Penyebab Nekrofilia. Penyimpangan Seksual Terhadap Mayat

Tapi kita bisa membuka pikiran kita untuk memahami penyebab dari nekrofilia itu sendiri. Melihat dari sudut pandang sih penderita.

Klinis1971 Views

Logos Indonesia – Apakah kamu pernah mendengar istilah “Nekrofilia”? Istilah ini mengacu pada penyimpangan seksual yang melibatkan ketertarikan seksual terhadap mayat. Seperti yang kita ketahui bahwa mayat identik dengan sesuatu yang menyeramkan bagi kebanyakan orang. Namun, terdapat sedikit orang yang menganggap mayat adalah sesuatu ketertarikan seksual. Walaupun kasus seperti ini sedikit, tapi kita perlu mengetahuinya.

Jadi, meskipun topik ini mungkin terdengar mengerikan dan mengganggu. Tapi kita bisa membuka pikiran kita untuk memahami penyebab dari nekrofilia itu sendiri. Melihat dari sudut pandang sih penderita. Salah satu cara menjelaskan kondisi nekrofilia adalah merujuk pada teori yang relevan. Namun, pada pembahasan kali ini kita akan lebih membahasnya dalam perspektif psikologi.

Teori Psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud ini bisa kita jadikan rujukan pembahasan kali ini. Namun. Sebelum masuk ke dalam pembahasan penyebab nekrofilia, ada baiknya kita memhami pengertian dari nekrofilia itu sendiri.

Pengertian Nekrofilia

Nekrofilia adalah gangguan seksual yang melibatkan hasrat seksual pada mayat. Biasanya juga disertai dengan fantasi seksual yang terfokus pada mayat. Individu yang mengalami nekrofilia sering kali merasa terangsang secara seksual oleh mayat. Sehingga cenderung memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan mayat tersebut. Gangguan ini dianggap sebagai salah satu bentuk parafilia. Parafilia yaitu penyimpangan seksual yang dianggap tidak umum oleh masyarakat banyak. Parafilia ini mencakup banyak jenis penyimpanan seksual yang tidak umum. Jadi parafilia itu tidak hanya pada mayat saya, seperti pembahasan ini. Tapi bisa saya ke berbagai benda mati.

Penyebab Nekrofilia dari Sisi Psikoanalisis

Dalam perspektif psikoanalisis, penyebab nekrofilia dapat terkait dengan berbagai faktor psikologis dan pengalaman hidup individu. Teori psikoanalisis yang paling terkenal di kemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam teorinya, menjelaskan bahwa terdapat pengaruh pengalaman masa lalu terhadap terbentuknya perilaku saat ini. Namun, hal tersebut terkadang tidak disadari oleh sih penderita. Hal ini karena pengalaman masa lalu itu terlalu menyakitkan untuk diingat. Sehingga lebih baik untuk dipendam dalam-dalam ke bagian ketidaksadaran. Beberapa faktor yang mungkin berperan adalah:

  1. Konflik dalam perkembangan seksual

Dalam Psikoanalisis percaya bahwa konflik dalam tahap perkembangan seksual individu dapat berkontribusi pada munculnya nekrofilia. Pengalaman traumatis atau konflik yang tidak selesai selama masa kanak-kanak atau masa remaja. Pengalaman yang traumatis tersebut dapat mempengaruhi cara individu mengembangkan hasrat seksualnya. Sehingga menyebabkan perkembangan psikoseksual yang tidak wajar. Artinya, mungkin saya mereka yang menderita nekrofilia memiliki kecenderungan trauma dengan seseorang di masa lalunya.

  1. Gangguan identitas dan objek seksual

Individu dengan nekrofilia mungkin mengalami gangguan dalam pembentukan identitas seksual. Sehingga mereka pengembangan objek seksual yang tidak sehat. Karena itu, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang hidup. Akhirnya mereka beralih ke objek seksual yang mati.

  1. Penyimpangan dalam pemahaman kematian

Nekrofilia juga dapat dikaitkan dengan pemahaman yang terdistorsi tentang kematian. Individu dengan nekrofilia mungkin memiliki persepsi yang tidak wajar tentang kematian dan mayat. Artinya, mungkin saya mereka tidak mengenali batasan antara hidup dan mati. Pola pikir yang keliru ini memberikan persepsi yang salah pula.

Penyebab Nekrofilia dari Sisi Behavior

Dalam pendekatan behavior, penyebab nekrofilia dikaitkan dengan faktor-faktor pembelajaran dan pengkondisian. Beberapa faktor yang mungkin berperan adalah:

1. Pengalaman masa kecil yang buruk

Pengalaman traumatis atau penyalahgunaan fisik atau seksual selama masa kecil dapat berkontribusi pada perkembangan nekrofilia. Paparan terhadap pengalaman negatif semacam itu dapat menyebabkan individu mengembangkan pola perilaku yang tidak sehat terkait dengan seksualitas mereka.

2. Pengaruh lingkungan dan media

Media dan lingkungan sosial juga dapat berperan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku seksual individu. Paparan yang berlebihan terhadap gambar, film, atau cerita tentang mayat dalam konteks seksual dapat mempengaruhi individu yang rentan terhadap nekrofilia.

3. Pengkondisian dan penguatan

Seperti halnya dengan banyak penyimpangan seksual, nekrofilia dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Penguatan positif atau negatif dari perilaku seksual terhadap mayat dapat memperkuat atau mengkondisikan individu untuk mengembangkan kecenderungan nekrofilik.

Saat ini, nekrofilia dianggap sebagai gangguan seksual yang jarang terjadi. Tetapi tetap menjadi perhatian serius di bidang psikologi dan psikiatri. Penting untuk diingat bahwa nekrofilia adalah penyimpangan seksual yang tidak dapat diterima secara sosial. Karena melanggar hukum di banyak yurisdiksi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Mengatasi Rasa Keinginan Bunuh Diri yang Bertanda Depresi

Bagi individu yang mengalami nekrofilia, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater yang terlatih dalam bidang seksualitas. Terapi dapat membantu individu memahami penyebab, mengelola gejala nekrofilia, dan mengarahkan mereka menuju perilaku seksual yang sehat dan sesuai dengan norma sosial.

Meskipun nekrofilia adalah topik yang menakutkan. Namun bagi kita perlu untuk memahaminya. Dengan membahasnya dengan tujuan mendorong kesadaran, pemahaman, dan membantu mereka yang mungkin terkena gangguan ini untuk mencari bantuan yang tepat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Thanatos dan Eros atau Dorongan akan Kematian dan Kehidupan dalam Teori Psikoanalisis Freud.

Artikel oleh: Logos Indonesia.