Viktor Frankl: Mencari Makna Hidup Di Kamp Konsentrasi Nazi

Cerita biografi Viktor Frankl yang mencari makna hidup di Kamp konsentrasi Nazi, Auschwitz. Logostherapy merupakan karya terkenalnya.

Tokoh2823 Views

Logos Indonesia Cerita kali ini merupakan kisah nyata dari salah satu tokoh psikologi yang menghadapi langsung kekejaman Nazi di hampir sebagian hidupnya. Selama perang dunia kedua, ia mengalami penderitaan yang sangat berat dan pengalaman yang sangat mengerikan dalam hidupnya. Hanya sedikit orang yang mampu bertahan dalam situasi tersebut.

Orang itu adalah Viktor Frankl. Walaupun ia sebelumnya merupakan seorang psikiatri dan neurolog. Tapi karena dirinya merupakan orang Yahudi. Ia ditahan dalam Kamp konsentrasi Nazi. Frankl merupakan salah satu dari 6 juta orang yahudi yang mengalami kejadian holocaust. Karena itu, semua keluarganya meninggal akibat dibunuh dalam pembantaian besar-besaran oleh kelompok Nazi saat itu. Sehingga hanya dirinya dan saudara perempuannya saja yang selamat. Walaupun selamat dari peristiwa yang kejam itu, mereka hidup dengan penuh penyiksaan yang tidak henti-hentinya oleh kelompok Nazi. Begitu besarnya penderita yang disebabkan oleh peristiwa holocaust terhadap dirinya. Berikut ini akan diceritakan lebih dalam ketika Vikyor Frankl berada di kamp konsentrasi Nazi sebagai tahanan orang Yahudi.

Auschwitz.

Kehidupan Viktor Frankl di Kamp Konsentrasi Nazi

Kehidupannya berubah ketika Perang Dunia ke-2 dimulai. Saat usia Frank berusia 37 tahun, ia mengalami kekejaman, penganiayaan, kelaparan dan penderitaan yang hampir merebut nyawanya. Peristiwa holocaust merupakan penyebab dari penderitaan Frank dan keluarganya.

Ketika itu, Ia dibawa oleh kelompok Nazi ke tempat yang tidak tahu arah tujuannya menggunakan kereta api. Kereta api dari Wina menuju ke arah timur laut. Terdapat sekitar 1500 penumpang di dalamnya. Kemudian dalam gerbong tersebut terdapat 80 orang yang berdesak-desakan. Frank merupakan salah satu dari gerbong kereta api tersebut. Frank dan para penumpang lainnya, tanpa mengetahui tujuan sebenarnya. Mereka berdesak-desakan dan cemas akan tujuan akhir dari kereta api ini. Selama berhari-hari, mereka melewati daerah yang terlindungi dari serangan kelompok Nazi. Namun, kereta itu tidak pernah berhenti di sana. Hingga akhirnya, mereka semua berhenti di camp konsentrasi Nazi yang bernama “Auschwitz”. Melihat hal tersebut mereka berteriak, terdiam hening ketakutan dan merasa cemas jika dirinya akan meninggal hari ini.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Alfred Adler: Karir & Pemikirannya.

Frank dan para penumpang kereta lainnya diminta untuk berbaris oleh seseorang sipir penjaga penjara. Mereka diminta berbaris berdasarkan gender mereka. Barisan antara laki-laki dan perempuan dipisah. Kemudian mereka akan berjalan ke arah kiri atau ke kanan sesuai dengan instruksi sipir. Awalnya Frank tidak mengetahui arti dari kiri dan kanan itu. Namun setelah Frank mendekati sipir yang memberikan instruksi itu, ia sedikit mengetahui arti sebenarnya. Ketika giliran Frank maju ke depan sipir, iya diberikan instruksi berjalan ke kanan. Artinya dia ditakdirkan masih hidup hari itu. Karena ketika seseorang diberikan instruksi berjalan ke arah kiri. Artinya, hari itu ia akan meninggal sebagai bahan bakar cerobong asap.

Walaupun Frank melewati kematian hari itu. Hari-hari setelahnya, tidaklah berbeda dengan kematian. Mereka, para tahanan yang masih hidup akan di paksa untuk bekerja tanpa imbalan. Mereka akan diberikan makanan yang tidak layak dimakan. Ketika musim dingin, mereka akan sangat kedinginan. Ketika musim panas tiba, mereka akan kepanasan. Bahkan dalam prosesnya, banyak orang yang meninggal akibat kurangnya makanan atau kedinginan ataupun dehidrasi. Sekali lagi, hari-hari Frank merupakan tantangan bagi dirinya untuk melewati kematian.

Semua tahanan yang ada di camp konsentrasi tersebut hanya diberikan nomor urut sebagai nama panggilan dan semua barang yang dimilikinya akan di ambil oleh sipir. Bahkan pakaian yang mereka kenakan saat itu juga diambil. Setiap harinya, Frank dan teman-teman tahanan di sana hanya mendengar perkataan kasar dari sipir dan kekerasan yang kejam.

Mencari Kebermaknaan Hidup Di Auschwitz

Namun bagi Frank, yang saat itu sedang menulis buku pertamanya. Menganggap bahwa buku catatannya sangatlah penting. Sehingga, ia mati-matian untuk mengamankan buku-buku catatannya. Sayangnya hal tersebut tidak bisa ia lakukan. Bagi Frank, buku catatan yang berisi karya kehidupannya merupakan hal yang sangat bernilai bagi dirinya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Rogers: Teori Yang Berpusat Pada Pribadi.

Namun, Frank berpikir jika nilai dari arti kehidupannya hanyalah untuk menerbitkan karya bukunya. Maka apalah arti Kehidupan yang sesungguhnya? Sehingga pada akhirnya ia mencari makna hidup yang sesungguhnya dalam camp konsentrasi tersebut sebagai tahanan yang memiliki banyak penderitaan.

Menurut Frank orang yang meninggal akibat bunuh diri di kamp konsentrasi ini merupakan orang yang tidak memiliki arti kehidupan. Mereka tidak memiliki makna hidup yang kuat. Sehingga mereka lemah pada situasi yang ada. Mereka tidak dapat menemukan kebermakna dari hidupnya. Frank meyakini bahwa arti dari kehidupan haruslah dicari dan dapat ditemukan dalam semua situasi termasuk penderitaan dan kematian.

Dari semua pengalaman yang Frank alami dalam camp konsentrasi ini menjadi landasan utama terbentuknya logostherapy. Logos terapi merupakan suatu teknik untuk menangani orang yang kehilangan arti kehidupan dalam hidupnya. Sehingga setelah ia bebas dari game konsentrasi tersebut. Frank mulai memperhalus dan mengembangkan teorinya itu, serta menyebarluaskannya.

Inti dari teori Frank adalah suatu keadaan yang menyakitkan memang tidak bisa kita hindari. Namun kita bisa memilih cara kita untuk menyikapi keadaan tersebut. Dengan begitu kita akan menemukan arti dari keadaan yang menyakitkan itu.

Baca Artikel Kami Lainnya: Gordon Allport Dan Pemikirannya.

Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Artikel oleh: Logos Indonesia.