Memahami Makna Cinta Dalam Perspektif Psikologi

Kata "cinta" sering kali kita temui dalam lagu, novel, dan film. Berikut penjelasan teori cinta dalam perspektif psikologi.

Relationship2200 Views

Logos Indonesia Kata “cinta” sering kali kita temui dalam lagu, novel, dan film. Sebuah cerita cinta sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Tanpa disadari, banyak hal yang berkaitan dengan cinta di sekeliling kita. Bahkan, mungkin saja kamu sedang mengobrol tentang cinta dengan temen-temen saat ini. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kita sangat tertarik dengn percintaan orang lain maupun kisah cinta yang terdapat di film-film. Karena rasa ingin dicintai dan mencintai merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu.

Namun rasa cinta, tidak hanya dimakna sebagai perasaan saling mencintai pasangan yang di mabuk asmara. Tapi rasa cinta, bisa juga dimakna dengan hal lainnya dengan banyak orang. Seperti menyayangi keluarga, perasaan persahabatan dengan teman-teman, perasaan saling membutuhkan satu sama lain dan perasaan kasih saya orangtua terhadap anaknya. Namun terlepas dari makna cinta yang dimaksud. Pada dasarnya, cinta adalah salah satu faktor seseorang bertindak.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai cinta dalam perspektif psikologi. Jadi jika kamu menganggap cinta itu sulit di mengerti. Maka, sebaikanya kamu membaca artikel ini hingga akhir. Kamu akan menemukan pemahaman mengenai cinta. Bagaimana seseorang menyukai mu? Fase cinta terhadap pasangan dan bagaimana seseorang memandang cinta.

Teori cinta menurut psikologi.

Daya Tarik Seseorang Memicu Perasaan Cinta

Daya tarik seseorang dari fisik maupun kepribadian menjadi faktor seseorang menyukai mu sebagai hubungan romantis. Namun, biasanya daya tarik fisik terjadi hanya pada pandangan pertama. Sedangkan untuk daya tarik karena kepribadiannya di perlukan proses yang lama untuk saling mengenal satu sama lain.

Tapi, terlepas dari kedua daya tarik tersebut untuk memicu rasa suka. Terdapat teori yang mengatakan bahwa kedekatan secara fisik menjadi faktor penting dalam menimbulkan rasa cinta satu sama lain. Mere exposure effect merupakan teori yang menjelaskan bahwa semakin kita menemui seseorang, semakin kita tertarik dengan orang tersebut.

Pernahkan kamu mendengar kalimat, “Pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang berlangsung lama, kemungkinan dari salah satunya merasakan rasa cinta”. Kalimat tersebut merupakan contoh dari teori Mere exposure effect.

Baca Artikel Kami Lainnya: Trik Untuk Orangtua Dalam Mengajari Anak Yang Sulit Belajar Matematika Di Rumah. 

Selain itu, ketika seseorang cenderung menyukai kita, secara tidak sadar kita juga menyukainya. Karena pada dasarnya kita lebih menyukai orang-orang yang juga menyukai kita dibandingkan orang-orang yang membenci kita.

Kemudian, ketika seseorang memiliki banyak kesamaan dengan kita. Kita cenderung menyukainya dan menganggap suatu takdir untuk hidup bersama dengan bahagia. Seperti memiliki minat yang sama terhadap sesuatu hal, sama-sama menyukai makanan tersebut, dan lainnya.

Namun, bagaimana menjelaskan beberapa kasus yang tidak memiliki kesamaan dari pasangan tersebut? Kata “kesamaan” ini tidak hanya dimakna sebagai kesamaan dalam hal fisik, perilaku, minat, pola hidup atau lainnya yang terlihat. Tapi sesuai hal yang lebih mendalam dan lebih penting dari semua itu, yaitu kesamaan pada pemahaman tentang cinta. Seorang yang sudah lama menikah dan hidup bahagia. Walaupun tidak memiliki kesamaan dalam hal fisik, minat dan perilaku. Bahkan bisa dikatakan berlawanan. Tapi, mereka memiliki pandangan yang sama terhadap berkomitmen menjalani hubungan pernikahan tersebut.

Fase Cinta Romantis dan Kasih Sayang

Pada tahap awal menjalani hubungan romantis dengan pasangan, biasanya dipenuhi dengan hasrat dan gairah ke arah seksualitas. Menurut Ellen Berscheid (1988) hasrat seksual adalah ciri utama dari cinta romantis. Artinya, jenis cinta ini hanya dialami saat awal-awal memulai hubungan percintaan saja.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa itu NEET? Kenapa Bisa Meningkat di Indonesia Selama Pandemik.

Sedangkan jika hubungan percintaan itu sudah berlangsung lama. Hasrat seksual akan memudar dan berganti dengan rasa kasih sayang satu sama lain. Fokus mereka bukanlah pada gairah cinta lagi. Tapi keberadaan pasangan mereka dalam mengikuti hari-harinya. Perasaan kepedulian, saling memiliki dan keterikatan secara emosi yang mendalam. Jenis cinta ini merupakan komponen penting dalam mewujudkan pernikahan yang bahagia selamanya.

Bagaimana Pria dan Wanita Dalam Memandang Cinta?

Banyak orang yang mengetahui bahwa pikiran pria dan wanita terlihat berbeda dalam memandang cinta. Namun secara psikologis pandangan cinta antara pria dan wanita memiliki tingkat prioritas yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fehr & Broughton (2001), pikiran pria terhadap cinta lebih mencari gairah cinta. Sedangkan bagi wanita, memandang cinta sebagai kebutuhan kasih sayang, persahabatan atau sarana untuk dicontai dan menyalurkan rasa cintanya kepada orang lain.

Hal ini menjadi penjelasan, kenapa pria lebih menyukai hubungan percintaan di awal dibandingkan menjalani hubungan yang berlangsung lama, yaitu mencari gairah cinta. Sedangkan wanita cenderung sulit berpisah dengan seseorang yang di anggapnya nyaman secara emosional, karena ia bisa menyalurakan rasankasih sayangnya kepada orang lain sekaligus merasa di cintai.

Baca Artikel Kami Lainnya: Tips Agar Bisa Memaafkan Seseorang Yang Mengkhianatimu.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment