Logos Indonesia – Pernah mendengar tentang Trichotillomania? Hampir mungkin sebagian dari kita belum pernah mendengar penyakit ini. Atau bisa jadi, baru mendengarnya kali ini. Trichotillomania sendiri adalah gangguan mental yang ditandai oleh dorongan yang tidak dapat ditahan untuk mencabut rambut sendiri. umumnya dari kulit kepala, alis, atau bulu mata. Menariknya, meskipun orang yang mengalaminya menyadari bahwa perbuatannya itu merusak, tetapi mereka masih sulit untuk melepaskan kebiasaan ini.
Bayangkan penderita Trichotillomania yang harus melawan dorongannya untuk menarik rambutnya. Bagaimana mereka harus merasakan berbagai dampak, baik psikologis, emosional, sosial, maupun biologis, dari sekedar dorongan untuk mencabut rambut sendiri. Apa saja dampaknya? Mari kita bahas bersama!
Dampak Psikologis
Trichotillomania tak hanya mempengaruhi fisik, tapi juga psikologis. Kita bayangkan saja, bagaimana kita merasa jika ada bagian rambut kita yang botak karena sering kita cabut? Efek pertama yang pasti kita rasakan adalah penurunan harga diri dan kepercayaan diri. Kita mungkin merasa malu, canggung, dan tidak percaya diri untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Apalagi jika kita membayangkan pandangan mereka tentang penampilan kita.
Selanjutnya, Trichotillomania juga bisa membuat kita sulit tidur. Hal ini karena adanya kecemasan yang berkaitan dengan kondisi kita ini yang bisa membuat tidur malam kita tidak nyenyak. Rasanya, pikiran kita penuh dengan beragam pertanyaan yang membuat kita tidak bisa memejamkan mata.
Kecemasan ini juga bisa memicu kita merasa depresi dan rasa bersalah. Depresi karena kita mungkin merasa tidak ada harapan dan tidak tahu harus berbuat apa. Sementara rasa bersalah muncul karena kita merasa menyakiti diri sendiri. Tapi di sisi lain, kita merasa tidak bisa menghentikannya. Jangan kaget jika kondisi ini juga bisa memicu kita mengembangkan gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan kecemasan umum atau gangguan panik.
Makanya, penting bagi kita untuk mencari bantuan profesional jika merasa berhadapan dengan dampak psikologis Trichotillomania ini.
Dampak Emosional
Kehidupan kita seringkali diwarnai oleh beragam emosi. Tidak terkecuali ketika menghadapi Trichotillomania. Salah satu dampak emosional yang mungkin kita temui adalah ketidakstabilan emosional dan fluktuasi suasana hati. Kita mungkin merasa baik-baik saja di satu momen. Lalu bagaimana dengan di momen berikutnya. Terkadang kita merasa tidak mengerti mengapa perasaan kita bisa berubah begitu cepat.
Selain itu, rasa kemarahan dan frustrasi bisa melanda kita. Kita mungkin merasa marah pada diri sendiri karena tidak bisa menghentikan kebiasaan mencabut rambut. Atau rasa frustrasi karena kondisi kita tidak kunjung membaik. Emosi-emosi ini tentu saja membuat kita semakin terbebani, karena suasana hati kita pun menjadi sulit dikendalikan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Trichotillomania: Dorongan Kuat untuk Mencabut Rambutnya Sendiri
Tidak mau kalah, perasaan malu dan stigmatisasi juga kerap mengintai. Kita mungkin merasa malu jika ada yang mengetahui tentang kondisi kita. Bahkan mengalami stigmatisasi dari orang di sekitar kita yang tidak memahami masalah ini. Sayangnya, inilah salah satu dampak emosional yang bisa kita temui dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Emosi yang tidak stabil ini juga bisa mempengaruhi hubungan kita dengan orang terdekat. Baik dalam asmara, persahabatan, maupun lingkungan sosial. Kita mungkin kesulitan menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan atau teman-teman karena rasa malu atau frustrasi yang kita alami.
Nah, menariknya, ada banyak studi kasus dan penelitian yang membahas mengenai dampak emosional akibat Trichotillomania ini. Dengan mengetahui informasi ini, kita bisa lebih siap dalam menghadapi kondisi ini dan mencari cara untuk menjaga keseimbangan emosi.
Dampak Sosial
Pernah merasa ingin menyendiri dan menghindari aktivitas sosial? Nah, itulah salah satu dampak sosial yang mungkin kita alami jika memiliki Trichotillomania. Rasa malu dengan kondisi kita, atau takut orang lain akan mengetahuinya. Bisa jadi alasan kita lebih memilih untuk menyendiri.
Tidak hanya itu, kondisi psikologis dan emosional ini juga berpengaruh pada hubungan kita dengan keluarga. Mungkin kita merasa sulit untuk berbicara tentang kondisi ini, atau merasa khawatir dan cemas tentang reaksi mereka.
Kemudian, apa jadinya dengan kinerja kita di sekolah atau tempat kerja? Yep, Trichotillomania juga bisa berdampak pada area ini. Stress atau rasa cemas yang berkepanjangan bisa mengganggu konsentrasi kita. Sehingga kinerja kita di sekolah atau tempat kerja jadi terganggu.
Sayangnya, stigma dan kesalahpahaman masyarakat jadi salah satu tantangan terbesar yang harus kita hadapi. Banyak orang yang belum memahami tentang Trichotillomania dan memandangnya sebagai tindakan memalukan atau tabu untuk dibicarakan. Ini semakin membuat kita merasa terisolasi dan sulit mencari bantuan.
Tapi jangan kuatir, banyak studi kasus dan penelitian yang telah menyoroti dampak sosial ini dan cara mengatasinya. Dengan lebih memahami kondisi kita, kita bisa mencari cara untuk menjaga hubungan sosial dan menghadapi tantangan yang muncul.
Baca Artikel Kami Lainnya: Pertolongan Pertama bagi Penderita Kleptomania: Langkah Awal Mengatasi Gangguan
Artikel oleh: Logos Indonesia.