Apa Hubunganya Megalomania Dan Kurangnya Empati? Merasa Dirinya Berkuasa Atau Waham Kebesaran

Dengan mengerti tentang Megalomania dan tandanya seseorang Kurangnya Empati, kita bisa lebih paham tentang orang-orang di sekitar kita

Klinis1319 Views

Logos Indonesia – Sejauh ini, kamu pasti sudah sering dengar tentang orang-orang yang suka merasa dirinya paling hebat, paling bisa, paling berkuasa, kan? Mereka ini seringkali tak peduli pada orang lain dan merasa selalu berada di atas angin. Nah, kedua kondisi ini seringkali terkait dengan dua konsep dalam psikologi, yaitu Megalomania. Dan bisanya mereka Kurangnya Empati. Kita mau bahas lebih dalam soal kedua topik tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya:  Pemicu Dan Penyebab Apotemnophilia: Apakah Terkait Dengan Faktor Genetik, Lingkungan, Atau Psikologis?

Pada dasarnya, Megalomania adalah kondisi dimana seseorang memiliki obsesi dengan kekuasaan atau kebesaran. Sementara itu, Kurangnya Empati bisa menggambarkan kondisi ketika seseorang sulit untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Lalu, gimana hubungannya kedua hal ini? Sama-sama menunjukkan kurangnya perhatian ke orang lain, kah? Atau ada yang lain?

Dengan mengerti tentang Megalomania dan tandanya seseorang Kurangnya Empati, kita bisa lebih paham tentang perilaku orang-orang di sekitar kita. Lebih dari itu, kita bisa gunakan pengetahuan ini untuk mengembangkan sikap dan kepribadian kita sendiri.

Pengertian Megalomania

Nah, kalau kamu pernah baca-baca atau nonton film tentang orang yang merasa dirinya sangat superior, atau merasa punya hak mutlak atas segalanya, itu sebenarnya sedang diperlihatkan sifat megalomania, loh! Megalomania ini sendiri adalah kondisi psikologis dimana seseorang memiliki obsesi yang kuat pada kekuasaan dan kebesaran dirinya sendiri. Biasanya, orang dengan megalomania percaya bahwa mereka lebih penting, lebih bermakna, atau lebih berkuasa dibandingkan orang lain. Meskipun kenyataannya mungkin tidak demikian.

Orang dengan megalomania biasanya memiliki ciri-ciri yang bisa dikenali. Misalnya, mereka sering berfantasi tentang keberhasilan dan kekuasaan yang luar biasa. Mereka biasanya punya sikap sombong dan meremehkan orang lain, sulit menerima kritik, dan terobsesi dengan ide tentang keindahan ataupun kesempurnaan.

Nah, buat kasus atau peristiwa nyata yang berhubungan dengan megalomania, kita bisa lihat banyak contoh di berbagai film Hollywood. Misalnya saja, karakter Tony Stark atau Iron Man di film Marvel. Ia bisa jadi contoh karakter yang awalnya punya kecenderungan megalomania, tetapi bisa berubah menjadi lebih baik. Ngomong-ngomong soal ini, ingat ya, kita tidak boleh asal menilai orang lain. Tetap harus ada diagnosis yang tepat dari ahli. Dengan mengetahui ini, setidaknya kita bisa lebih paham satu sama lain.

Definisi Empati

Nah, sekarang kita bahas tentang empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta pandangan orang lain seolah-olah kita berada dalam posisi mereka. Penting banget empati ini buat hubungan antarmanusia. Kalau kita bisa empati, biasanya kita jadi lebih baik dalam bergaul, menghargai, dan menyelesaikan konflik dengan orang lain. Emang sih, empati ini nggak semua orang punya secara alami, tetapi bisa dilatih dan dikembangkan, kok!

Kurangnya Empati dan Akibatnya

Lalu, gimana kalau seseorang nggak punya empati atau kekurangan empati? Kurangnya empati biasanya terlihat dari perilaku yang cuek dan nggak peduli dengan perasaan atau kesulitan orang lain. Orang yang kekurangan empati bisa ngelakuin hal yang menyakiti perasaan orang lain tanpa sadar atau bahkan sengaja. Akibatnya, orang dengan kurangnya empati ini seringkali punya hubungan yang nggak harmonis. Karena itu, hubungan dengan orang lain bisa di pastikan nggak langgeng dengan orang-orang di sekitarnya. Kalo udah gitu, pasti bahaya banget buat kehidupannya, deh!

Makanya, penting banget untuk kita bisa mengenali gejala kurangnya empati, baik untuk diri kita sendiri atau orang sekitar kita. Dengan begitu, kita bisa menghindari permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kurangnya empati. Karen itu kita perlu ikut berpartisipasi dalam menciptakan situasi yang lebih baik dan harmonis bagi semua.

Hubungan antara Megalomania dan Kurangnya Empati

Untuk bahasan selanjutnya, kita coba hubungkan antara Megalomania yang kita bahas tadi dengan Kurangnya Empati. Nah, karena orang yang punya kecenderungan megalomania ini merasa amat sangat penting dan berkuasa. Biasanya mereka jadi kurang peduli dengan perasaan atau pikiran orang lain. Maksudnya, mereka jadi lebih sering memprioritaskan diri sendiri daripada memikirkan orang lain. Akibatnya, orang ini bisa menunjukkan kurangnya empati. Jadi, bisa dibilang, Megalomania itu bisa berpengaruh terhadap ekspresi empati seseorang.

Nah, ini bukan cuma asumsi belaka loh. Banyak penelitian dan teori yang mendukung hubungan antara Megalomania dengan Kurangnya Empati. Beberapa penelitian menemukan bahwa orang yang memiliki perilaku psikopat, termasuk megalomania. Hal ini biasanya memiliki kemampuan empati yang rendah.

Begitu juga dengan teori yang dikemukakan oleh Simon Baron-Cohen, psikolog dari University of Cambridge. Dia memiliki teori “Empathy Erosion” atau pengikisan empati. Di mana perilaku buruk kayak megalomania atau narsis ini bisa berhubungan dengan penurunan kemampuan empati seseorang.

Bukan berarti semua orang dengan megalomania ini pasti menunjukkan kurangnya empati, tapi kecenderungannya memang dapat berpengaruh. Ingat, tiap orang itu unik dan berbeda-beda. Jadi kita juga perlu bijak dalam memahami dan merespons perilaku orang di sekitar kita ya!

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Apotemnophilia Terhadap Kehidupan Sosial Dan Pekerjaan Penderitanya

Artikel oleh: Logos Indonesia.