Ternyata Misophonia dan Fobia Suara itu Berbeda. Apa Bedanya?

Misophonia dan Fobia Suara adalah dua kondisi yang kerap kali dianggap sama. Padahal, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, lho.

Klinis1741 Views

Logos IndonesiaPernah mendengar istilah Misophonia dan Fobia Suara? Atau, malah kamu sendiri yang merasa tidak nyaman dan risih mendengar suara-suara tertentu? Jika ya, mari kita bahas lebih lanjut. Misophonia dan Fobia Suara adalah dua kondisi yang kerap kali disalahpahami dan dianggap sama. Padahal, keduanya memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda, lho.

Baca Artikel Kami Lainnya: Dampak Psikologi, Emosional dan Sosial dari Trichotillomania

Misophonia dan Fobia Suara sama-sama berkaitan dengan respons kita terhadap suara. Namun manifestasinya dalam hidup kita bisa jadi sangat berbeda. Ketidakmampuan untuk membedakan antara keduanya bisa membuat kita salah dalam mencari cara mengatasinya. Mengetahui apa itu Misophonia dan Fobia Suara, serta memahami perbedaannya, sangat penting untuk kita semua. Baik yang mengalaminya maupun yang berinteraksi dengan mereka yang mengalami kedua kondisi tersebut.

Dalam artikel ini, kita akan membahas detail tentang Misophonia dan Fobia Suara. Selain itu, kita juga akan membahas secara mendalam perbedaan antara keduanya.

Misophonia

Misophonia, sering juga disebut sebagai Selective Sound Sensitivity Syndrome. Misophonia adalah kondisi di mana seseorang merasa stres, cemas, atau bahkan marah saat mendengar suara tertentu. Suara-suara yang memicu respons negatif ini biasanya suara sehari-hari yang normal dan umum di lingkungan kita. Misophonia bukanlah gangguan pendengaran, melainkan kesulitan dalam memproses suara yang memicu reaksi emosional negatif.

Gejala-gejala Misophonia

Jika kamu merasa marah, gugup, atau cemas saat mendengar suara-suara tertentu maka kemungkinan kamu mengalami Misophonia. Beberapa gejala umum Misophonia meliputi:

  1. Merasa risih, cemas, atau marah saat mendengar suara tertentu, seperti suara mengunyah, mengetik, atau bernapas.
  2. Mengalami respons fisik seperti merinding, jantung berdebar, atau berkeringat saat mendengar suara pemicu.
  3. Cenderung menghindari situasi atau lingkungan yang mungkin menghasilkan suara pemicu.
  4. Merasa perlu menggunakan penutup telinga atau membawa perangkat musik untuk menghindari suara pemicu.

Penyebab dan Faktor Risiko Misophonia

Meskipun penyebab pasti Misophonia belum diketahui secara pasti. Tapi beberapa teori menyatakan bahwa ini terkait dengan cara otak kita memproses informasi suara. Berikut ini beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi timbulnya Misophonia:

  1. Kondisi neurologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Misophonia mungkin terkait dengan gangguan pada sistem limbik dan auditif dalam otak kita.
  2. Faktor genetik: Kemungkinan besar, Misophonia dapat diturunkan dari orang tua. Jadi, jika ada anggota keluarga yang mengalami kondisi ini, maka risiko kamu memiliki Misophonia lebih tinggi.
  3. Trauma atau pengalaman buruk: Peristiwa traumatis yang melibatkan suara tertentu dapat memicu Misophonia.
  4. Kondisi kesehatan mental lainnya: Kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar mungkin berhubungan dengan Misophonia.

Fobia Suara

Rasa takut pada anak.

Fobia Suara, yang juga dikenal sebagai ligyrophobia, adalah rasa takut yang berlebihan terhadap suara keras atau tiba-tiba. Bukan hanya sekadar ketakutan, tapi rasa takut yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Jadi, jika suara petasan atau alarm tiba-tiba membuatmu merasa sangat cemas, bahkan panik, mungkin kamu mengalami Fobia Suara.

