Logos Indonesia – Kamu pernah mendengar orang bilang, “mental juga penting, lho!”? Kalimat tersebut memang benar adanya, selain fisik yang sehat, kesehatan mental juga patut kita jaga. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum paham atau bahkan enggan mengakui adanya gangguan mental. Oleh karena itu, di artikel ini kita akan membahas betapa pentingnya menyadari bahwa memiliki gangguan mental itu tidak perlu malu. Kita akan menghadirkan alasan mengapa kamu dan kita semua bisa mengubah pandangan terkait gangguan mental ini.
Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Kamu Pernah Mengalami Gangguan Panik dengan Agoraphobia? Ini Tanda-Tandanya!
Salah satu alasan kuat mengapa kita perlu mengubah pandangan adalah adanya stigma negatif yang mengekor di masyarakat terkait gangguan mental. Stigma ini seringkali membuat seseorang yang membutuhkan dukungan malah merasa jauh dari harapan. Tak jarang, mereka malu dan ketakutan menghadapi kenyataan gangguan mental yang sedang dihadapi. Nah, alangkah baiknya jika kita mulai mengubah cara pandang kita tentang gangguan mental itu.
Setelah membaca artikel ini, semoga kita semakin memahami dan berempati terhadap orang yang mengalami gangguan mental. Kita sadar bahwa tidak ada yang perlu malu memiliki atau menghadapi gangguan mental ini.
Memahami Gangguan Mental
Gangguan mental adalah masalah kesehatan yang menyentuh persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi otak kita. Ada berbagai jenis gangguan mental, mulai dari gangguan kecemasan, depresi, bipolar, hingga skizofrenia.
Setiap gangguan mental punya tanda dan gejala yang berbeda-beda. Beberapa ciri umum meliputi perubahan suasana hati, kesulitan tidur, penurunan energi, dan terisolasi dari lingkungan sosial. Penting sekali bagi kita untuk mengenali tanda-tanda ini, agar kita bisa mengerti keadaan orang yang mengalami gangguan mental.
Tanggapan negatif masyarakat dan stereotip yang sering muncul
Ancaman terbesar pada individu yang mengalami gangguan mental adalah stigma dan kesalahpahaman di masyarakat. Banyak anggapan yang menyepelekan, menyindir, atau bahkan mengejek mereka, seperti:
- Orang dengan gangguan mental itu “gila”
- Mereka “lemah” secara mental dan tidak mampu menghadapi tekanan hidup
- Penderita gangguan mental “tidak produktif” atau “malas”
- Gangguan mental hanya sebagai “cari perhatian” atau “drama”
Bagaimana persepsi ini justru bisa merusak dan melukai pihak yang membutuhkan dukungan
Persepsi yang salah ini justru bisa membuat orang yang mengalami gangguan mental merasa dijauhi, tidak dipercaya, atau malu mencari bantuan. Mereka bisa menjadi sasaran diskriminasi atau pengucilan di masyarakat. Dukungan yang diharapkan justru berbalik menjadi beban, karena mereka merasa terpojok dan semakin tertekan.
Ada baiknya kita sebagai masyarakat harus lebih terbuka, menyayangi, dan mencoba untuk memahami situasi mereka. Kita butuh memberi dukungan dan motivasi agar mereka bisa bangkit menghadapi kondisi mental mereka. Bukannya memperburuk keadaan dengan menilai dan menghakimi mereka tanpa mencoba untuk mengerti perjuangan yang mereka hadapi setiap harinya.
Mengapa Tidak Perlu Malu Memiliki Gangguan Mental
1. Membahas gangguan mental sebagai kondisi medis, bukan sebagai ketidakmampuan atau kelemahan
Gangguan mental adalah soal kesehatan, sama seperti flu, asma, atau diabetes. Kondisi ini bukanlah sebuah kelemahan atau ketidakmampuan diri. Sama seperti kita tidak perlu merasa malu kalau ke dokter karena batuk atau demam, sama halnya dengan menghadapi gangguan mental. Kamu hanya butuh penanganan dan dukungan medis yang tepat untuk memulihkan kondisi kesehatanmu.
2. Mengapa gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja dan tidak ada hubungan dengan kekuatan karakter atau kepribadian
Siapa pun kita, di mana pun kita tinggal, dan berapa pun usia kita, gangguan mental bisa dialami oleh siapa saja. Kondisi ini tidak melihat gender, status, kekayaan, atau kecerdasan seseorang. Jadi ingat, gangguan mental tidak ada hubungannya dengan kepribadian atau karakter seseorang. Kita semua manusia, dan setiap manusia bisa mengalami gangguan kesehatan, termasuk kesehatan mental.
3. Bagaimana menjalani terapi dan mendapatkan dukungan adalah tindakan berani, bukan aib
Ada satu hal yang perlu kita garis bawahi: mencari bantuan untuk mengatasi gangguan mental adalah tindakan yang berani, bukan aib. Menyadari bahwa kita butuh bantuan dan kemudian aktif mencarinya bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru menunjukkan kekuatan diri. Ketika kita memutuskan untuk berani membuka diri dan mencari dukungan. Maka kita telah menjaga kesehatan mental dan melangkah maju untuk hidup lebih baik.
Bagaimana Mengubah Pandangan Masyarakat
1. Pentingnya edukasi tentang gangguan mental
Edukasi tentang gangguan mental adalah kunci untuk mengurangi stigma dan mengubah pandangan masyarakat. Kita perlu mengentaskan pemahaman tentang apa itu gangguan mental, apa penyebabnya, bagaimana gejalanya, dan cara-cara mengatasinya. Dengan memahami kondisi ini, kita akan jauh lebih empati dan dukung terhadap orang yang mengalaminya. Informasi yang benar, mudah dipahami, dan luas diterapkan adalah tindakan awal yang harus kita upayakan.
2. Bagaimana media dan tokoh masyarakat dapat membantu merubah pandangan ini
Media dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam membentuk opini publik. Mereka bisa menjadi salah satu cara efektif untuk menyebarkan informasi yang akurat tentang gangguan mental. Dengan kampanye di media, cerita dan empati, serta dukungan dari para tokoh yang menghadapi atau telah mengatasi gangguan mental. Maka pandangan masyarakat akan perlahan-lahan berubah.
3. Peran setiap individu dalam menangani stigma ini
Rasa empati dan dukungan tidak hanya datang dari media atau tokoh masyarakat, tapi juga dari kita semua. Kita harus menanggapi teman, keluarga, atau siapa pun yang menghadapi gangguan mental dengan mendukung, bukan dengan menghakimi atau mengejek. Jangan ragu untuk membantu teman atau keluarga. Baik dengan mendengarkan mereka, menemani mereka ke terapis, atau hanya sekadar memberi nasehat yang baik. Setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan untuk orang yang membutuhkan. Tidak peduli sekecil apa pun, akan mengubah pandangan kita tentang gangguan mental.
Baca Artikel Kami Lainnya:Agorafobia: Kenapa Kita Selalu Khawatir Diperolokkan di Muka Umum?
Artikel oleh: Logos Indonesia.