Logos Indonesia – Hari ini, kita akan ngobrol mengenai suatu konsep menarik di psikologi, yaitu “Teori Motivasi Perlindungan” (Protection Motivation Theory atau PMT). Kita akan mencoba merangkai kata-kata ini dengan sebuah latar belakang yang akrab bagi kita semua, yaitu lingkungan perkotaan.
PMT, dalam penggunaan sehari-hari, bisa diumpamakan sebagai berikut: bayangkan kita sedang berjalan-jalan di sebuah kota yang baru kita kunjungi. Kita tiba di jalan dengan banyak pengendara motor yang lalu lalang. Kemudian, tiba-tiba ada suara klakson panjang dari arah belakang yang cukup mengerikan, apa yang akan kita lakukan? Insting awal pasti adalah melindungi diri, bukan? Nah, itulah yang PMT coba uraikan. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana kita membangun motivasi untuk melindungi diri kita dari potensi bahaya atau ancaman.
Seorang psikolog bernama Dr. Rippetoe dan Rogers pada tahun 1987 mengemukakan PMT. Teori ini mencakup dua proses dasar: penilaian ancaman dan penilaian perlindungan.
Bagaimana Kita Menilai Ancaman?
Jadi, kita tahu kalau alam bawah sadar kita ini luar biasa. Ini sangat peka terhadap ancaman dan aktif mencoba melindungi kita. Pertama, kita harus mengidentifikasi adanya suatu ancaman. Bingung? Tenang, kita bagi dua lagi nih bagian pertama ini: perceived severity atau bagaimana kamu melihat tingkat bahaya suatu ancaman dan perceived vulnerability atau seberapa kamu merasa rentan terhadap ancaman ini.
Misalnya, kamu sedang berjalan kaki di kota. Tiba-tiba muncul ada pengendara motor yang terlihat janggal sedang hampir mendekat.
Kita mulai dari perceived severity dulu, yuk. Dalam situasi ini, kita mungkin segera berpikir, “Wuih, kalau dia nabrak aku, bisa parah nih“. Kita mengenali ancaman sangat serius ini, yaitu potensi kecelakaan fisik yang berbahaya.
Baca Artikel Kami Lainnya: Yuk Belajar tentang Psikologi Lingkungan Perkotaan!
Kemudian, kita datang ke tahap perceived vulnerability. Di sinilah kita bertanya pada diri kita, “Hmm, apakah aku benar-benar dalam bahaya di sini?“. Jika kita sedang menyeberang jalan saat pengendara tersebut melaju, kita mungkin merasa lebih rentan dibandingkan jika kita sedang berada di trotoar yang aman. Jika kita juga sedang mengendarai motor, perasaan rentan kita bisa jadi meningkat.
Dalam tahap penilaian ancaman ini, otak kita sedang bekerja keras untuk membaca situasi dan memberi kita informasi yang kita butuhkan untuk membuat keputusan. Meskipun biasanya ini semua berlangsung dalam sekejap, ada banyak hal yang terjadi di balik layar.
Jadi, itulah proses penilaian ancaman dalam Teori Motivasi Perlindungan. Sangat menakjubkan bukan, bagaimana otak kita memproses dan merespon segala ancaman. Semoga penjelasan ini bisa membantu kamu lebih memahami PMT dan mengaplikasikannya dalam keseharianmu!
Baiklah, mari kita jelaskan lebih mendetail lagi mengenai penilaian perlindungan.
Bagaimana Kita Menilai Perlindungan?
Nah, setelah kita berhasil menilai ancaman, sekarang saatnya untuk kita menilai perlindungan. Di tahap ini, kita akan mengevaluasi opsi-opsi yang kita punya untuk melindungi diri dari ancaman tadi. Di sini, kita juga punya dua aspek, yaitu: response efficacy (seberapa efektif respons yang bisa kita berikan) dan self-efficacy (gimana kepercayaan diri kita untuk melaksanakan respons itu).
Response Efficacy
Dalam menilai perlindungan, kamu akan mulai memikirkan: “Respons apa ya yang bisa kupilih untuk mengurangi ancaman tadi?” Misalkan di situasi tadi, respons yang bisa kamu berikan adalah memperlambat langkah atau berhenti sejenak dan mengalah untuk memberi jalan kepada pengendara yang nakal tersebut. Kamu bisa berpikir bahwa respons ini cukup efektif, mengingat akan mengurangi kemungkinan bentrok fisik antara kamu dan pengendara tadi.
Self-Efficacy
Sekarang, kamu sudah punya rencana untuk menghadapi ancaman ini, tapi kita juga perlu memikirkan apakah kita punya kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana tersebut. Jadi kepercayaan diri kamu bisa memberi pengaruh untuk bisa melakukan tindakan yang tepat dan aman. Misalnya, ada tembok di pinggir jalan, dan kamu punya pengalaman berlari cepat. Kamu yakin bahwa kamu bisa berlari ke balik tembok itu untuk menghindari pengendara nakal itu, sehingga meningkatkan rasa percaya diri kamu dalam melaksanakan respons yang kamu pilih.
Dalam situasi perkotaan yang dinamis, kita selalu dihadapkan pada berbagai ancaman dan tantangan. Dengan memahami bagaimana kita menilai perlindungan, kita bisa lebih baik mempersiapkan diri dan meresapi begitu luar biasa cara kerja otak kita dalam menjaga diri kita.
Ingat, kita punya agensi dan kemampuan untuk membuat pilihan kita sendiri saat menghadapi potensi risiko. Dengan memahami proses penilaian perlindungan ini, kita bisa belajar cara merespon ancaman dengan bijak dan melindungi diri kita dengan lebih baik di masa depan.
Semoga penjelasan ini bisa menambah wawasan kamu seputar penilaian perlindungan dalam Teori Motivasi Perlindungan. Selamat mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari!
Baca Artikel Kami Lainnya: Ternyata Perbedaan Iklim Mampu Mempengaruhi Perilaku Manusia
Artikel oleh: Logos Indonesia.