Penyebab dan Terapi bagi Penderita Parafilia Berdasarkan Behavior dan Kognitif

Apa penyebab seseorang mengalami parafilia? Dengan mengetahui penyebabnya maka dapat dilakukan terapi yang sesuai.

Klinis2211 Views

Logos Indonesia – Kita semua tahu bahwa seksualitas manusia merupakan topik yang kompleks dan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu hal yang seringkali menjadi topik pembicaraan adalah parafilia atau kecenderungan seksual yang tidak konvensional.

Terkadang, kita mungkin bertanya-tanya apa yang menyebabkan seseorang memiliki parafilia. Apakah faktor lingkungan atau psikologis yang memainkan peran penting? Atau apakah ada faktor biologis yang mempengaruhi kemungkinan seseorang mengembangkan parafilia?

Parafilia adalah jenis gangguan seksual di mana seseorang memiliki dorongan seksual yang tidak biasa atau tidak konvensional terhadap objek atau situasi tertentu. Beberapa contoh parafilia yang umum meliputi voyeurisme, eksibisionisme, sadisme, dan masokisme. Meskipun tidak banyak yang diketahui tentang penyebab pasti parafilia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan kognitif dapat berperan dalam pengembangan kondisi ini.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Jenis-Jenis Parafilia.

Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab parafilia dari sudut pandang behavioral kognitif. Kita akan melihat bagaimana faktor-faktor kognitif dan lingkungan dapat mempengaruhi pengembangan parafilia. Bagaimana pendekatan behavioral kognitif dapat membantu individu yang mengalami gangguan parafilia.

Yuk, mari kita jelajahi topik yang menarik ini bersama-sama!

Penyebab Parafilia Berdasarkan Behavior Kognitif

Menurut pendekatan behavior kognitif, parafilia muncul akibat pembelajaran dan kondisi lingkungan. Dorongan seksual yang tidak konvensional dapat terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman belajar melalui penguatan atau hukuman.

Dalam hal ini, parafilia dapat terbentuk melalui pengalaman belajar di masa lalu. Mungkin saja, sumber gairah seksualnya terkait dengan penggunaan tindakan atau benda tertentu. Seseorang mungkin pernah merasakan kepuasan seksual yang kuat saat menggunakan tindakan atau benda yang tidak konvensional. Sehingga dorongan seksual tersebut menjadi terkondisi.

Selain itu, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan parafilia. Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong perilaku seksual yang tidak biasa atau menyimpang. Seperti dalam kelompok dengan orientasi seksual tertentu atau dalam industri seks. Ini mungkin lebih rentan terhadap parafilia.

Baca Artikel Kami Lainnya: Fakta Dan Mitos Tentang Fetis.

Sudut pandang behavior kognitif juga menekankan peran faktor kognitif dalam pengembangan parafilia. Beberapa orang mungkin mengembangkan pemikiran atau keyakinan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial secara umum. Sehingga memengaruhi cara mereka merespons gairah seksual.

Terapi Behavior Kognitif

Apakah kamu sudah tahu tentang terapi parafilia berdasarkan pendekatan behavioral? Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku seksual yang tidak konvensional menjadi perilaku yang lebih sehat dan positif.

Pendekatan behavioral mengasumsikan bahwa perilaku seksual merupakan hasil dari pembelajaran. Sehingga terapi ini fokus pada mengubah pola perilaku seksual yang tidak diinginkan melalui pembelajaran kembali perilaku yang lebih sehat dan positif.

Contohnya, pada terapi parafilia berbasis pendekatan behavioral. Klien mungkin akan diminta untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi situasi-situasi yang memicu perilaku seksual yang tidak diinginkan. Kemudian menggantikan perilaku tersebut dengan tindakan alternatif yang lebih sehat. Misalnya, seseorang dengan voyeurisme mungkin akan diajarkan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal lain saat ada situasi yang memicu hasrat voyeuristik. Seperti mengalihkan perhatian ke hal-hal yang disukai atau melakukan aktivitas lain yang menarik perhatian.

Selain itu, teknik desensitisasi sistematis juga sering digunakan dalam terapi parafilia berbasis behavioral. Teknik ini melibatkan paparan bertahap pada situasi-situasi atau objek-objek yang biasanya memicu perilaku seksual yang tidak diinginkan. Paparan bertahap ini bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dan dorongan seksual yang berlebihan pada objek atau situasi tersebut. Sehingga dapat mengurangi frekuensi perilaku seksual yang tidak diinginkan.

Terapi parafilia berbasis pendekatan behavioral ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Terapi ini dapat membantu klien memperoleh kontrol atas perilaku seksualnya yang tidak diinginkan. Selain itu juga meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Itu Parafilia? Fantasi Seksual Yang Tidak Lazim.

Contoh lainnya dari terapi perilaku yang dapat digunakan dalam pengobatan parafilia adalah terapi aversi. Terapi aversi melibatkan memberikan rangsangan yang tidak menyenangkan ketika seseorang mengalami dorongan seksual yang tidak biasa. Misalnya, seseorang dengan voyeurisme akan diberikan rangsangan tidak menyenangkan seperti bau yang tidak sedap atau suara yang tidak menyenangkan. Ketika mereka melihat sesuatu secara diam-diam. Hal ini bertujuan untuk menghubungkan perasaan tidak nyaman dengan dorongan seksual yang tidak biasa. Sehingga individu mengalami pengurangan dorongan seksual dan menghindari perilaku tersebut di masa depan.

Selain terapi aversi, terapi perilaku lainnya yang dapat digunakan dalam pengobatan parafilia termasuk terapi penghargaan, terapi penyangkalan, dan terapi pengurangan kerentanan. Terapi penghargaan menggunakan penguatan positif untuk mendorong individu untuk mengubah perilaku seksual yang tidak biasa. Sementara terapi penyangkalan berfokus pada mengubah pola pikir individu tentang perilaku seksual yang tidak biasa. Terapi pengurangan kerentanan melibatkan pengurangan faktor risiko yang dapat memicu perilaku seksual yang tidak biasa. Seperti stres atau situasi sosial yang tidak nyaman.

Jadi, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami parafilia. Terapi parafilia berbasis pendekatan behavioral dapat menjadi pilihan yang efektif dan aman untuk mengatasi masalah tersebut. Ingatlah bahwa kamu tidak sendiri dalam mengatasi masalah ini dan bantuan selalu tersedia untukmu.

Artikel oleh: Logos Indonesia.