Logos Indonesia – Pernah tidak teman-teman menyukai suatu barang hingga tidak mau membuangnya? Bahkan ketika sudah habis atau tidak berguna lagi. Barang yang terlihat lucu atau mewah atau kenangan dari seseorang yang kamu cintai. Kamu tidak rela jika barang milik mu terbuang. Begitulah yang mungkin dipikirkan oleh penderita Hoarding Disorder atau Gangguan Penimbunan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Apakah Itu Lychnobite?.
Seperti namanya yang menimbun. Ciri utama dari hoarding disorder ini adalah mereka menyukai nenimbun barang yang digunakannya. Tidak seperti kebanyakan orang lainnya. Hoarding Disorder ini menimbun barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, yang kita sebut sebagai sampah. Memang betul jika sampah bisa di daur ulang kembali menjadi lebih bermanfaat. Namun, penderita hoarding disorder ini tidak melakukan demikian. Mereka hanya menaruhnya di pojokan kamar tanpa melakukan tindakan lainnya.
Apa teman-teman sudah membayangkannya? Saat satu ruangan penuh dengan barang bekas pakai, seperti tumpukan botol plastik air mineral yang sudah kosong, bungkus mie instan yang berterbaran di mana-mana, bau menyengat dari tumpukan sampah, dan belum lagi binatang yang menjijikan muncul. Betapa sesak dan tidak nyamannya jika seseorang tinggal dalam ruangan tersebut selama hidupnya.
Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Perbedaan Orang Yang Fobia Dan Rasa Takut Biasa.
Pasti yang terpintas, dalam pikiran kalian adalah bagaimana dengan pemulung. Pemulung kan bekerja dengan memunggut sampah di jalan. Apakah seorang pemulung menderita Hoarding Disorder?
Teman-teman bisa temukan jawabannya dalam penjelasan artikel ini. Tapi ingat, yang terpenting adalah jangan pernah kamu menjudge orang lain dari perilaku seseorang yang tampak saja.
Apa Itu Hoarding Disorder?
Hoarding Disorder adalah salah satu istilah psikologi yang merujuk pada perilaku seseorang yang terobsesi terhadap semua hal kepemilikannya, khususnya barang yang sudah tidak terpakai lagi. Perilaku yang terobsesi akan kepunyaannya yang tidak boleh hilang, berdampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Barang-barang seperti bungkus mie instan, botol plastik bekas minum, bahkan bisa saya ia memunggut barang yang ia anggap kepunyaannya.
Lalu, apakah menurut teman-teman seorang pemulung berperilaku seperti itu?
Jawabannya tidak ya teman-teman. Karena pemulung bekerja untuk mengumpulkan sampah yang ada di sekitarnya. Sampah tersebut tidak selamanya berada di situ. Tapi akan di jual kembali ke pengepul. Mari kita lanjutkan untuk mencari tau lebih banyak tentang hoarding disorder.
Apa Yang Dipikirkan Hoarding Disorder?
Kalian pasti bingung dengan perilaku hoarding disorder, saat ada orang yang senang menimbum barang bekas pakai menumpuk di rumahnya. Kira-kira seperti ini yah dipikirkan penderita hoarding disorder. Bahwa semua barang milikinya sangat berharga, sehingga tidak boleh hilang, tidak boleh ada yang mengambilnya, maupun yang menyentuhnya. Walaupun terdengar aneh. Tapi pikirannya yang terlalu obsesif terhadap semua barang milikinya yang menjadi ia bertingkah seperti itu. Ia sangat sulit untuk membuang barang bekas. Karena ketika ia berusah membuang barang bekas itu, perasaan cemas akan muncul.
Salah satu yang mendasari perilaku ini adalah secara tidak sadar si penderita hoarding disorder menekan perasaan pernah merasakan kehilangan pada sesuatu yang di cintainya atau yag paling berharga. Namun, penyebab secara pasti itu belum ditemukan jawabannya.
Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Agar Terhindar FOMOGA, Merasa Khawatir Pada Pencapain Orang Lain.
Mungkin jika kita memandang dari sudut pandang orang yang sehat adalah ketika kita menerima barang dari orang yang paling kita cintai. Misalkan saja pacarmu memberikan kamu kalung emas. Kamu akan selalu menjaganya agar tidak hilang. Namun perbedaannya adalah tidak ada pikiran yang obsesif terhadap menjaga kalung emas itu.
Apa Perbedaan Antara Hoarding Disorder Dengan Seorang Kolektor Barang?
Ciri utama dari penderita hoarding disorder dengan seorang kolektor barang adalah dari tipe barangnya. Jika penderita hoarding disorder menimbun sampah apa saja dari A-Z yang pernah ia beli. Sedangkan seorang kolektor, berfokus pada 1 barang saja. Seperti kolektor perangko. Ia hanya mengumpulkan berbagai jenis perangko di seluruh dunia. Seorang kolektor juga menyimpannya dengan rapi dan terorganisir. Sehingga orang-orang bisa melihatnya sebagai sebuah karya yang indah.
Perbedaan lainnya dari penderita hoarding disorder dengan kolektor adalah dari manfaat perilaku itu. Jika seorang kolektor yang berhasil akan merasa bangga terhadap koleksinya dan orang disekitarnya juga merasa senang melihatnya sebagai sebuah pencapaian. Sedangkan bagi penderita hoarding disorder tidak demikian. Bagi penderita hoarding disorder maupun orang di sekitarnya merasakan dampak negatif. Tetangga di sekitarnya merasa tidak nyaman dengan bau menyengat tempat tinggalnya. Keluarga yang tidak tahan dengan perilakunya itu. Sehingga biasanya ia mengisolasi dirinya di kamar. Tempat yang sangat kotor dapat memicu terjadinya banyak penyakit. Dan terakhir, kemungkinan tertimpa dengan barang yang tertumpuk tinggi.
Artikel oleh: Logos Indonesia.
Comment