Logos Indonesia – Kita sering melihat anak-anak usia balita yang merengek ke orang tuanya tanpa tahu alasan yang jelas. Bahkan anak-anak usia dini sering berteriak, menangis hingga menghentakkan kakinya di lantai. Kondisi yang sama dilakukan ketika berada di tempat umum. Kondisi ini disebut sebagai tantrum.
Merupakan hal yang wajar jika anak balita mengalami tantrum. Jadi sebagai orang tua tidak perlu khawatir mengenai kondisi tersebut. Karena kondisi ini akan menghilang dengan seiringnya bertambahnya usia anak.
Baca Artikel Kami Lainnya: Perbedaan Utama Antara Autis Dan Down Syndrome.
Mungkin beberapa orang tua mengkhawatirkan kondisi ini akan berlanjut di usia anak yang lebih dewasa. Rasa kekhawatiran itu adalah hal yang umum terjadi di kalangan orang tua terhadap perkembangan anaknya.
Namun beberapa orang tua lainnya mungkin berpikir bahwa perilaku anak ini hanyalah drama agar orang tua mau menuruti keinginan anaknya.
Sehingga sebagian orang tua mungkin akan berpikir bahwa cara terbaik untuk menghentikan tangisan Anak adalah dengan menuruti keinginan anak. Hal tersebut tidaklah salah namun perlu beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menuruti keinginan anak.
Baca Artikel Kami Lainnya: Cara Mencegah Anak Kembali Tantrum. Lakukanlah Beberapa Tahapan Ini.
Pasalnya, mungkin saja anak belajar dari cara merespon orang tua yang selalu menuruti permintaannya setelah merengek dan mengamuk hebat. Untuk lebih memahami apa itu tantrum pada anak balita. Sebaiknya kamu membaca artikel ini hingga selesai.
Apa itu Tantrum pada Anak?
Dilansir dari Yankes, Rudolph Dreukurs, seorang pakar pengasuh anak menjelaskan alasan utama anak balita berperilaku buruk atau tantrum. Salah satu alasan anak tantrum adalah anak menuntut perhatian yang lebih dari orang tuanya. Perilaku anak yang buruk ini didasari dari rasa keputusan bahwa dirinya tidak dapat keinginannya dari orang tuanya.
Ketika anak meminta perhatian yang lebih, biasanya yang tidak semestinya. Sedangkan orang tua hanya menanggapinya dengan memberikan hukuman atau memaksakan kehendak mereka kepada anak-anak.
Jadi tantrum adalah salah satu bentuk ledakan emosi seperti kemarahan. Tantrum pada anak balita merupakan bentuk ledakan emosi yang dianggap sebagai perilaku buruk bagi orang tua.
Gejala tantrum sering dianggap sebagai masalah perilaku yang dialami oleh anak-anak prasekolah. Anak-anak yang mengekspresikan kemarahan mereka, seperti berteriak, menangis dan menghentakkan kaki di lantai.
Gejala tantrum pada anak balita bersifat alamiah. Karena untuk usia balita yang lebih muda mereka belum bisa mengungkapkan kata-kata untuk memberitahukan perasaannya ataupun keinginannya kepada orang tua mereka. Sehingga menyimpulkan rasa frustasi pada anak balita tersebut karena kesulitan mengungkapkan keinginannya.
Salah satu ciri-ciri anak yang sedang mengalami tantrum adalah anak tersebut marah dan seringkali bersikap agresif. Penyebab anak bersikap agresif adalah untuk bisa keluar dari kondisi ketidaknyamanannya.
Berapa Usia Umum Anak Seing Mengalami Tantrum?
Anak usia 15 bulan sampai 6 tahun sering ditemui mengalami tantrum. Namun perilaku tantrum ini adalah hal yang normal bagi usia mereka. Secara umum perilaku tantrum sering terjadi ketika anak sudah membentuk sense of self.
Di mana anak sudah bisa merasakan perasaan mereka sendiri. Anak sudah mampu mengetahui apa yang mereka butuhkan atau mereka inginkan. Namun anak terkendala untuk mengungkapkan keinginan mereka karena terbatasnya kata-kata yang dikuasai. Seperti yang kita ketahui bahwa usia balita yang lebih muda masih belum mampu berbicara jelas.
Usia Puncak anak mengalami tantrum adalah sekitar usia 2-4 tahun. Namun bagi orang tua harus menyadari bahwa perilaku tantrum adalah hal yang normal bagi anak usia tersebut. Mereka belajar Bagaimana cara mengontrol emosi dan mengambil tindakan yang tepat.
Di sinilah peran orang tua sangat penting untuk mengajari mereka untuk belajar mengontrol dan bersikap atas emosi yang mereka miliki. Karena itu pola pengasuhan yang mampu mengajarkan anak bersikap atas emosi mereka sendiri sangat penting di usia ini.
Orang tua harus mampu mengajarkan anak bahwa perilaku tantrum yang dilakukannya tidak akan memberikan keinginannya. Di sisi lain orang tua juga harus menyadari bahwa perilaku tantrum yang ditunjukkan oleh anak didasarkan pada kondisi anak yang tidak nyaman akibat perut lapar anak mengantuk, rasa sakit, ataupun kebutuhan anak lainnya.
Apa Saja Gejala Tantrum Pada Anak Balita?
Dilansir dari halodoc, terdapat beberapa gejala atau ciri-ciri anak yang sedang tantrum. Namun ciri utama dari tantrum anak ini adalah menjerit, menangis, dan memukul. Bahkan mungkin saja anak berperilaku agresif yang mampu melukai orang di sekitarnya ataupun merusak barang di sekitarnya.
Sekali lagi diingatkan bahwa gejala tantrum pada anak balita adalah hal yang normal sebagai proses perkembangan anak. Karena itu peran orang tua sangat penting untuk mengontrol emosi anak melalui pola asuh dan pemberian pelatihan secara konsisten terhadap perilaku buruk anak. Berikut ini adalah beberapa gejala tantrum pada anak.
- Merengek.
- Menangis, menjerit, dan berteriak.
- Menendang dan memukul.
- Menahan napas.
- Mendorong.
- Lemas.
- Melempar barang.
- Menegangkan badan dan meronta-ronta tubuhnya.