Penjelasan Dari Sisi Psikologi: Waktu Terasa Lebih Cepat Berlalu Ketika Dewasa

Faktanya, psikologi menjelaskan beberapa alasan mengapa waktu berlalu lebih cepat saat dewasa. Teori porporsi waktu, atensi dan memori.

Logos Indonesia – Apakah kamu pernah merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat seiring bertambahnya usia? Mungkin saat kita masih kecil, waktu terasa lambat berlalu, namun ketika kita dewasa, waktu tampaknya berjalan semakin cepat. Hal ini bukanlah suatu ilusi, tetapi memang benar adanya. Faktanya, psikologi menjelaskan beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Artikel ini akan mengulas beberapa teori yang membantu kita memahami mengapa waktu berlalu lebih cepat saat dewasa.

Sebagai contoh, saat kita masih anak-anak, kita mungkin merasa puas bermain sepanjang hari dan mulai merasa bosan setelah beberapa jam. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kita sering kali merasa kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas, menjalani hobi, atau bersantai. Saat dewasa, kita mungkin heran mengapa waktu terasa seperti berlalu dalam sekejap setelah bekerja seharian. Padahal sebenarnya kita telah melakukan berbagai aktivitas dalam kurun waktu tersebut. Alasan di balik fenomena ini ternyata lebih kompleks daripada yang kita kira.

Mengeksplorasi fenomena ini akan memberikan wawasan yang menarik tentang bagaimana persepsi kita terhadap waktu berkembang seiring berjalannya waktu. Kita akan membahas tiga teori dalam psikologi yang menjelaskan mengapa waktu sering kali terasa berlalu lebih cepat saat dewasa. Ketiga teori tersebut yaitu: Teori Proporsi, Teori Penghentian Kronologis, dan Teori Atensi dan Memori.

Teori Proporsi

Teori Proporsi merujuk pada konsep yang dikenal sebagai “Hukum Weber-Fechner” dalam bidang psikologi. Hukum ini menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan yang sebenarnya dan persepsi kita terhadapnya bersifat logaritmik. Dalam konteks waktu, hal ini berarti seiring bertambahnya usia, kita merasa semakin tidak proporsional dalam menilai waktu. Misalnya, satu tahun bagi anak kecil akan terasa lebih lama daripada bagi seseorang yang sudah dewasa. Ini karena bagi anak kecil, satu tahun merupakan proporsi yang lebih besar dari kehidupan mereka jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Contohnya, bayangkan kamu baru berumur 10 tahun. Bagi kamu, setahun penuh dirasakan cukup lama sebab setahun tersebut adalah 1/10 atau 10% dari keseluruhan hidupmu. Namun, ketika kamu bertambah tua dan berumur 50 tahun, satu tahun hanya menjadi 1/50 atau 2% dari seumur hidupmu. Dengan kata lain, ‘rasio’ atau ‘proporsi’ satu tahun terhadap keseluruhan waktu hidupmu semakin mengecil seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini menjadikan satu tahun terasa lebih cepat.

Teori Penghentian Kronologis

Teori Penghentian Kronologis mengemukakan bahwa jam biologis kita melambat seiring dengan bertambahnya usia. Inilah yang menyebabkan waktu subjektif (seperti penilaian terhadap berapa lama suatu kejadian berlangsung) menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan waktu objektif (misalnya waktu yang ditunjukkan oleh jam). Dalam kata lain, kecepatan jam biologis kita berbanding terbalik dengan umur.

Sebagai contoh, kamu mungkin ingat waktu kecil seakan berjalan lambat. Musim panas liburan nampak tak berakhir dan waktu menunggu hari ulang tahunmu tiba bagaikan selamanya. Tetapi sekarang, sebagai orang dewasa, waktu terasa cepat. Pekan demi pekan, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu bagai dikejar waktu. Itulah yang disebut dengan Penghentian Kronologis, jam biologis kita seakan melambat seiring bertambahnya usia. Hal inilah yang membuat kita merasakan waktu berlalu lebih cepat.

Teori Atensi dan Memori

Teori Atensi dan Memori beranggapan bahwa penilaian kita terhadap durasi waktu bergantung pada sejumlah faktor kognitif. Seperti jumlah perhatian yang kita curahkan pada waktu dan seberapa banyak memori yang kita buat selama periode tersebut. Ini berkaitan dengan fenomena yang ditampilkan dalam ‘Kurangnya Fokus’ dan ‘Pengalaman Baru dan Pembelajaran’. Semakin kurang perhatian kita saat dewasa, semakin sedikit memori yang kita buat dan semakin cepat waktu terasa berlalu.

ketika kita berada dalam situasi baru dan menyerap banyak informasi, waktu cenderung terasa berjalan lebih lambat. Pernahkah kamu merasa berada dalam pertemuan yang membosankan dan sepertinya waktu berhenti? Itulah karena kamu tidak sungguh-sungguh memperhatikan atau menyerap informasi baru. Sebaliknya, ketika kamu menghabiskan waktu bersama orang tersayang atau melakukan sesuatu yang kamu nikmati, waktu tampak berlalu begitu cepat. Sekarang, saat kita dewasa kita cenderung kurang dalam bereksplorasi dan mencari pengalaman baru (dibandingkan saat anak-anak). Hal ini membuat kita merasa waktu cenderung berlalu cepat. Karena kita membuat lebih sedikit kenangan baru. Dan karenanya juga memiliki lebih sedikit ‘pengukuran waktu’ di benak kita. Ini adalah contoh sederhana dari Teori Atensi dan Memori.

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Psikologis dari Media Sosial di Tiap Masa Perkembangan

Meninjau kembali pembahasan mengenai ketiga teori di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pengalaman waktu yang berbeda saat kita dewasa. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis. Memahami fenomena ini bukan hanya menarik secara teoritis, tetapi juga menambah apresiasi kita terhadap pentingnya menghargai setiap momen dalam hidup.

Ingatlah, tidak ada yang bisa menghentikan berjalannya waktu. Tetapi kita dapat belajar untuk menikmati setiap detik dan menjalani hidup yang lebih bermakna.

Baca Artikel Kami Lainnya: Pahami Batasan Memposting Story Di Media Sosial Agar Tidak Berdampak Buruk

Artikel oleh: Logos Indonesia.