Apa Itu Xenophobia Dan Dampaknya Bagi Pendidikan Anak

Xenophobia adalah ketakukan berlebih pada orang di luar kelompoknya. Xenophobia memiliki kemiripan dengan rasisme.

Klinis, Pendidikan9663 Views

Logos Indonesia – Istilah psikologi yang akan di bahas kali ini adalah xenophobia. Teman-teman akan mengetahui pengertian dari xenophobia dan dampaknya bagi pendidikan anak kedepannya. Istilah ini masih sedikit yang mengetahui bahwa xenophobia ini adalah jenis fobia yang berbeda dari jenis fobia lainnya. Bagi penderita xenophobia, ketakutan yang dimaksud lebih ke tindakan diskriminasi bahkan bisa menimbulkan tindakan yang dapat merugikan orang lain.

Oke, sebelum penjelasan yang lebih dalam. Kita bahas xenophobia dari sisi penamaanya dulu. Xenophobia ini berasal dari bahasa Yunani. Terdiri dari kata “Xenon”, artinya “orang asing”, dan “Phobos”, artinya “ketakutan yang berlebihan”. Xenophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap orang asing. Namun, orang asing yang dimaksud adalah sekelompok orang yang berada di luar kelompoknya. Mereka cenderung memiliki persepsi tentang kelompok mereka sebagai kelompok yang paling baik, bagus dan lebih sempurna dari pada kelompok lainnya. Secara tidak langsung, mereka membenci orang selain yang berada di kelompok mereka. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa ketakutan yang dimaksud adalah ketakutan orang asing mengambil atau merebut kelompok mereka.

Contoh Xenophobia

Oke pemahaman konsep tentang xenophobia sudah dijabarkan ya teman-teman. Sekarang agar lebih mudah lagi memahaminya, kita harus mengetahui contoh nyata dari xenophobia. Seperti kasus konflik kulit hitam dan kulit putih yang sering terjadi di Amerika Serikat. Pandangan bagi orang kulit putih kepada orang kulit hitam yang buruk adalah tindakan rasisme. Namun, jika dilakukan secara berlebihan hingga menimbulkan tindakan agresif, disebut xenophobia. Contoh lainnya di Indonesia, kita sering mendengar ujaran kebencian terhadap etnis Tionghoa. Contoh paling kecilnya di pendidikan, ketika ada anak dari sekolah lain ke sekolah kita, kita membencinya.

perbedaan rasisme dan Xenophobia

Perbedaan Xenophobia Dan Rasisme

Sejauh pembahasan tadi, pasti teman-teman masih kesulitan cara membedakan xenophobia dan rasisme. Perbedaan dari kedua istilah itu, lebih ke sifatnya. Jika rasisme, rasa kebencian yang dirasakan itu hanya untuk orang yang memiliki ras yang berbeda. Seperti, orang yang memiliki ras, budaya dan agama yang berbeda saja. Kategori umum rasisme hanya sebatas itu saja. Namun jika xenophobia, rasa ketakutan atau benci kita itu bisa ke siapa saja. Tidak ada kriteria yang spesifik untuk dibencinya, yang penting orang asing yang berada di luar kelompoknya.

Jenis Xenophobia

Menurut kompas, terdapat 2 jenis xenophobia:

Xenophobia Budaya. Merupakan penolakan terhadap tradisi dari kelompok atau kebangsaan lain.  Mencakup bahasa, pakaian, musik, dan tradisi lain yang terkait dengan budaya.

Xenophobia Imigran. Merupakan penolakan seseorang yang berada di luar kelompok mereka.

Hal ini dapat mencakup penolakan orang dari agama atau kebangsaan yang berbeda dan dapat mengarah pada penganiayaan, permusuhan, kekerasan, dan bahkan genosida. Jadi, rasisme merupakan bagian dari xenophobia?

Dari penjelasan di atas, Iya. Karena kedua istilah ini memiliki kesamaan dalam nembenci seseorang.

Lalu, Apa Kaitannya Dengan Pendidikan?

Ketika anak tidak diajarkan untuk saling menghargai, tidak memahami bahwa setiap orang memiliki perbedaan. Maka, xenophobia bisa saja terjadi. Dan yang paling menakutkan adalah di sertainya tindakan agresif. Dampaknya anak tidak mau bermain bersama dengan temannya yang tidak sama dengannya, anak akan saling membenci satu sama lain dan menganggap remeh orang lain.

Kemudian, Bagaimana Cara Mengatasi Agar Anak Tidak Xenophobia Dan Perilaku Agresif?

Menurut Thorndike dan Piaget, bahwa seharusnya anak diajarkan hal yang dibutuhkan saat mereka sudah siap untuk mempelajarinya. Seperti menerapkan aspek Pancasila selama proses belajar mengajar. Jika tidak diajarkan sedini mungkin, mereka akan mengembangkan kepribadian mementingkan diri sendiri.

Hal ini sesuai dengan pandangan psikologi evolusioner, bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri. Xenophobia dan perilaku agresif merupakan disponsori yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Namun, kedua istilah tersebut akan terus memudar jika dari sisi kultural anak diperlakukan baik. Misalnya, anak diberikan pengasuh anak dan pengajaran sekolah yang baik.

Selama masyarakat bisa untuk menghargai satu sama lain, jiwa gotong royong yang tinggi, dan saling toleransi. Maka anak akan nenjauh dari sikap xenophobia dan agresif.

Sudah selesai penjelasan tentang xenophobia dan dampaknya bagi pendidikan anak.

Kesimpulannya adalah xenophobia termasuk fobia yang unik dari jenis fobia lainnya. Rasa kebencian terhadap kelompok atau orang yang berbeda dengannya, dapat memicu perilaku agresif yang bisa melukai orang lain. Karena itu perlu pendekatan secara kultural yang bisa memudarkan pandangan tersebut. Karena pada dasarnya, xenophobia berasal dari pemikiran kultural sosial yang sudah tertanam pada kelompok tersebut.

Artikel oleh: Logos Indonesia .