Pandangan Teori Motivasi Menurut Allport

Pandangan teori motivasi menurut Allport ini berdasarkan tujuan jangka panjang seseorang dalam menjalani hidup.

Tokoh3577 Views

Logos Indonesia Salah satu topik utama bagi para tokoh psikologi adalah Bagaimana cara menjelaskan motivasi itu sendiri. Menurut Allport dalam menjelaskan motivasi itu menjadi tantangan tersendiri.

Ia menganggap bahwa kepribadian yang sehat itu tidak didasarkan pada dorongan tidak sadar di masa kanak-kanak. Allport lebih melihat dorongan untuk berperilaku sebagai dorongan sadar secara fungsional. Bahwa dalam melakukan sesuatu berdasarkan dorongan atas intensif kita yang sadar dan sengaja dilakukan.

Baca Artikel Kami Lainnya: 5 Langkah Untuk Berpikir Kreatif.

Kita melakukan segala tujuan dan kegiatan sehari-hari karena adanya harapan, inspirasi, impian pada masa yang akan datang. Sehingga menurut Allport, seseorang yang sehat memiliki tujuan jangka panjang sebagai pusat kesadaran dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.

Tujuan jangka panjang ini merupakan pembeda antara orang dewasa dengan anak-anak, serta seseorang yang memiliki kepribadian yang sehat dengan yang tidak sehat. Sehingga Allport dalam menjelaskan motivasi seseorang menggunakan kodrat intentional, yaitu berjuang ke arah masa depan. Dengan berfokus pada tujuan masa yang akan datang, kita akan mengintegrasikan semua kepribadian diri kita. Maksudnya adalah kita akan melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Allport orang yang neurotis atau orang yang tidak sehat, tidak memiliki tujuan jangka panjang kedepannya. Sehingga mereka tidak memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka tidak bisa menghubungkan faktor tingkat kesadaran sebagai tujuan utama di setiap aktivitas yang mereka lakukan.

Motivasi Bagi Orang Yang Sehat Menurut Allport

Pandangan Teori Motivasi Menurut Allport.

Dalam teori motivasi Allport, Ia memasukkan tingkat ketegangan dalam kodrat intensional. Bahwa seseorang didorong oleh keinginan untuk mereduksi ketegangan itu. Bagi orang yang sehat, mereka memiliki kebutuhan untuk menghasilkan tegangan dari setiap permasalahan atau tantangan kehidupan. Dengan adanya tegangan tersebut, seseorang akan dapat lebih berkembang dari sebelumnya. Maksudnya adalah, seseorang dapat menjadi kepribadian yang lebih baik ketika menghadapi permasalahan dalam hidupnya.

Jadi menurut Allport, motivasi seseorang dalam bertindak didasarkan untuk meningkatkan tegangan bukan mereduksinya. Sensasi berjuang untuk mengatasi permasalahan itulah yang menjadi motivasi seseorang untuk bertindak. Allport percaya, orang yang sehat Itu didorong ke visi masa depannya yang menuju ke tingkat ketegangan yang bertambah.

Baca Artikel Kami Lainnya: Berpikir Kritis VS Berpikir Kreatif.

Untuk memahami pandangan dari Allport, kita akan membuat sebuah ilustrasi mengenai motivasi seseorang yang memusatkan pada ketegangan bukan mereduksinya. Bayangkan Jika kamu, ketika lulus dari suatu pendidikan seperti kuliah ataupun SMA. Lalu selanjutnya apa? Apa yang kamu lakukan setelah lulus dari pendidikan? Kekosongan tujuan hidup ini yang membuat seseorang tidak sehat secara psikologis. Sehingga, kamu akan mencari aktivitas lainnya untuk memicu terbentuknya tujuan baru di hidupmu. Seperti mencari pekerjaan, membuka usaha, atau mengurus rumah tangga dan lainnya. Semua aktivitas tersebut berkaitan dengan timbulnya ketegangan atau kecenderungan untuk merasakan stres.

Walaupun pada dasarnya kita ingin menghindari kondisi stres itu. Tapi tanpa hal tersebut kita merasa hampa. Kamu tidak akan bisa tumbuh menjadi lebih baik jika tidak melakukan apa-apa. Dengan tidak adanya tujuan atau rencana masa depan, Kamu tidak akan merasakan semangat untuk hidup. Sehingga bagi seseorang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, cenderung tidak bahagia dalam hidupnya.

Tujuan Jangka Panjang Yang Membawa Kebahagiaan

Menurut Allport, kebahagiaan bukanlah akhir dari tujuan itu. Melainkan kebahagiaan merupakan hadiah atau dampak dari keberhasilan mencapai tujuan jangka panjang itu. Ketika kita menetapkan suatu tujuan ke depannya atau sedang menghadapi permasalahan yang ada. Maka tujuan kita adalah untuk menyelesaikan tujuan atau permasalahan itu, bukanlah mencapai kebahagiaan. Namun sebagai efek dari pencapaian tujuan atau permasalahan itu, kamu mendapatkan sensasi rasa senang, rasa bangga, kebahagiaan dan emosi positif lainnya.

Bagi seseorang yang tidak sehat, mereka akan mengembangkan tujuan hidup yang tidak bisa mereka capai. Artinya, dalam menetapkan tujuan tidaklah realistis. Jika seperti itu, maka tentu saja hasilnya adalah kegagalan. Dan kegagalan ini dapat memicu emosi negatif.

Prinsip Pengatur Tingkat Energi

Menurut Allport orang yang matang yang sehat adalah seseorang yang terus membutuhkan motif-motif atau tujuan dalam hidupnya. Selain itu, Mereka cenderung menghabiskan energinya untuk memenuhi dorongan tersebut. Misalkan seorang ibu yang menghabiskan sebagian hidupnya untuk mengurus anaknya. Tujuannya adalah untuk merawat anaknya sehingga dewasa. Sehingga motivasi hidupnya banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk anaknya. Namun bagaimana jika anaknya sudah dewasa? Motivasi tersebut tidak dibutuhkan lagi. Sehingga ia harus menemukan minat atau aktivitas baru untuk menyalurkan energinya.

Prinsip Penguasaan Dan Kemampuan

Menurut Allport, orang yang sehat mengalihkan energinya untuk hal-hal yang bersifat konstruktif bukan destruktif. Mereka yang sehat, akan memusatkan energinya pada hal pencapaian penguasaan dan kemampuan untuk memahami dan membuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka secara aktif mengejar tujuan, harapan dan impian dengan perasaan dedikasi dan komitmen yang tinggi.

Sedangkan orang yang tidak sehat, Mereka cenderung menghabiskan energinya pada sesuatu hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Sebagai contoh masalah kenakalan remaja merupakan cara yang tidak sehat dalam mengalihkan energinya. Seperti yang kita ketahui, masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Karena itu ia sedang mencari tujuan dari hidupnya. Namun karena ia kekurangan atas tujuan hidupnya ini dan tidak adanya pembimbing yang baik. Akhirnya mereka melakukan perilaku destruktif.

Baca Artikel Kami Lainnya: Efek Bystander, Penjelasan Mengenai Orang Yang Melihat Tanpa Menolong Orang Lain.

Schultz, Duane.(1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Artikel oleh: Logos Indonesia.