Gejala-gejala Fobia Suara

Gejala Fobia Suara dapat berbeda-beda pada setiap orang, namun berikut beberapa gejala yang umumnya dirasakan:

  1. Rasa takut yang berlebihan atau irasional saat mendengar suara keras.
  2. Merasa cemas atau panik saat berada di lingkungan yang mungkin menghasilkan suara keras.
  3. Respons fisik seperti jantung berdebar, mual, berkeringat, hingga pingsan saat mendengar suara keras.
  4. Menghindari tempat atau situasi yang mungkin menghasilkan suara keras.

Penyebab dan Faktor Risiko Fobia Suara

Tak seperti Misophonia, Fobia Suara tampaknya berasal dari kerusakan atau gangguan pada bagian otak yang mengatur takut kita. Berikut ini beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi:

  1. Trauma masa lalu: Faktor utama dalam perkembangan Fobia Suara biasanya adalah trauma masa lalu. Misalnya, trauma akibat suara petasan atau alarm yang tiba-tiba.
  2. Faktor genetik: Fobia Suara juga bisa diturunkan dalam keluarga. Jika orangtua atau saudara kandung memiliki Fobia Suara, risiko kamu mengalaminya bisa lebih besar.
  3. Gangguan kesehatan mental lainnya: Fobia Suara bisa terkait dengan kondisi mental lain seperti gangguan kecemasan dan trauma pasca-stres (PTSD).

Jika kamu merasa gejala-gejala yang disebutkan di atas familiar, jangan ragu untuk meminta bantuan. Ada banyak dukungan dan terapi yang bisa kamu terima untuk mengatasi Fobia Suara ini. Ingat, mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan – justru sebaliknya. Kamu sedang mencoba menjadi lebih kuat dan itu luar biasa!

Perbedaan antara Misophonia dan Fobia Suara

Meski keduanya melibatkan respons negatif terhadap suara, gejala yang ditunjukkan oleh Misophonia dan Fobia Suara cukup berbeda.

Pada Misophonia, suara-suara sehari-hari seperti suara mengunyah, mengetik, atau bernapas bisa memicu rasa cemas, risih, atau marah. Di sisi lain, Fobia Suara lebih berfokus pada rasa takut yang berlebihan atau irasional terhadap suara keras atau mendadak.

Perbandingan Penyebab dan Faktor Risiko Misophonia dan Fobia Suara

Penyebab dan faktor risiko untuk Misophonia dan Fobia Suara juga berbeda. Penyebab pasti Misophonia belum diketahui, tetapi sering dihubungkan dengan cara otak memproses informasi suara dan gangguan pada sistem limbik dan auditif otak kita. Di sisi lain, Fobia Suara tampaknya berasal dari kerusakan atau gangguan pada bagian otak yang mengatur rasa takut kita dan lebih sering dipicu oleh trauma masa lalu yang melibatkan suara keras atau mendadak. Faktor genetik dan gangguan kesehatan mental lain mungkin berkontribusi pada kedua kondisi ini.

Cara Penerimaan Suara pada Individu dengan Misophonia dan Fobia Suara

Pada Misophonia, suara biasa dan sering kali tidak berbahaya, seperti suara mengunyah atau mengetik, bisa memicu perasaan negatif. Ini biasanya terjadi karena sistem auditif otak kita dan cara kita memproses suara.

Sementara itu, Fobia Suara biasanya dipicu oleh suara keras atau mendadak. Karena lebih erat hubungannya dengan cara otak kita mengatur dan merespons rasa takut.

Jika kamu berpikir kamu mungkin mengalami salah satu dari kondisi ini. Maka penting untuk mencari bantuan dari dokter atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan diagnosa yang tepat dan membantumu menemukan strategi pengelolaan yang efektif.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips dan Strategi Mengatasi Trichotillomania: Dorongan yang Kuat untuk Mencabut Rambut Sendiri

Artikel oleh: Logos Indonesia.