Kenapa Dalam Mengambil Keputusan Lebih Banyak Dilakukan Dalam Kelompok?

Kenapa dalam mengambil keputusan lebih banyak dilakukan dalam kelompok? Karena keputusan yang dihasilkan rasional.

PIO, Sosial3997 Views

Logos Indonesia Manusia sebagai makhluk sosial yang saling terkait dengan aturan yang mengikatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung menerima nilai yang sudah ada dalam masyarakat. Dimana nilai tersebut didasarkan pada pengambilan keputusan kelompok terdahulu.

Nilai dan moral dalam masyarakat terbentuk dari kesepakatan bersama untuk menerapkan perilaku yang dianggap benar dan perilaku yang tidak boleh dilakukan. Sehingga walaupun dirimu tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut, kamu akan tetap meyakininya.

Contoh Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok

Ketetapan hukum, kebijakan dan dalam bisnis didasarkan pada kesepakatan bersama dalam kelompok. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh DPR untuk membuat suatu kebijakan di masyarakat. Proses yang harus dilalui untuk kebijakan tersebut berlaku di masyarakat haruslah disepakati oleh sebagian besar anggota DPR saat itu.

Contoh lainnya pengambilan keputusan kelompok dalam bidang bisnis. Bagi seorang pemimpin perusahaan, memiliki hak untuk mengambil keputusan di setiap permasalahan yang terjadi di perusahaannya. Untuk gaya pengambilan keputusan setiap pemimpin memiliki cara yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik orang tersebut dan karakteristik dari perusahaannya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Perbedaan Gender Dan Emosional Intelegensi Terhadap Gaya Pengambilan Keputusan Seseorang.

Keputusan yang diambil oleh DPR maupun pimpinan perusahaan mampu mempengaruhi lingkungan, kelompok maupun seseorang dalam lingkup tersebut. Bagi seseorang yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut memiliki kontribusi dalam menentukan keputusan yang diambil. Sedangkan bagi orang yang tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut, cenderung mengikuti keputusan yang telah ditetapkan.

Kenapa Dalam Mengambil Keputusan Lebih Banyak Dilakukan Dalam Kelompok?

Menurut Kozielecki (1981), terdapat tiga alasan pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan dalam kelompok. Berikut ini alasan tersebut.

Keputusannya Dianggap Rasional

Keputusan yang dihasilkan dari perdebatan dengan berbagai kelompok ahli di bidangnya akan memperoleh hasil keputusan yang rasional. Hal ini karena suatu pernyataan dapat dibantah atau diperkuat dengan pernyataan lain dari orang yang berpengalaman di bidangnya.

Selain itu, kerasionalkan suatu keputusan dinilai sebagai suatu kesepakatan dalam meyakini bahwa keputusan tersebut benar adanya. Ketika sebagian besar atau semua orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan menganggap bahwa keputusan tersebut logis. Maka pengambilan keputusan tersebut akan dianggap rasional. Semakin banyak orang yang menganggap bahwa keputusan itu rasional. Maka keputusan tersebut dinilai berhasil menemukan solusi yang baik.

Dilakukan Secara Prosedural Yang Demokratis Dan Meningkatkan Relasi Interpersonal

Pengambilan keputusan dalam kelompok biasanya dilakukan dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Nilai demokratis dalam pengambilan keputusan menjadi inti dari hasil kesepakatan keputusan tersebut. Sehingga meminimalisir faktor emosional dan kepentingan pribadi dalam mengambil keputusan.

Berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri. Situasi di mana kamu harus memilih dua hal. Tentu saja kamu akan memilih hal yang kamu senangi atau berkaitan dengan emosional dan kepentingan pribadi, bukan kepentingan bersama. Untuk situasi yang kamu alami sendiri tentu saja itu hal yang wajar kamu lakukan. Tapi jika situasi tersebut bertujuan untuk kepentingan bersama. Maka keputusan yang dihasilkan tentu akan merugikan banyak pihak.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Gaya Pengambilan Keputusanmu? Berikut Ini Penjelasannya.

Ketika berdebat dalam diskusi, tentu saja terdapat tim pro dan kontra dalam pembahasan tersebut. Persamaan dan perbedaan pendapat ini mampu mempererat hubungan atau merenggang hubungan antara sesama anggota diskusi.

Keputusan Tersebut Dapat Terimplementasi Dengan Baik

Keputusan yang dihasilkan dari kesepakatan bersama tentu akan diterapkan oleh semua anggota dalam diskusi tersebut. Sehingga kecenderungan keputusan tersebut diimplementasikan sangat tinggi. Sebagai contoh ketika keputusan DPR terkait kebijakan tertentu disahkan atas kesepakatan bersama. Maka kebijakan tersebut akan diterapkan oleh semua warga masyarakat Indonesia.

Contoh lainnya adalah ketika sekelompok siswa memutuskan untuk tidak menggunakan handphone di kelas. Keputusan tersebut telah disepakati bersama. Karena itu semua siswa dalam kelas tidak boleh menggunakan handphone selama jam pelajaran.

Dari ketiga alasan tersebut, menyimpulkan keputusan yang diambil dari kelompok memiliki dampak yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Lalu, Apakah keputusan yang diambil sendiri tidak memiliki pengaruh sama sekali?

Jawabannya adalah tergantung situasi dan posisi dari pengambil keputusan tersebut. Ketika orang tersebut merupakan pimpinan suatu perusahaan atau memiliki jabatan yang tinggi, maka keputusan yang mereka ambil memiliki kekuatan untuk mengontrol orang yang berada di bawahnya.

Lima Model Aturan Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok

Bagaimana jika dalam melakukan diskusi terdapat perbedaan pendapat yang tidak mencapai kesepakatan bersama? Untuk mengatasi hal tersebut maka perlunya menerapkan setidaknya satu dari lima model aturan pengambilan keputusan dalam kelompok.

Unanimity, bertujuan untuk membulatkan suara voting ketika terdapat banyak pendapat yang bertentangan dalam diskusi.

Majority Wins, diskusi yang dilakukan untuk mempertahankan posisi mayoritas dalam kelompok.

Trust Wins, diskusi yang dilakukan untuk mendapatkan keputusan yang benar.

Two-thirds Majority, keputusan telah tercapai ketika mayoritas dari dua pertiga anggota kelompok diskusi menyatakan pendapat yang sama sebagai suatu keputusan yang harus diikuti.

First Shift, keputusan diambil dari pernyataan yang pertama kali dikemukakan oleh anggota kelompok. Kemudian pernyataan tersebut konsisten hingga akhir diskusi.

Baca Artikel Kami Lainnya: Mengenal Norman Geschwind Sebagai Tokoh Psikologi Yang Meneliti Neurologis.

Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment