Megalomania: Gangguan Psikologis Apa Saja Yang Terkait Dengan Waham Kebesaran

Megalomania, atau yang lebih kita kenal sebagai waham kebesaran. Ternyata megalomania merupakan gejala dari gangguan psikologis loh.

Klinis1381 Views

Logos Indonesia – Megalomania, atau yang lebih kita kenal sebagai waham kebesaran, mungkin bukan istilah yang asing bagi sebagian dari kita. Istilah ini cukup sering dijumpai. Baik dalam percakapan sehari-hari, cerita, bahkan film. Tapi, tahukah kamu apa sebenarnya megalomania itu? Dan apa saja gangguan psikologis lain yang mungkin berhubungan dengan kondisi ini?

Baca Artikel Kami Lainnya:  Pemicu Dan Penyebab Apotemnophilia: Apakah Terkait Dengan Faktor Genetik, Lingkungan, Atau Psikologis?

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang megalomania. Mulai dari pengenalan, bagaimana gejala dan dampaknya, hingga kaitannya dengan gangguan psikologis lainnya. Mungkin bagi sebagian orang, megalomania hanya istilah yang biasa mereka dengar. Namun bagi beberapa orang, megalomania bisa menjadi tantangan dalam hidup yang harus mereka hadapi setiap hari.

Yuk, sama-sama kita simak ulasan lengkapnya di bawah ini! Jangan lupa juga untuk berbagi pengetahuan baru ini dengan teman-temanmu, ya. Siapa tahu, mungkin ada di antara mereka yang membutuhkan informasi ini.

Apa Itu Megalomania?

Megalomania, kata yang terdengar cukup rumit, bukan? Jangan khawatir, kita akan coba jelaskan dalam bahasa yang lebih sederhana. Megalomania atau waham kebesaran adalah kondisi psikologis yang membuat seseorang sering merasa lebih penting, berkuasa, atau superior dibanding mereka sebenarnya.

Lalu, apa saja sih gejala-gejala dari megalomania ini? Orang dengan megalomania biasanya memiliki percayaan yang berlebihan terhadap kemampuan atau prestasi mereka. Mereka merasa seolah-olah mereka bisa melakukan segala hal tanpa perlu bantuan orang lain. Selain itu, mereka juga sering sekali meremehkan orang lain dan enggan menerima kritik.

Tentunya, kondisi ini bisa berdampak cukup besar terhadap pengidapnya dan lingkungan sekitar. Untuk mereka yang mengalami megalomania, kondisi ini bisa berdampak negatif pada hubungan interpersonal mereka. Sifat mereka yang egosentris dan meremehkan orang lain, bisa menimbulkan konflik-konflik. Bahkan bisa menghancurkan hubungan baik dengan orang lain.

Gangguan Psikologis yang Terkait dengan Megalomania

Tahukah kamu bahwa Megalomania tidak saja muncul begitu saja. Ini berhubungan dengan beberapa gangguan psikologis lainnya? Yuk kita pelajari lebih lanjut tentang ini.

1.     Hubungan Megalomania dengan Narcissistic Personality Disorder

Gangguan kepribadian yang satu ini, Narcissistic Personality Disorder atau biasa kita sebut NPD. Narsistik adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya sangat penting, unik, dan berhak mendapatkan perlakuan spesial. Jadi, apa hubungannya dengan Megalomania?

Nah, Megalomania adalah kondisi psikologis di mana seseorang memiliki obsesi terhadap kekuasaan atau kehebatan yang tidak terbatas. Keduanya memiliki persamaan dalam hal obsesi pada diri sendiri hingga tingkat yang ekstrem.

2.     Hubungan Megalomania dengan Bipolar Disorder

Lalu, bagaimana dengan Bipolar Disorder? Bipolar Disorder adalah gangguan mood yang ditandai dengan perubahan mood ekstrem. Dari sangat bahagia hingga sangat sedih, atau yang kita kenal dengan fase manik dan fase depresif.

Nah, dalam fase manik, seseorang bisa menunjukkan perilaku dan pikiran yang megalomanik. Mereka mungkin akan merasa tak terkalahkan, memiliki kekuatan dan pengaruh yang sangat besar. Bahkan mereka merasa seperti tokoh penting atau terkenal. Jadi, kita bisa bilang Megalomania sering muncul dalam fase manik dari Bipolar Disorder.

3.     Hubungan Megalomania dengan Paranoia

Pernah dengar istilah Paranoia? Ini loh, salah satu kondisi psikologis yang cukup sering kita dengar. Paranoia adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa terancam. Biasanya mereka merasa bahwa ada yang mengintai atau merencanakan sesuatu buruk terhadap dirinya. Meskipun dalam realitas tidak ada bukti yang mendukung pemikiran tersebut.

Tapi, bagaimana Megalomania bisa terkait dengan Paranoia?

Nah, Megalomania itu sendiri bukan hanya tentang kebesaran atau kekuasaan. Tetapi, juga tentang pengendalian dan dominasi. Kamu bisa bayangkan, bagaimana rasanya memiliki kekuasaan tak terbatas? Tentu, kekhawatiran tentang kehilangan kekuatan itu bisa muncul, kan?

Oleh karena itu, orang dengan Megalomania sering kali juga memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap orang lain. Yang sebenarnya adalah manifestasi dari paranoia. Mereka sering merasa bahwa ada ancaman terhadap posisi mereka atau bahkan rasa iri dari orang lain. Sehingga, walaupun Megalomania dan Paranoia adalah dua kondisi yang berbeda, tapi bisa muncul bersamaan dalam satu pribadi.

4.     Hubungan Megalomania dengan Skizofrenia

Nah, sekarang kita akan bahas hubungan antara Megalomania dan Skizofrenia, ya. Pertama-tama, kita harus tahu dulu apa itu Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana seseorang kesulitan membedakan kenyataan dan halusinasi. Orang yang mengalami Skizofrenia akan merasa bingung, susah bicara atau berpikir jelas. Mereka sering kali juga mengalami delusi (keyakinan yang salah meskipun ada bukti yang menunjukkan sebaliknya).

Kemudian, Megalomania itu sendiri adalah keadaan di mana seseorang memiliki obsesi terhadap kekuasaan atau kehebatan yang tak terbatas. Lalu, bagaimana hubungannya dengan Skizofrenia?

Ternyata, dalam beberapa kasus Skizofrenia, gejala yang muncul mirip dengan Megalomania. Misalnya, penderita Skizofrenia mungkin mengalami delusi kebesaran, yaitu keyakinan salah bahwa mereka memiliki kekuatan, kekayaan, atau kemampuan yang luar biasa. Contohnya, mereka mungkin merasa menjadi tokoh penting di dunia, seperti presiden atau selebriti terkenal.

Jadi, intinya meskipun Megalomania dan Skizofrenia adalah dua kondisi yang berbeda, tapi dalam prakteknya kedua kondisi ini bisa saling berhubungan. Dalam kasus tertentu, Megalomania bisa muncul sebagai gejala dari Skizofrenia.

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Apotemnophilia Terhadap Kehidupan Sosial Dan Pekerjaan Penderitanya

Artikel oleh: Logos Indonesia.