Logos Indonesia – Bulimia nervosa adalah gangguan psikologis yang berkaitan dengan pola makan yang aneh. Para penderita dari bulimia nervosa memiliki dua fase gejala yaitu makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya. Namun beberapa orang memiliki satu fase saja yaitu hanya membatasi asupan makan yang disebut tipe terbatas.
Mereka memiliki obsesi untuk bisa makan banyak namun tidak ingin menambah berat badannya. Karena itu caranya adalah dengan memuntahkan atau mengeluarkan semua makanan yang telah dirinya makan.
Terapi Perilaku Kognitif Sebagai Cara Untuk Mengatasi Bulimia Nervosa
Terdapat beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan makan bulimia nervosa, salah satunya adalah terapi perilaku kognitif.
Dalam terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavior therapy) para penderita bulimia nervosa akan diubah cara pikir yang salah menjadi yang benar. Terapi perilaku kognitif merupakan penanganan yang paling baik untuk mengatasi gangguan makan bulimia nervosa. Hal ini akan mendorong penderita untuk mengubah standar kecantikan atau daya tarik fisik yang salah menjadi lebih sehat.
Mereka yang mengalami anoreksia nervosa meyakini bahwa cara mereka untuk melaporkan diri dapat mencegah dirinya untuk bertambah berat badan. Namun keinginan untuk makan juga meningkat secara bersamaan yang memicu sikap kompulsif untuk makan. Setelah menyadari perilaku kompulsif yang makan banyak secara berlebihan memicu rasa depresi. Sehingga cara untuk menguras seluruh makanan yang telah dirinya makan adalah cara yang tepat saat itu menurut mereka.
Tujuan dari keseluruhan terapi ini adalah untuk mengembangkan pola makan yang normal. Mereka tidak perlu melakukan diet ekstrem untuk memenuhi standar masyarakat yang mereka yakini. Walaupun keyakinan mereka terhadap bentuk tubuh yang menarik itu salah.
Mereka akan diberikan pemahaman bahwa tidak perlu menjalani diet ekstrem untuk dapat diterima oleh masyarakat ataupun menjadi jadi dalam terapi ini akan diberikan penanganan bahwa makan tiga kali sehari dan makan kudapan di selang waktu tertentu tidak akan membuat mereka menambah berat badan mereka secara ekstrem.
Keyakinan mereka yang tidak rasional harus diluruskan agar tercapainya tujuan tersebut. Salah satu cara melakukan pendekatan penanganan kognitif adalah meminta penderita untuk membawa makanan yang dipantangnya selama sesi terapi. Tidak apa-apa jika mereka hanya memakan sedikit. Tujuan awalnya adalah agar mereka tidak takut untuk makan.
Permasalahan berikutnya yang harus ditangani bagi penderita bulimia nervosa adalah keinginan untuk memuntahkan makanan yang telah dimakannya. Sehingga relaksasi bisa menjadi cara untuk mengendalikan keinginan untuk muntah setelah mengunyah makanan.
Menggunakan Teori Aaron Beck
Kemudian terapi kognitif Aaron Beck bisa diterapkan untuk mengatasi penderita bulimia nervosa. Hal ini karena penderita bulimia nervosa memiliki pola pikir yang hitam putih. Di mana mereka berpikir secara kaku tentang pola makan mereka. Ketika mereka makan artinya menambah berat badan dan ketika mereka tidak makan artinya mempertahankan berat badan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Teori Kognitif Aaron Beck Mengenai Depresi.
Menggunakan Teori Albert Ellis
Penerapan teori Albert Ellis tentang pemahaman yang tidak realistis juga bisa diterapkan untuk menangani penderita bulimia nervosa. Jadi terapis akan mengidentifikasi permasalahan yang dialami penderita bulimia nervosa. Melakukan analisa terkait perilaku yang memicu gejala bulimia nervosa.
Sebagai contoh, pasien yang mengalami bulimia nervosa. Terapis mengetahui bahwa periode makanan secara berlebihan sering terjadi ketika penderita dikritik oleh orang lain. Maka jelas sekali penyebab dari permasalahan yang memicu adanya gejala bulimia nervosa.
Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat AlbAlbertert Ellis Dan Terapi REBT.
Terdapat beberapa hal yang mencakup penanganan bulimia nervosa dengan menerapkan teori Albert Ellis.
- Terapi ini bertujuan agar pasien secara bebas mengungkapkan pendapatnya jika dikritik.
- Memahami bahwa berbuat salah itu bukanlah bencana besar. Karena tidak ada orang yang sempurna. Jadi mendapat kritikan adalah hal yang wajar.
- Melakukan desentralisasi terhadap pasien yang mengalami penilaian sosial yang rendah.
Mempertanyakan kembali pandangan mereka tentang standar kecantikan di masyarakat mengenai berat badan ideal dan bentuk fisik. Pertanyaan ini akan memicu keterbukaan diri atas pandangan yang berbeda. Kemudian menyadarkan bahwa pandangan mereka tentang standar kecantikan masyarakat itu salah.
Itulah penanganan bulimia nervosa secara psikologis menggunakan pendekatan behavioral dan kognitif. Pendekatan terapi ini juga bisa dilakukan untuk penderita psikologis lainnya yang bersumber pada pemahaman yang salah. Sehingga cara penanganannya adalah dengan meluruskan pandangan yang salah itu.
Bagi penderita bulimia nervosa mendapat kritikan dan tidak mampu menerima penolakan adalah sumber permasalahan yang lebih banyak diderita. Sehingga keinginan untuk menjadi lebih sempurna memicu obsesi terhadap tubuh yang kurus. Pandangan inilah yang harus dibenarkan.
Jadi pahamilah bahwa setiap orang memiliki kecantikannya masing-masing. Tidak peduli tubuhmu itu langsing atau tidak langsing. Seseorang akan menilaimu berdasarkan kepribadianmu. Menjadi pribadi yang lebih baik.
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2017). Psikologi Abnormal Edisi Ke-7. Depok: PT Raja Grafindo Persada.