Teori Adler Mengenai Konstelasi Urutan Kelahiran Mempengaruhi Kepribadian Seseorang

Teori Adler mengenai konstelasi urutan kelahiran mempengaruhi kepribadian seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

Tokoh9369 Views

Logos Indonesia Alfred Adler mengembangkan teori mengenai psikologi individual. Menurut Adler manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya yang menimbulkan perasaan inferioritas dan kecenderungan untuk tergantung pada orang lain. Sehingga dalam pandangan teori individual ini menekankan pada interaksi sosial dalam mengatasi rasa inferioritasnya. Pada seseorang yang sehat, pendekatan yang positif mengenai menjalin hubungan dengan orang lain menjadi prioritas mereka yang sehat. Namun bagi seseorang yang neurotik atau tidak sehat, mereka lebih menggunakan pendekatan yang dapat merugikan orang lain atau perasaan ingin menjadi superior dari orang lain untuk mengatasi rasa inferioritasnya. Karena itu, persepsi subjektif akan mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian seseorang.

Baca Artikel Kami Lainnya: Jean Piaget Dan Kontribusinya Dalam Psikologi.

Menurut adler, seseorang yang sehat secara psikologis memiliki minat yang besar terhadap hubungan sosial seperti saling tolong-menolong dan kebermanfaatan bersama. Sementara seseorang yang menggunakan pendekatan yang tidak sehat, mereka tidak mementingkan kebermanfaatan bersama. Melainkan, mereka lebih memfokuskan pada diri sendiri dan kebermanfaatannya untuk diri sendirinya. Karena itu, menggunakan tindakan yang dapat merugikan orang lain tentu saja dapat ia lakukan demi mencapai rasa superioritas itu. Menurut Adler, gaya hidup seseorang ditentukan dengan melalui kreativitas individu itu sendiri dalam melakukan kebermanfaatan bersama.

Terdapat satu teori yang sangat unik dari Adler ini, yaitu konstelasi keluarga. Di mana dalam teori tersebut dijelaskan karakteristik seseorang berdasarkan urutan kelahiran. Seseorang yang lahir pertama, kedua, atau yang terakhir menurut Adler memiliki ciri kepribadian yang berbeda-beda. Berdasarkan sudut pandang yang unik ini, dikelompokkan menjadi ciri kepribadian yang khas bagi seseorang berdasarkan urutan kelahiran. Namun dengan cara pandang yang unik ini juga, menimbulkan banyak kontroversi di dalamnya. Untuk mengetahui hal tersebut, lebih baik kita membahas mengenai teori konstelasi keluarga menurut Adler.

Baca Artikel Kami Lainnya: Pentingnya Gaya Manajemen Terhadap Perkembangan Bisnis.

Teori Konstelasi Keluarga Milik Adler

Saudara kandung.

Dasar dari teori ini terbentuk adalah proses pengamatan yang dilakukan oleh atler terhadap kliennya yang melakukan terapi kepada dirinya. Adlan menemukan, bawa hampir semua permasalahan yang mereka alami berasal dari keluarga. Oleh Adler kemudian dikategorikan permasalahan itu berdasarkan yaitu urutan kelahiran, jenis kelamin, dan usia dirinya maupun perbedaan selisih usia dengan saudara kandungnya.

Pengkategorian berdasarkan urutan kelahiran ini memiliki alasan yang kuat bagi adler untuk memilih topik tersebut sebagai bahan penelitiannya. Ditemukan bahwa orang tua cenderung menggunakan pola asuh yang berbeda di tiap anaknya berdasarkan urutan kelahiran. Landasan lainnya adalah Adler percaya bahwa setiap anak yang lahir memiliki unsur genetik yang berbeda, lingkungan dan masa yang berbeda dari saudara kandungnya, dan cara berpikir yang berbeda.

Anak Pertama

Bagi anak pertama, mereka memiliki perhatian yang penuh dari kedua orang tuanya. Di masa kecilnya, anak pertama menjadi pusat perhatian untuk kedua orang tuanya. Sehingga, karakteristik yang muncul pada anak pertama dari pola asuh tersebut adalah perasaan mendalam untuk menjadi kuat, kecemasannya tinggi karena terlalu dilindungi oleh kedua orang tuanya.

Namun, ketika dirinya (anak pertama) mengetahui bahwa akan ada anak lain (anak kedua) dalam keluarga ini. Maka pusat perhatian orang tua tidak lagi sepenuhnya untuk si anak sulung. Dalam perubahan yang menuju perkembangan diri, maka anak sulung akan mengembangkan rasa tanggung jawab dan keinginan untuk melindungi orang lain. Namun bagi mereka (anak sulung) yang memaknai perubahan situasi ini sebagai sesuatu hal yang negatif. Maka mereka cenderung untuk menyakiti orang lain.

Anak Kedua

Pada anak kedua, umumnya mereka lebih bisa mengembangkan situasi sosial yang lebih baik dari anak sulung. Hal ini karena, mereka akan mempelajari perilaku dari kakaknya sendiri. Proses mengamati dapat mempengaruhi kepribadian anak kedua. Sebagai contoh, ketika kamu memiliki kakak yang pemarah. Kamu, sebagai adiknya akan mengembangkan sikap penakut (Sisi pengembangan diri yang lebih negatif) atau lebih kompetitif (Sisi pengembangan diri dan lebih positif).

Anak Bungsu

Bagi anak bungsu, karena mereka merupakan anak terakhir dari keluarga. Maka, pada umumnya mereka akan dimanja oleh orang tua dan kakak-kakak mereka. Ketika anak ini tidak diberikan arahan yang baik dan terkontrol, maka kemungkinan menjadi anak yang memiliki permasalahan mungkin saja terjadi. Karena terlalu dimanjakan, mereka cenderung tidak mampu berdiri sendiri dan memicu rasanya inferioritas yang tinggi. Namun demikian, seorang anak bungsu juga dapat mengembangkan diri menjadi anak yang ambisius untuk melampaui kakak-kakaknya.

Anak Tunggal

Bagi anak tunggal, mereka memiliki tahta di keluarga yang stabil. Mereka tidak dipusingkan dengan adik dan kakak-kakaknya. Pusat perhatian orang tua juga hanya kepada dirinya. Karena Mereka tidak merasakan rasa kompetitif antar saudara kandung untuk mendapatkan rasa kasih sayang orang tuanya. Maka Mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang superioritas. Namun, anak tunggal juga cenderung mengembangkan konsep diri takut dengan dunia luar ketika dirinya diperlakukan sangat dilindungi oleh kedua orang tuanya. Karena terlalu dimanja dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya, anak tunggal mengembangkan konsep tentang dunia luar yang berbahaya. Selain itu, menurut Adler anak tunggal kurang baik dalam mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Mereka cenderung mengharapkan pemberian dan pertolongan orang lain, dibandingkan untuk bekerja sama dan menolong orang lain. Hal ini tentu saja, karena anak tunggal selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Mereka hanya mengembangkan konsep “menerima” dan tidak mempelajari konsep “memberi” atau “kerja sama” dalam kehidupan keluarga.

Baca Artikel Kami Lainnya:Strategi Untuk Meningkatkan Moral Anak Sejak Dini.

Alwisol. (2009). Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian. UMM Press

Artikel oleh: Logos Indonesia