Efek Bystander, Penjelasan Mengenai Orang Yang Melihat Tanpa Menolong Orang Lain.

Efek Bystander, penjelasan mengenai orang yang melihat tanpa menolong orang lain. Hal ini karena ada pembauran tanggung jawab.

Sosial3845 Views

Logos Indonesia Apakah kamu pernah melihat seseorang yang sedang butuh bantuan? Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu menolongnya atau hanya melihatnya saja? Jika kamu menolong orang tersebut, artinya sikap altruisme kamu sangat baik. Sedangkan Jika kamu menjawab, hanya melihat saja. Artinya kamu mengalami efek bystander. Apa itu Alturisme dan efek bystander? Mari kita bahas lebih mendalam dalam artikel ini.

Apa Itu Efek Bystander?

Efek Bystander.
Efek Bystander.

Efek Bystander adalah kecenderungan seseorang saat melihat orang lain yang membutuhkan bantuan untuk tidak menolongnya karena kehadiran banyak orang di sekitarnya. Jadi Apakah seseorang yang mengalami efek dystander ini merupakan orang jahat? Tentu saja jawabannya tidak. Hal ini karena adanya pemikiran bahwa saat itu sudah banyak orang yang melihatnya. Sehingga, Ia berpikir untuk tidak mempedulikannya karena mungkin saja akan ditolong orang lain. Namun, kenyataannya adalah setiap orang yang melihatnya selalu berpikiran hal yang sama. Karena hal itu juga, menjelaskan bahwa fenomena hanya menonton kecelakaan atau kejahatan di depan umum tidak ditanggapi oleh orang-orang di sekitarnya. Hal ini karena banyak orang yang melihat namun tidak ada yang menolong.

Fenomena efek bystander ini merupakan kisah nyata dari seorang wanita bernama Kitty Genovese. Dalam kasusnya, Genovese mengalami tindakan kejahatan yang akhirnya ia terbunuh oleh pembunuh di rumahnya. Kejadiannya ketika pukul 03.00 pagi ia diserang di rumahnya di kota New York City. Pembunuhnya bolak-balik kembali ke rumahnya sebanyak tiga kali Sampai akhirnya ia mampu merangkak keluar apartemennya dan berteriak minta tolong. Saat itu terdapat 38 tetangganya yang menyaksikan kejadian tersebut dan mendengar teriakan dari Genoverse. Bagi pembunuh perlu waktu 30 menit untuk bisa membunuh Genoverse. Namun dalam waktu 30 menit tersebut, tidak ada seorangpun yang menolongnya dari incaran si pembunuh. Bahkan memanggil polisi pun tidak ada.

Baca Artikel Kami Lainnya: Apa Yang Otak Lakukan Saat Kita Tertidur?

Dari peristiwa tersebutlah banyak ahli psikolog sosial untuk memahami situasi seperti itu. Hingga muncullah teori bernama efek dystander ini. Menurut para ahli psikologi sosial, situasi tersebut yang merupakan keadaan darurat memunculkan kecenderungan individu untuk tidak menolong karena hadirnya pengamat yang banyak dalam peristiwa tersebut. Artinya adalah, ketika situasi darurat tersebut hanya dilihat oleh satu orang saja. Maka kecenderungan efek dystander ini hampir tidak ada. Sedangkan ketika dalam situasi yang sama dengan jumlah orang yang melihatnya banyak. Maka kecenderungan orang untuk menolongnya sangat sedikit bahkan tidak ada.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh John Darley dan Bibb Latane pada tahun 1968. Mereka mendokumentasikan kejadian keadaan darurat seperti yang digambarkan sebelumnya. Hasilnya adalah ketika seseorang sendirian peluang orang tersebut akan menolong adalah sebesar 75%. Namun ketika banyak orang atau efek dystander itu hadir, peluang untuk mereka menolong orang tersebut menjadi menurun yaitu sebanyak 50%. Hal ini karena adanya pembauran tanggung jawab bagi saksi dan penonton yang melihat kejadian tersebut. Kita mungkin akan berpikir bahwa orang lain yang akan menolong atau menelpon polisi. Ataupun karena tidak ada satupun yang menolongnya, maka mungkin saja kamu berpikir itu tidak perlu ditolong.

Apa Itu Altruisme?

Althurisme.
Altruisme.

Altruisme adalah sikap menolong orang lain tanpa pamrih. Tindakan tanpa pamrih ini dapat terlihat dari aktivitas sosial untuk menyelamatkan orang-orang dalam bencana atau dalam kesulitan. Seperti, penyelamatan pada bencana korban tsunami Aceh pada tahun 2004. Berita ini disebarkan melalui TV dan banyak sekali penggalangan dana untuk korban tsunami Aceh ini. Mereka ini didasarkan pada perilaku tolong menolong tanpa pamrih. Perilaku mereka tidak berdasarkan pada keuntungan pribadi, melainkan lebih ke kebermanfaatan pada orang lain.
Berbagai banyak studi psikologis menyatakan bahwa, hubungan antara suasana hati dan sikap saling tolong menolong.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sindrom Earworm, Ketika Otak Memutarkan Musik.

Disimpulkan bahwa, orang-orang yang lebih bahagia lebih mungkin menolong orang lain. Jadi apakah ketika seseorang sedang dalam situasi yang tidak baik tidak akan menolong orang lain? Tentu saja tidak demikian, karena mungkin saja mereka melakukan menolong orang lain dengan harapan bisa memperbaiki suasana hati mereka. Dengan respon rasa terima kasih yang tulus dari orang yang mereka tolong, membuat suasana hati mereka lebih baik.

Lalu bagaimana dengan efek bystander? Apakah mereka yang mengalami efek bystander tidak bisa bersikap alturisme? Jawabannya, tentu saja bisa. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Maka, kecenderungan untuk menolong sesama menjadi kebutuhan yang harus ia penuhi. Namun dalam kasus tertentu dalam efek bystander, pada kondisi itulah yang membuat mereka memilih untuk tidak menolong. Kondisi di mana Seseorang berpikir, bahwa situasi itu akan ditolong oleh orang lain atau tidak perlu untuk ditolong.

Baca Artikel Kami Lainnya: Sulit Tidur Di Malam Hari? Kami Punya Tipsnya.

Artikel oleh: Logos Indonesia.

Comment