Logos Indonesia – Sebelumnya kita membahas mengenai gaya pengambilan keputusan dilihat dari cara merespon situasi permasalahan. Faktor penentu dari pengambilan keputusan seperti memahami isyarat situasi, menilai orang lain dan tergantung konteks situasinya.
Terdapat dua dimensi membedakan gaya pengambilan keputusan seseorang yaitu berorientasi pada nilai dan berorientasi terhadap situasi yang ambigu. Biasanya pengambilan keputusan yang berorientasi pada situasi yang ambigu menekankan pada kesejahteraan manusia yang terlibat. Sedangkan gaya pengambilan keputusan yang berorientasi pada nilai memfokuskan pada sistem organisasi yang sudah terstruktur dan tidak bisa diganggu gugat.
Dari kedua dimensi tersebut dihasilkan empat gaya pengambilan keputusan, yaitu analitis, konseptual, direktif, dan behavioral. Gaya pengambilan keputusan direktif dan analitis masuk ke dalam dimensi berorientasi pada nilai. Sedangkan gaya pengambilan keputusan konseptual Dan behavioral masuk ke dalam dimensi berorientasi pada situasi yang ambiguitas.
Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Gaya Pengambilan Keputusanmu? Berikut Ini Penjelasannya.
Faktor lingkungan seperti kebiasaan yang sering dilakukan dalam jenis pekerjaan atau ilmu yang diajarkan dalam pendidikan, mempengaruhi gaya pengambilan keputusan seseorang. Faktor internal seperti kecerdasan emosional yang tinggi juga mampu mempengaruhi kecenderungan seseorang menggunakan gaya pengambilan keputusan.
Penelitian Gaya Pengambilan Keputusan Antara Laki-laki Dan Perempuan
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Rowe dan Boulgarides (1992) tentang perbedaan pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan, menghasilkan beberapa temuan. Berikut ini dijabarkan temuan penelitian Rowe dan Boulgarides (1992).
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki pekerjaan yang sama terhadap gaya pengambilan keputusan. Artinya, jika dalam situasi pekerjaan yang sama. Maka perbedaan cara pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Hal ini mengindikasikan faktor lingkungan mampu mempengaruhi gaya pengambilan keputusan seseorang, terlepas itu laki-laki maupun perempuan.
Penelitian Rowe dan Boulgarides (1992) melibatkan 53 perempuan yang bekerja di bidang teknik dan 46 perempuan bekerja di bidang sosial. Di antara mereka memiliki jabatan manajer sebanyak 93 orang dan sebagai arsitek sebanyak 224 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap gaya pengambilan keputusan.
Hasilnya adalah partisipan yang bekerja di bidang teknik memiliki skor gaya direktif dan analitik yang lebih tinggi dibandingkan partisipan yang bekerja di bidang sosial. Sedangkan partisipan yang bekerja di bidang sosial memiliki skor yang lebih tinggi pada gaya konseptual dan behavior dibandingkan partisipan yang bekerja di bidang teknik.
Selain itu, partisipan yang memiliki status manajer memiliki skor yang lebih tinggi pada gaya direktif dan gaya behavioral. Sedangkan partisipan yang berstatus arsitek memiliki skor yang lebih tinggi pada gaya analitik dan konseptual.
Penelitian yang dilakukan Rowe dan Boulgarides (1992) tidak sampai situ saja. Mereka juga membandingkan perbedaan gaya pengambilan keputusan seorang manajer perempuan dan manajer laki-laki. Partisipan yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 94 manajer perempuan dan 194 manajemer laki-laki. Hasilnya, terdapat perbedaan yang signifikan antara manajer perempuan dan manajer laki-laki.
Hasil yang ditunjukkan pada partisipan manajer laki-laki adalah gaya konseptual memiliki skor yang lebih tinggi, tapi skor rendah pada gaya behavioral dibandingkan manajer perempuan. Hanya hasil penelitian yang terakhir ini saja yang membuktikan adanya perbedaan gaya pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan.
Penelitian Kecerdasan Emosi Terhadap Gaya Pengambilan Keputusan Seseorang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muti (2003) menghasilkan temuan perbedaan gaya pengambilan keputusan berdasarkan tingkat kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional atau emosional inteligence berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menggabungkan perasaan, pikiran dan tindakannya untuk menciptakan hubungan yang baik dengan orang lain maupun pada diri sendiri. Salah satu bukti seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mampu memahami dirinya sendiri dan memahami orang lain di sekitarnya.
Hasilnya membuktikan bahwa perempuan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi cenderung menggunakan gaya pengambilan keputusan analitis dan konseptual. Gaya pengambilan keputusan analitis dan konseptual berfokus pada solusi kreatif, menekankan pada banyaknya informasi dan alternatif dalam mengatasi situasi baru, memfokuskan diri pada kesejahteraan manusia, mengedepankan detail dalam memecahkan masalah dan mencari solusi yang paling terbaik.
Kedua gaya pengambilan keputusan tersebut mengacu pada dimensi situasi ambiguitas. Di mana mereka lebih mengedepankan mengelola emosi dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Mereka sebagai pemimpin terbuka dengan saran dan kritikan bawahannya untuk menemukan solusi yang paling terbaik di setiap permasalahan.
Jadi, semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang maka kecenderungan orang menggunakan gaya pengambilan keputusan analitis dan konseptual semakin tinggi.
Baca Artikel Kami Lainnya: Lakukan Cara Ini Agar Anak Memiliki Kecerdasan Emosi (EQ) Yang Tinggi.
Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Comment