Bukan Resign, Tapi Mengapa Banyak Karyawan Jadi Quiet Quitter?

Mengapa banyak karyawan jadi quiet quitter? Orang yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka tapi tidak mau resign.

PIO, Sosial3540 Views

Logos IndonesiaApakah kamu pernah merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak memuaskan? Tetapi kamu merasa tidak memiliki keberanian untuk mengundurkan diri atau mencari pekerjaan yang lebih baik? Jika ya, kamu mungkin termasuk dalam kategori “quiet quitter” di tempat kerja.

Quiet quitter adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Namun tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut karena berbagai alasan. Seperti takut kehilangan pekerjaan, tidak memiliki pengalaman yang cukup, atau merasa tidak memiliki pilihan lain. Orang-orang ini seringkali tidak mengungkapkan ketidakpuasan mereka kepada atasan atau kolega kerja. Akhirnya menjadi terjebak dalam situasi yang tidak sehat di tempat kerja.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Agar Terciptanya Work Well Being Di Tempat Kerja.

Tidak adanya dukungan dari atasan atau rekan kerja dapat memperburuk situasi quiet quitter. Hal ini karena dapat menyebabkan stres, kelelahan, bahkan masalah kesehatan fisik dan mental. Selain itu, menjadi quiet quitter juga dapat menghalangi perkembangan karir seseorang. Hal ini karena orang tersebut tidak mencari peluang baru. Atau tidak berani mengambil risiko yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan karir mereka.

Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh quiet quitter untuk mengubah situasi mereka di tempat kerja. Pertama, mereka dapat mempertimbangkan untuk berbicara dengan atasan atau rekan kerja yang terpercaya. Kamu bisa mulai membicarakan masalah mereka dan mencari solusi bersama. Kedua, quiet quitter dapat mencari peluang untuk mengembangkan keterampilan. Selain itu, mencari pekerjaan yang lebih memuaskan di luar perusahaan mereka saat ini. Terakhir, mereka harus berani mengambil risiko dan tidak takut untuk mencoba hal baru.

Apa Itu Quiet Quitter?

Quiet quitter adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Sehingga ingin keluar dari pekerjaan tersebut. Namun mereka tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut karena berbagai alasan. Seperti takut kehilangan pekerjaan, tidak memiliki pengalaman yang cukup, atau merasa tidak memiliki pilihan lain. Orang-orang yang menjadi quiet quitter seringkali tidak mengungkapkan ketidakpuasan mereka kepada atasan atau kolega kerja. Akhirnya menjadi terjebak dalam situasi yang tidak sehat di tempat kerja.

Apa Saja Ciri-ciri Quiet Quitter?

Berikut adalah beberapa ciri-ciri seseorang yang menjadi quiet quitter di tempat kerja:

  • Tidak menyukai pekerjaan yang sedang dijalankan: Seseorang yang menjadi quiet quitter merasa tidak puas dengan pekerjaan yang sedang mereka lakukan di tempat kerja.
  • Tidak mengungkapkan ketidakpuasan mereka: Mereka tidak mengungkapkan ketidakpuasan mereka kepada atasan atau rekan kerja, sehingga masalah mereka tidak terselesaikan.
  • Bertahan dalam pekerjaan: Meskipun merasa tidak puas, mereka tetap bertahan dalam pekerjaan tersebut karena berbagai alasan, seperti takut kehilangan pekerjaan, tidak memiliki pengalaman yang cukup, atau merasa tidak memiliki pilihan lain.
  • Tidak mencari solusi: Mereka tidak mencari solusi untuk masalah mereka atau mencari peluang baru di luar perusahaan mereka saat ini.
  • Tidak berani mengambil risiko: Quiet quitter tidak berani mengambil risiko yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan karir mereka.
  • Terjebak dalam situasi yang tidak sehat: Tidak adanya dukungan dari atasan atau rekan kerja dapat memperburuk situasi quiet quitter, yang dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan fisik dan mental.
  • Tidak berkembang secara karir: Karena tidak mencari peluang baru atau tidak berani mengambil risiko, quiet quitter menghalangi perkembangan karir mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Manfaat Psikologis Pemimpin Yang Menerapkan Mindful Leaders Di Lingkungan Pekerjaan.

Mengenali ciri-ciri quiet quitter di tempat kerja dapat membantu seseorang untuk mengetahui jika mereka berada dalam situasi yang tidak sehat. Sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Apa penyebab Quiet Quitter?

Terdapat beberapa penyebab yang dapat membuat seseorang menjadi quiet quitter di tempat kerja, di antaranya:

Tidak puas dengan pekerjaan: Seseorang dapat menjadi quiet quitter jika mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka mungkin merasa pekerjaannya tidak menantang, tidak memberi kepuasan, atau tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Tidak adanya kesempatan untuk berkembang: Tidak adanya kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam pekerjaan dapat membuat seseorang menjadi frustrasi dan merasa tertinggal dalam karir mereka.

Tidak adanya dukungan dari atasan atau rekan kerja: Tidak adanya dukungan dari atasan atau rekan kerja dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan tidak dihargai di tempat kerja. Ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan mental.

Konflik dengan atasan atau rekan kerja: Konflik dengan atasan atau rekan kerja dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan tidak dihargai di tempat kerja. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan akhirnya menjadi quiet quitter.

Tidak ada fleksibilitas dalam jadwal kerja: Tidak adanya fleksibilitas dalam jadwal kerja dapat membuat seseorang merasa terikat dan tidak memiliki kebebasan untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi mereka.

Masalah finansial: Seseorang mungkin tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dalam pekerjaan yang tidak memuaskan karena mereka membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan finansial.

Ketidakpercayaan diri: Kurangnya rasa percaya diri dan rasa takut gagal dapat membuat seseorang tidak berani mencari peluang baru di tempat kerja atau mengambil risiko yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan karir mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Mengembangkan Kemampuan Kerja Sama Tim di Tempat Kerja.

Memahami penyebab quiet quitter dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi masalah yang mendasarinya dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

Artikel oleh: Logos Indonesia.