Tes Kepribadian dan Faktor Budaya Yang Mempengaruhinya

Tes Kepribadian dan Faktor Budaya yang mempengaruhinya. Ketika tes psikologi harus disesuaikan dengan budaya yang dituju.

Logos Indonesia Banyak orang yang mendefinisikan suatu kepribadian adalah hal yang universal dimiliki oleh setiap orang. Definisi para tokoh juga melakukan hal tersebut. Konsep kepribadian universal ini, tentu saja tidak salah. Hanya saja tidak dapat dimaknai pada kebudayaan tertentu. Kita juga harus mempertimbangkan faktor budaya dalam mengembangkan konsep kepribadian itu.

Jika kita membicarakan tentang budaya. Seseorang dalam budaya tersebut memiliki kepribadian yang khas. Faktor budaya mempengaruhi seseorang bertindak dan berperilaku sesuai adat dan istiadat yang berlaku. Karena itu konsep kepribadian secara universal kurang tepat untuk menggambarkan mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sejarah Model Lima Faktor Kepribadian Dan Sifat Umum Yang Dimiliki Kebanyakan Orang.

Karena itu kita harus memahami bahwa kepribadian individu satu dengan yang lainnya dari satu kebudayaan-kebudayaan lainnya memiliki ciri khas kepribadian yang berbeda-beda. Masyarakat yang tinggal dalam budaya tersebut memiliki kepribadian yang berbeda dari budaya lainnya. Mulai dari pola berpikir, sifat, perilaku, dan keyakinan.

Menurut Matsumoto dan juang (2004) menggambarkan kepribadian sebagai satu set perilaku dan ciri-ciri kognitif. Sifat kecenderungan yang relatif berlangsung secara terus-menerus. Sifat ini akan terus dibawa oleh orang tersebut selama masa hidupnya. Karena itu kita dapat membedakan kepribadian orang yang satu dengan yang lain melalui berinteraksi secara langsung dengan mereka. Ciri pembeda inilah yang menjadi konsep kepribadian yang unik.

Konsep Kepribadian Menurut Allport

Gordon Allport.

Konsep hubungan antara kepribadian dan budaya juga dapat ditemui dalam pandangan kepribadian menurut Allport. Bagi Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem psiko logis dan fisik yang bertujuan untuk menentukan cara manusia dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal yang ingin ditekan Allport adalah kepribadian bersifat dinamis, bukan statis yang terhenti di satu tahap saja. Kepribadian adalah struktur fundamental yang terus berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Dalam teorinya, Allport membedakan antara motif dan dorongan sebagai bentuk dari kepribadian seseorang. Motif dan dorongan ini memiliki hubungan yang berkesinambungan. Dorongan merupakan tindakan kita yang didasarkan pada motif. Motif adalah alasan atau tujuan kita dalam bertindak. Karena itu, dorongan dipicu dari motif kita melakukan sesuatu. Namun dalam kasus tertentu, dorongan mampu melebihi motif yang telah kita tetapkan.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenali Batasan Self Reward Dan Tips Untuk Self Reward Yang Baik.

Sebagai contoh, seseorang yang ingin memulai bisnisnya dengan berjualan bakso. Motif dari tindakannya adalah untuk mencari nafkah. Sedangkan dorongannya adalah dengan berjualan bakso. Alasan dirinya berjualan bakso adalah untuk mendapatkan uang dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan secara nyata untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan berjualan bakso.

Ternyata, bisnis baksonya tersebut berjalan sukses hingga mampu melewati motif yang telah Ia tentukan. Dirinya sudah tidak terlalu mencemaskan tentang pemenuhan kebutuhan hidupnya lagi. Bahkan dirinya mampu untuk membeli barang yang ia inginkan.

Ketika motifnya sudah terpenuhi. Maka motif tersebut tidak diperlukan lagi dan berganti dengan motif lainnya. Misalkan saja motifnya adalah untuk memperbanyak variasi jenis bakso dan menambah cabang bisnisnya.

Kepribadian Adalah Sifat

 

Menurut Sarwono (2016) inti dari kepribadian adalah sifat. Berdasarkan Sarwono (2016), melalui pengumpulan berbagai buku kamu sekitar 4500 sifat. Kemudian disimpulkan dan dikelompokkan menjadi tiga macam sifat. Berikut tiga kelompok sifat yang dapat disimpulkan.

Trait Kardinal, merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang yang berkuasa atau dominan. Sebagai contoh, sifat yang dimiliki bung Karno, Superman, Arjuna, Don Juan, dan seseorang narsistik.

Trait Sentral, sifat yang sering digunakan untuk menyebut seseorang. Sebagai contoh, orang tersebut memiliki sifat pemalu, penakut, banyak akal, dan menyenangkan.

Trait Sekunder, sifat yang muncul dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang sedang demam panggung, tidak sabar antri, dan sifat lainnya yang merujuk pada situasi.

Tes Kepribadian Dan Budaya

Hal apa saja yang bisa diukur dari kepribadian? Menurut paradigma psikologi, hal yang bisa diukur dari tes kepribadian adalah kecerdasan bawaan (IQ), kecerdasan emosional (EI), kreativitas, religius, minat – bakat, locus of control, ekstrovert atau introvert dan lainnya. Jika kita analisis lebih dalam, semua kepribadian yang diukur tersebut menggunakan metode pengukuran psikometri.

Kadangkala, suatu tes psikologi kepribadian tidak sesuai dengan budaya pada negara tersebut. Karena itu perlu pengukuran kepribadian dalam konteks lintas budaya. Diperlukan penyesuaian validitas dan reliabilitas alat ukur agar sesuai dengan aspek kepribadian pada budaya tersebut. Melalui penerjemahan yang tidak menghilangkan makna sebenarnya, tapi mampu dipahami oleh budaya tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Psikologi Lintas Budaya.

Secara konsep memang mudah untuk dipahami. Namun sulit untuk dipraktekkan di kehidupan nyata. Suatu tes yang harus melalui proses penyesuaian dengan kebudayaan setempat, kadangkala mengalami kendala dalam hal menerjemahkan. Sulitnya menemukan kosakata yang sepadan dengan kata aslinya. Tujuannya adalah agar makna yang ditimbulkan tidak berbeda.

Saat ini, sudah ada beberapa tes asing yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa tes asing tersebut seperti MMPI dan EPPS. Selain itu, Indonesia juga berhasil untuk mengembangkan tes asing agar sesuai dengan budaya Indonesia. Tes asing yang berhasil dikembangkan adalah TIKI, TIU, dan CAT.

Sarwono, Sarlito. W. (2016). Psikologi Lintas Budaya. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Artikel oleh: Logos Indonesia.