Logos Indonesia – Martin Seligman merupakan tokoh psikologi yang terkenal dengan sebutan Bapak psikologi positif modern. Walaupun awalnya mempelajari ketidakberdayaan yang dipelajari. Beberapa teori dari Martin sellingman, yaitu resilience (ketahanan), learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari), depresi, optimisme, dan juga pesimisme.
Pendidikan Martin Seligman
Martin Seligman lahir di New York pada tanggal 12 Agustus 1942. Pada masa kanak-kanak, Seligman bersekolah di sekolah umum. Pada tahun 1964, Seligman mendapatkan gelar sarjana di Universitas Princeton. Seligman terkenal dengan seorang mahasiswa yang pintar.
Setelah selesai dari kuliah sarjananya, dirinya mendapatkan tawaran masuk di beberapa universitas ternama untuk melanjutkan pascasarjananya, yaitu Universitas Pennsylvania dengan jurusan eksperimen hewan, Universitas Oxford dengan jurusan filsafat, dan Penn’s bridge team. Dari ketiga tawaran tersebut, Seligman memilih untuk lanjut kuliah di Universitas Pennsylvania. Pada tahun 1967, Seligman mendapatkan gelar Ph.D di Universitas Pennsylvania
Pilihannya ini didasarkan pada keingintauannya atas fenomena penderitaan orang-orang. Seligman ingin menemukan cara untuk meringankan penderitaan orang lain.
Kehidupan Pernikahan Martin Seligman
Pada tahun 1964, Seligman menikahi Kerry Mueller sebagai istri pertamanya. Namun kehidupan pernikahannya tidak berjalan lancar nggak akhirnya memutuskan untuk bercerai. Pada tahun 1988, Seligman menikahi Mandy McCarthy untuk kedua kalinya menikah. Seligman dan McCarthy hidup bersama dengan membesarkan 6 anaknya, yaitu Amanda, David, Lara, Nicole, Darryl, dan Carly.
Karier Martin Seligman
Dalam memulai karirnya, Seligman menjadi asisten profesor di Cornell Universitas di Ithaca. Setelah itu, Seligman bekerja di Universitas Pennsylvania sebagai pengajar di bidang ilmu psikologi.
Awal penelitiannya adalah tentang learned helpless. Ide penelitian ini didasarkan pada fenomena yang sering dilihat oleh Kebanyakan orang saat itu. Di mana ketika seseorang merasa tidak memiliki kendali pada situasi tersebut. Maka orang tersebut cenderung untuk menyerah tanpa berusaha sama sekali. Mereka memilih untuk tidak berjuang untuk mengkontrol keadaan itu. Awal penelitiannya ini tentang ketidakberdayaan membawa topik lainnya tentang psikologi positif seperti optimisme dan tema psikologi positif lainnya.
Pada tahun 1996, Seligman menjadi presiden APA (American Psychological Association). Salah satu tugas dari presiden APA adalah untuk memilih tema besar dari masa jabatannya. Pada saat itu, Seligman memilih tema psikologi positif. Seligman ingin lebih berfokus pada cara membuat seseorang bahagia.
Teori Learned Helplessness (Ketidakberdayaan yang Dipelajari)
Awal penelitian yang dilakukan oleh Seligman adalah learned helplessness. Dan topik penelitian ini menjadi teori yang cukup terkenal dari penemuan Seligman. Teori ini didasarkan pada pengalaman Seligman yang buruk di masa kanak-kanak. Ayah Seligman lumpuh karena terkena stroke. Pada saat itu, Seligman berusia 13 tahun.
Baca Artikel Kami Lainnya: Memahami Makna Cinta Dalam Perspektif Psikologi.
Melihat kondisi ayahnya yang tiba-tiba lumpuh, memicu pemikiran negatif atas ketidakberdayaan seseorang atas situasi permasalahan yang dialaminya. Dari situ, Seligman cenderung memusatkan diri pada minatnya di bidang ketidakberdayaan dan pesimis.
Akhirnya pada tahun 1967, Seligman membentuk teori learned helplessness. Dirinya dan Steve Maier di Universitas Pennsylvania mulai melakukan eksperimen tentang ketidakberdayaan. Subjek dalam penelitian ini adalah seekor anjing yang akan disetrum dengan sengatan listrik.
Berdasarkan dua kondisi yang dibuat dalam eksperimen ini, ditemukan perbedaan respon sekelompok anjing yang berada di kondisi yang tidak bisa dihindari. Beberapa anjing yang mengetahui bahwa karena tindakannya menghasilkan setruman, maka anjing tersebut mampu menghindari kejutan itu. Artinya kondisi tersebut mampu dikontrol oleh anjing tersebut.
Beberapa anjing lainnya yang diberikan situasi selalu disetrum tanpa sebab. Maka anjing tersebut cenderung bersikap pasrah dengan situasi tersebut. Hal ini karena kondisi itu tidak mampu dikontrol oleh anjing itu.
Hal ini karena situasi tersebut tidak mampu untuk diubah. Sehingga menimbulkan rasa ketidakberdayaan. Penyebabnya adalah tidak mampu belajar dari pengalaman yang tidak menyenangkan ataupun terlalu banyak situasi yang tidak menyenangkan dialaminya. Kondisi ini hampir sama seperti kondisi depresi dan pemikiran dari orang yang mengalami trauma
Teori Psikologi Positif (Optimisme dan Kebahagiaan)
Pada tahun 1990-an menjadi titik balik minat penelitian Seligman. Ketika dulu, Seligman berfokus pada ketidakberdayaan dan pesimis. Maka sekarang dirinya berfokus pada optimisme dan topik psikologi positif lainnya. Titik balik dari minat penelitian yang ini didasarkan dari anaknya yang berusia 5 tahun waktu itu.
Menurut Seligman terdapat trikotomi dalam mengkonsepkan psikologi positif yaitu kesenangan keterlibatan, dan makna hidup. Psikologi positif ini sangat berhubungan dengan kebahagiaan dalam hidup.
Menurut Seligman kebahagiaan itu bukan tujuan akhir ataupun pencapaian yang harus kamu raih. Karena saat kebahagiaan itu menjadi tujuan hidup maka semakin sulit kamu menjadi bahagia.
Menurut Seligman menyimpulkan bahwa ada tiga bentuk kebahagiaan yang banyak diyakini oleh orang-orang, yaitu a pleasant life (kehidupan yang menyenangkan), a life engagement (kehidupan yang penuh keterlibatan), atau meaning (kehidupan yang bermakna).