Mansplaining: Ketika Pria Merasa Lebih Pintar dari Wanita

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana pria menganggap dirinya lebih tahu daripada wanita.

PIO, Relationship, Sosial3423 Views

Logos Indonesia – Kamu mungkin pernah mengalami situasi ketika kamu sedang bercerita tentang topik yang kamu kuasai dengan sangat baik. Namun ada seorang pria yang merasa perlu untuk menjelaskan topik tersebut dengan nada yang merendahkan atau menganggap kamu tidak mengerti. Fenomena ini disebut “mansplaining”.

Mengalami situasi di mana kamu, sebagai seorang wanita, sudah paham betul mengenai suatu topik. Tetapi seorang pria masih merasa perlu untuk menjelaskan hal yang sudah kamu ketahui. Ini yang disebut dengan “mansplaining”.

“Mansplaining” adalah ketika seorang pria merasa lebih tahu daripada wanita dalam suatu topik tertentu dan dengan condescending atau merendahkan menjelaskan hal tersebut. Situasi ini sering terjadi di tempat kerja atau dalam lingkungan sosial di mana pria lebih dominan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Tanda-Tanda Keluarga Yang Toxic. Apakah Keluargamu Salah Satunya?

Mansplaining tidak hanya mengesampingkan pengetahuan wanita. Tetapi juga memperkuat stereotip gender yang sudah ada. Pria sering kali dianggap lebih kompeten dan lebih berkuasa. Sedangkan wanita dianggap lebih tidak berpengetahuan dan lebih lemah. Hal ini dapat memperkuat kesenjangan gender yang ada dalam lingkungan kerja dan sosial.

Selain itu, mansplaining juga dapat membuat wanita merasa tidak dihargai dalam percakapan atau diskusi. Wanita mungkin merasa diabaikan atau tidak dianggap serius karena gender mereka. Meskipun mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sama atau bahkan lebih banyak daripada pria tersebut.

Baca Artikel Lainnya: Memulai Hidup Baru: Membangun Dukungan Sosial Setelah Keluar dari Keluarga Toxic.

Dampak dari mansplaining bisa sangat merugikan. Wanita bisa kehilangan kepercayaan diri dan menjadi enggan berpartisipasi dalam percakapan atau diskusi. Bahkan jika topik tersebut sangat relevan dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membatasi kemampuan wanita untuk berkembang dan mencapai potensi mereka.

Oleh karena itu, kita harus terus mendorong kesetaraan gender dan menghargai kontribusi dari semua individu, tanpa memandang gender mereka. Kita harus lebih sadar akan tindakan kita dan berusaha menghindari melakukan mansplaining atau perilaku merendahkan lainnya. Dengan begitu, kita dapat membangun lingkungan yang inklusif dan berdaya saing bagi semua orang.

Apa Itu Mansplanning?

“Mansplaining” (short for “man explaining”) adalah ketika seorang pria secara condescending atau merendahkan menjelaskan suatu topik kepada seorang wanita yang sebenarnya sudah mengerti topik tersebut dengan baik. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana pria menganggap dirinya lebih tahu daripada wanita. Meskipun pada kenyataannya wanita mungkin memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sama atau bahkan lebih banyak daripada pria tersebut.

Dalam konteks sosial dan budaya, mansplaining seringkali menjadi bagian dari pengalaman mikroagresi yang dialami oleh wanita. Di mana mereka merasa diremehkan atau tidak dihargai dalam diskusi atau percakapan karena hanya karena jenis kelamin mereka. Hal ini seringkali terjadi di tempat kerja atau dalam lingkungan sosial di mana pria mendominasi.

Apa Dampak dari Mansplaining?

Mansplaining adalah perilaku yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi wanita. Ketika seorang pria melakukan mansplaining, ia secara condescending atau merendahkan menjelaskan suatu topik kepada seorang wanita yang sebenarnya sudah mengerti topik tersebut dengan baik.

Dampak dari mansplaining sangat bervariasi dan dapat mempengaruhi kesejahteraan wanita dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa dampak dari mansplaining yang perlu kamu ketahui adalah:

Menimbulkan Rasa Tidak Dihargai

Ketika seorang wanita mengalami mansplaining, ia seringkali merasa tidak dihargai atau diremehkan dalam diskusi atau percakapan karena hanya karena jenis kelaminnya. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan menghambat kemampuan wanita untuk mencapai potensi mereka.

Memperkuat Ketidaksetaraan Gender

Mansplaining dapat memperkuat ketidaksetaraan gender dan menghambat kemajuan wanita dalam dunia kerja atau lingkungan sosial. Ketika pria merasa lebih pintar daripada wanita, maka mereka cenderung tidak mendengarkan atau mengabaikan pandangan wanita. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk terlibat dalam diskusi dan pengambilan keputusan yang penting.

Menurunkan Kepercayaan Diri

Wanita yang sering mengalami mansplaining cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka merasa tidak dihargai dan meragukan kemampuan mereka sendiri dalam memahami topik yang sedang dibahas. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk berkontribusi secara aktif dalam diskusi dan membuat keputusan yang penting.

Menghambat Pembelajaran

Ketika seorang pria melakukan mansplaining, ia cenderung menganggap dirinya sebagai otoritas dalam topik yang dibahas. Hal ini dapat menghambat pembelajaran dan mengurangi motivasi wanita untuk belajar lebih banyak tentang topik tersebut.

Memperkuat Stereotype Gender

Mansplaining juga dapat memperkuat stereotype gender dan memperkuat pandangan yang salah tentang peran gender dalam masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi cara pandang pria dan wanita terhadap peran dan kemampuan gender mereka sendiri.

Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memerangi mansplaining dan memastikan bahwa semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, dihargai dan didengar dengan baik. Dengan mengatasi mansplaining, kita dapat mempromosikan kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan produktif bagi semua orang.

Baca Artikel Lainnya: Sebelum Memutuskan Hubungan, Cobalah Memperbaiki Hubungan dengan Keluarga yang Toxic.

Artikel oleh: Logos Indonesia.