Logos Indonesia – Kepribadian ambang atau borderline personality disorder dikategorikan sebagai kelompok gangguan dramatik karena memiliki sistem yang bervariasi dan menunjukkan Respon yang berlebihan. Dalam DSM, gangguan kepribadian ambang atau borderline ini resmi dimasukkan ke dalam gangguan kepribadian pada tahun 1980.
Ciri utama dari gangguan kepribadian ambang ini adalah sikap impulsif dan ketidakstabilan dalam hubungan dengan orang lain. Mood yang sering berubah-ubah secara signifikan pada orang lain. Mereka cenderung berperilaku impulsif, mudah tersinggung dan tidak konsisten.
Apa Itu Gangguan Kepribadian Ambang?
Gangguan kepribadian ambang atau Wonderland adalah gangguan pada kepribadian seseorang secara kronis memiliki kondisi emosional yang tidak stabil. Sehingga, sangat sulit orang lain untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian ambang.
Cara pandang mereka terhadap permasalahan sangat berbeda dengan orang normal kebanyakan. Mereka tidak bisa menerima kritikan dari orang lain. Cara pandang mereka terhadap suatu permasalahan layaknya Hitam putih, tidak ada abu-abu. Maksudnya adalah cara pandang mereka terhadap situasi hanya baik atau buruk. Tidak ada sesuatu hal yang baik dan buruk secara bersamaan.
Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid, Skizoid Dan Skizotipal Dalam Kelompok Kepribadian Aneh.
Menurut DSM – IV – TR, terdapat beberapa kriteria yang menjadikan seseorang terdiagnosis mengalami gangguan kepribadian ambang atau borderline. Berikut ini adalah kriteria yang bisa diidentifikasi sebagai gangguan kepribadian ambang.
- Dirinya berusaha keras untuk tidak diabaikan oleh orang lain. Kadangkala perasaan diabaikan dirasakan oleh seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ambang. Namun pada kenyataannya, kebanyakan dari mereka tidak benar-benar diabaikan seperti yang mereka rasakan.
- Mereka sulit untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan ketidakstabilan emosional mereka. Mereka bisa berperilaku mengidolakan orang tersebut, namun dalam beberapa waktu kemudian mencemooh orang tersebut.
- Terdapat perilaku impulsif, seperti boros dalam belanja.
- Beberapa dari mereka yang mengalami gangguan kepribadian ambang melakukan percobaan bunuh diri. Perilaku tersebut mungkin saja hanya cara untuk mencari perhatian orang lain atau benar-benar ingin melakukan bunuh diri.
- Terdapat perasaan kosong yang kronis dan ketidakstabilan emosional yang ekstrem.
- Terdapat pikiran paranoid dan simtom disosiatif yang diakibatkan dari tekanan stres.
Dari semua kriteria tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ambang memiliki karakteristik yang mudah tersinggung, impulsif, sering berkata sarkasme dan dapat melukai diri sendiri maupun orang lain. Perilaku mereka sulit untuk diprediksi.
Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Perbedaan Gangguan Kepribadian Antisosial Dan Psikopat.
Menurut sejarah, penamaan dari gangguan kepribadian ambang berkaitan dengan gejala yang diperlihatkan, gejala yang ditimbulkan seperti di ambang batas antara neurosis dan skizofrenia. Umumnya terjadi pada masa remaja atau dewasa awal dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ambang kemungkinan besar mengalami gangguan mood seperti depresi, atau gangguan kecemasan lainnya. Selain itu gangguan kepribadian ambang juga memiliki kemungkinan komodif dengan penyalahgunaan zat, PTSD, gangguan makan gangguan kepribadian dalam kelompok aneh.
Apa Penyebab Seseorang Memiliki Gangguan Kepribadian Ambang?
Penyebab dari seseorang memiliki gangguan kepribadian ambang bisa karena faktor biologis maupun lingkungan.
Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian dari Baron dkk (1985) menunjukkan banyak dari keluarga yang mengalami neurotisme tinggi akan diturunkan secara genetik. Beberapa data lainnya menunjukkan gangguan kepribadian ambang disebabkan oleh lemahnya fungsi lobus frontal yang berperan dalam perilaku impulsif.
Selain itu mereka diketahui memiliki kadar metabolisme glukosa yang rendah Pada lobus frontal. Terdapat peningkatan aktivitas di amygdala yang berperan dalam mengatur emosi. Serotonin yang rendah yang berkaitan dengan perilaku inklusif.
Teori Objek-Hubungan
Penyebab dari gangguan kepribadian ambang didasarkan pada teori objek hubungan dari Otto. Hipotesisnya adalah ketika seseorang bereaksi berdasarkan perspektif masa lalu mereka. Maka, perspektif tersebut terkadang bertentangan dengan harapan dan minatnya.
Pemicu seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang yaitu memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan di masa kanak-kanak. Ketika masih kecil, mereka diberikan kasih sayang secara tidak konsisten dari orang tua mereka. Orang tua mereka tidak mampu memberikan dukungan emosional dan kehangatan hubungan antara ibu dan anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kernberg, kurangnya kasih sayang seorang ibu, tidak memiliki hubungan yang hangat, terdapat konflik di keluarga, bahkan pernah mengalami penyiksaan secara fisik maupun seksual di masa kanak-kanak. Semua itu merupakan beberapa hal yang menjadi Penyebab seseorang memiliki gangguan kepribadian ambang ketika dewasa.
Teori Diatesis Stres Linehan
Menurut Linehan, seseorang yang mengidap gangguan kepribadian ambang kemungkinan mengalami kesulitan mengendalikan emosi (faktor genetik), kemudian dibesarkan oleh orang tua yang menginvalidasi.
Kondisi meng invalidasi ini merujuk pada lingkungan tempat anak tinggal yang tidak mempertimbangkan perasaan anak selama proses tumbuh kembangnya. Mereka merasa tidak dihargai, tidak mampu mengekspresikan emosinya, sering mendapatkan hukuman atau penyiksaan dari orang dewasa ketika masih kecil.
Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Gangguan Kepribadian Narsistik dan Histrionik sebagai Gangguan Kepribadian Yang Dramatis.
Terdapat diatesis atau penyimpangan antara perkataan orang tua dengan perlakuan yang ditunjukkannya. Seperti, Ibu berkata bahwa ia mencintai saya sebagai anaknya. Namun kenapa ibu menyakiti saya?
Setelah mengalami berbagai pengalaman tersebut di masa anak-anak. Setelah dewasa mereka akan mengembangkan diri yang sensitif terhadap pengalaman invalidasi.
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M. (2017). Psikologi Abnormal Edisi Ke-7. Depok: PT Raja Grafindo Persada.