Taktik Marketing Yang Efektif Agar Produkmu Laku Terjual. Terapkan Teori Compliance

Taktik Marketing yang efektif agar produkmu laku terjual. Terapkan teori compliance. Terdapat 3 taktik yang bisa kamu terapkan.

Logos Indonesia Pada pembahasan sebelumnya kita membahas teori compliance yang dikemukakan oleh Robert C. Cialdini. Teori compliance merupakan pengaruh sosial yang berkaitan dengan pemenuhan keinginan seseorang.

Kecenderungan orang untuk menerima tawaran barang yang kamu jual bisa diterapkan Dengan menggunakan teori compliance. Karena itu kamu harus memahami konsep dasar dari teori compliance itu sendiri. Untuk memahami prinsip dasar tersebut kamu bisa membaca artikel berikut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Inilah Alasan Kamu Terus Mengiyakan Permintaan Orang Lain.

Penerapan dari teori compliance ini sering digunakan dalam bidang marketing maupun sales. Taktik yang digunakan mempengaruhi psikologis seseorang untuk membeli produk yang kamu jual. Mereka membeli produkmu dengan hati yang senang atau tanpa paksaan.

Untuk menggunakan taktik compliance dalam marketing dibutuhkan skill dalam bernegosiasi dan memberikan penawaran yang bagus kepada pelanggan terkait keuntungan membeli produk tersebut.

Terdapat tiga teknik yang bisa kamu gunakan dalam mempengaruhi psikologis konsumen untuk membeli produkmu. Ketiga teknik ini merupakan penerapan dari prinsip dasar teori compliance. Untuk itu, kami sarankan untuk membaca terlebih dahulu artikel sebelumnya mengenai prinsip dasar teori compliance.

Mari langsung aja membahas ketiga taktik marketing yang bisa diterapkan agar produkmu laku terjual. Ketiga teknik tersebut yaitu the law ball, playing hard to get dan the fast approaching deadline.

The Law Ball

Taktik yang pertama yang bisa kamu terapkan untuk produkmu terjual adalah dengan taktik The Law Ball. Taktik ini diawali dengan penawaran yang sangat baik, kemudian penawaran tersebut berubah menjadi kurang baik. Sebagian orang akan terus menggunakan produkmu setelah membelinya. Sebagian lainnya, akan berpikir untuk berhenti membeli produkmu.

Contohnya adalah penawaran yang diberikan oleh provider telepon seluler. Awalnya produsen provider telepon seluler tersebut memberikan penawaran yang sangat menggiurkan, seperti setiap membeli kartu perdana akan mendapatkan gratis internet, promo paket internet, gratis nelpon dan sms ke sesama kartu, atau promo lainnya yang menggiurkan para konsumen untuk membeli.

Namun promo tersebut memiliki waktu tegang yang tidak lama. Misalkan saja dalam jangka waktu sebulan promo itu bisa digunakan. Lalu Bagaimana jika telah habis masa tempo promo tersebut? Apakah kamu akan terus menggunakan provider telepon seluler tersebut atau menggantinya?

Baca Artikel Kami Lainnya: Dismorfik Tubuh Dan Standar Kecantikan.

Sebagian orang akan terus menggunakan provider telepon seluler tersebut dengan membeli paket internetan dengan harga normal. Mungkin sebagian orang lainnya berhenti untuk menggunakan provider telepon tersebut karena paket internetan yang menurut mereka mahal. Namun terlepas dari kedua pilihan tersebut, Kebanyakan orang akan terus menggunakan provider telepon seluler yang mereka beli sebelumnya. Hal ini karena sudah terlanjur nyaman saat menggunakan provider telepon seluler yang sudah mereka gunakan.

Contoh lainnya adalah penjualan mobil bersifat indent dengan sistem membayar uang dimuka. Indent adalah pembeli harus menunggu hingga mobil selesai dibuat atau dengan kata lain pre order. Awalnya sales akan memberikan penawaran harga yang murah. Namun beberapa saat kemudian sales tersebut menelpon si pembeli untuk mengabarkan bahwa harganya naik karena beberapa hal dan lainnya. Bagi seseorang yang sudah sangat menyukai mobil tersebut akan rela mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan mobil tersebut. Tapi bagi orang yang menganggap ini hanyalah trik, maka orang tersebut akan membatalkan pesanannya.

Playing Hard To Get

Teknik playing hard to get merupakan penerapan dari prinsip kelangkaan dari teori compliance. Teknik ini sering digunakan bagi penjual toko, retail dan pusat pembelanjaan. Dalam melakukan taktiknya, seseorang memberitahukan bahwa produk tersebut jarang ditemui di toko-toko lainnya atau produk ini merupakan stok terakhir. Intinya adalah memberikan kesan langka dan istimewa pada produk tersebut. Sehingga konsumen mau beli produk tersebut.

Contohnya adalah seorang pramuniaga memberikan informasi bahwa model dari sepatu yang ingin dibeli konsumen ini adalah stok terakhir dari stok koleksi terbaru mereka.

Baca Artikel Kami Lainnya: Biografi Singkat Leon Festinger.

Contoh lainnya, di pasar tradisional juga bisa diterapkan taktik ini. Seorang penjual ikan mematok harga yang cukup mahal. Sebagai pembeli biasanya akan menawar harga ikan tersebut. Namun penjual akan mengatakan bahwa ikan tersebut sangat bagus kualitasnya dan sangat sulit ditangkap oleh nelayan.

Sehingga proses penawaran harga yang lebih rendah tidak akan terjadi. Pembeli akan menyetujui harga tersebut karena faktor kelangkaan ikan tersebut. Tidak apa-apa membeli ikan yang lebih mahal karena kualitasnya yang sepadan dengan harganya.

The Fast Approaching Deadline

Taktik The Fast Approaching Deadline lebih sering ditemui pada iklan di media massa dan pusat pembelanjaan. Teknik ini ditandai dengan promo yang besar di waktu tertentu saja. Intinya adalah membawa konsumen untuk langsung membeli tanpa pikir panjang. Karena waktu diskon terbatas, para konsumen akan berbondong-bondong untuk langsung membelinya.

Sarwono, Sarlito. W & Meinarno, Eko. A (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Artikel oleh: Logos Indonesia.