala fisik akibat dari penyakitnya itu. Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai gangguan konversi dan gangguan somatisasi.

Apa Itu Gangguan Konversi?

Kebutaan mendadak salah satu contoh gangguan konversi.

Gangguan konversi adalah penyakit secara fisik dirasakan oleh si penderita, namun jika diperiksa secara medis tidak memiliki penyakit tersebut. Hal ini karena pengaruh stres dan rasa cemas yang dialihkan dalam bentuk gejala fisik.

Dalam DSM-IV-TR, gangguan konversi memiliki kriteria sebagai berikut.

  • Penderita memiliki satu atau lebih simptom yang mempengaruhi fungsi motorik dan sensorik serta mengindikasikan kondisi neurologis atau medis.
  • Gejala simptom yang dirasakan oleh si pasien berkaitan dengan konflik atau stres yang dialaminya.
  • Gejala yang dirasakan tidak dilakukan dengan sengaja dan tidak dapat dijelaskan secara medis.

Terdapat banyak macam dari jenis gangguan konversi ini. Namun secara umum, penyakit yang dikategorikan sebagai gangguan konversi ini memiliki ciri khas yaitu ketidak fungsian sistem sistem sensori, atau motorik, atau ketidak fungsian lima panca seseorang secara mendadak dan tidak diketahui penyebabnya secara medis. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang dikategorikan sebagai gangguan konversi.

Aphonia

Gangguan konversi berupa hilangnya suara dan hanya bisa berbicara dengan berbisik saja.

Anesthesia

Gangguan konversi berupa kelumpuhan sebagian ataupun kelumpuhan secara keseluruhan pada lengan atau kaki, kejang-kejang, gangguan koordinasi tubuh, kulit terasa tertusuk, atau bergetar, intensitas terhadap rasa sakit, hilang atau lemahnya penginderaan. Seseorang yang menderita anesthesia ini bisa saja mengalami kehilangan penglihatan secara mendadak atau lumpuh secara mendadak. Sebagai contoh anestesia sarung tangan, yaitu kondisi tangan yang mati rasa saat tertutup oleh sarung tangan.

Carpal Tunnel

Gangguan konversi berupa sensasi terasa tertusuk, mati rasa, dan nyeri di bagian tangan. Sindrom carpal tunnel ini sering terjadi pada orang yang banyak mengetik di depan komputer selama berjam-jam bahkan seharian.

Anosmia

Gangguan konversi berupa hilang atau melemahnya indra penciuman. Gejala tersebut terjadi secara tiba-tiba.

Gejala atau simtom yang dirasakan oleh si penderita terjadi secara mendadak dan dibarengi dengan situasi penuh stres. Beberapa kasus menemukan bahwa penderita yang mengalami gangguan konversi mungkin saja berusaha untuk menghindari aktivitas atau tanggung jawab atau menginginkan perhatian orang lain secara tidak sadar.

Menurut Freud, kecemasan dan konflik psikologis diubah menjadi gejala fisik yang dirasakan oleh si penderita gangguan konversi ini. Gangguan konversi ini lebih banyak terjadi pada masa remaja atau dewasa awal dan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stres yang berat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Teori Kognitif Aaron Beck Mengenai Depresi.

Secara umum, gangguan konversi lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Namun pada perang dunia 1 dan 2, ditemukan penderita gangguan konversi lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan selama pertempuran berlangsung.

Berdasarkan waktu munculnya gangguan konversi dapat muncul dan berhenti secara mendadak. Namun kemungkinan besar untuk muncul kembali cukup tinggi dengan gejala yang sama atau penyakit yang berbeda.

Apa Itu Somatisasi?

Somatisasi pada awalnya dikenal sebagai sindrom briquet oleh Pierre Briquet. Somatisasi ini terjadi ketika seseorang mengalami keluhan secara somatik yang berulang dan memerlukan perhatian medis. Namun ketika diperiksa, tidak memiliki sebab fisik yang jelas.

Dalam DSM-IV-TR gangguan somatisasi setidaknya mengalami empat hal berikut.

  • Terdapat 4 simtom rasa sakit di bagian yang berbeda, seperti di kepala punggung, sendi dan lainnya.
  • Terdapat dua simtom gastrointestinal, seperti diare dan mual.
  • Terdapat satu simtom seksual selain rasa sakit, seperti disfungsi erection.
  • Terdapat satu simptom pseudoneurologis, seperti pada gangguan konversi.

Gangguan somatisasi ini lebih sering terjadi pada budaya yang tidak mendorong adanya ekspresi emosi secara terbuka. Gangguan somatisasi umumnya terjadi pada masa dewasa awal. Hal ini karena pada usia tersebut, untuk pertama kalinya mereka menghadapi permasalahan secara sendiri, tanpa bantuan orang tua. Perasaan cemas yang berlebih memicu terjadinya gejala secara fisik yang dirasakan sebagai suatu penyakit.

Dalam lingkup yang lebih kecil, somatisasi sering terjadi pada saat merasa cemas untuk berbicara di depan umum. Seperti sebelum naik ke atas panggung terdapat gejala diare terus-menerus, keringat dingin, sakit kepala dan gejala fisik lainnya. Semua sensasi fisik tersebut menuju pada ekspresi dari rasa cemas.

Namun dalam tingkatan yang jauh lebih kronis, gangguan somatisasi dapat terjadi selama bertahun-tahun dan tidak disadari penyebabnya. Si penderita hanya tahu mengalami penyakit yang tidak kunjung membaik dan semakin lama semakin bervariasi gejalanya. Ketika ditangani oleh dokter, gejala penyakit tersebut tidak kunjung sembuh dan ketika diperiksa dirinya sehat-sehat saja. Namun ketika diulik oleh psikolog mengenai penyakitnya. Ternyata sangat berhubungan dengan gejala kecemasan berlebih pada suatu hal yang menjadi permasalahannya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Efek Placebo Dan Penelitian Eksperimen Menggunakan Efek Placebo.

Davison, G.C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2017). Psikologi Abnormal Edisi Ke-7. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Artikel oleh: Logos Indonesia.