Apa Stress Language yang Kamu Miliki?

Apakah kamu pernah merasa stress? Nah, kali ini kita akan mengupas tuntas tentang "stress language" yang kita miliki.

Biopsikologi2519 Views

Logos Indonesia – Kali ini kita akan membahas topik yang mungkin sering kita alami, yaitu stres. Stres menjadi bagian yang cukup banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan kondisi dunia yang serba cepat ini. Nah, di artikel ini kita akan membahas mengenai “stress language” yang kita miliki. Yuk, simak pembahasannya!

Apakah kamu pernah merasa stress? Tentu saja setiap orang pernah mengalaminya. Karena stress sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Nah, kali ini kita akan mengupas tuntas tentang “stress language” yang kita miliki.

Seiring berjalannya waktu, kita mungkin merasa tertekan oleh berbagai situasi dan perubahan yang terjadi di sekitar kita. Entah itu situasi pekerjaan, keluarga, pendidikan, atau bahkan hubungan sosial. Semua itu bisa mempengaruhi level stres kita. Sehingga penting untuk kita pahami bagaimana cara kita meresapi stres tersebut.

Baca Artikel Kami Lainnya: Terapkan Ini, Bisa Membuat Dirimu Memiliki Mental Sekuat Baja

Karena saat kita berhadapan dengan berbagai situasi kehidupan, terkadang kita merasa tertekan dan stress. Bisa jadi karena pekerjaan, keluarga, pendidikan, atau hubungan sosial. Semua hal tersebut bisa mempengaruhi tingkat stress kita. Sehingga penting bagi kita untuk memahami cara kita menghadapi stress.

Mengurangi stress itu penting. Oleh karena itu, kita perlu menilai situasi yang membuat kita stress. Setiap orang pasti punya cara tersendiri dalam menghadapinya. Demi mengurangi stres yang ada, kita wajib mengevaluasi situasi tersebut. Setiap individu memiliki cara tersendiri dalam merespon stress. Pada artikel kali ini kita akan membahas beberapa aspek seputar “stress language”. Jadi cobalah mengenali stress language kamu.

Apa Itu Stress Language?

Stress language adalah bahasa yang kita gunakan untuk menggambarkan perasaan, pikiran, dan respons yang muncul ketika kita merasa stres. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering mengenali stress language dalam bentuk keluhan atau ungkapan tertentu. Stress language ini yang menunjukkan kondisi stres seseorang. Karena stress language merupakan cara kita bereaksi dan mengomunikasikan perasaan, pikiran serta respons atas stres yang dialami. “Stress language” juga bisa mencakup kata-kata, ungkapan, ekspresi perasaan, atau cara kita curhat kepada orang terdekat ketika merasa tertekan

Dalam Bentuk Apa Saja Stress Language Itu?

Stress language tidak hanya berbentuk kata-kata yang diucapkan, tapi bisa berwujud ekspresi perilaku atau perasaan kita saat sedang merasa stres. Berikut ini beberapa bentuknya:

1.     Kata-kata atau Ungkapan Yang Diulang-ulang

Ketika seseorang merasa tertekan, mereka biasanya akan mengucapkan kata-kata atau ungkapan tertentu berulang kali. Biasanya kalimat tersebut mencerminkan apa yang mereka rasakan, seperti “saya benar-benar lelah” atau “saya merasa sangat tertekan”.

2.     Mengeluh Tentang Situasi

Mengeluh tentang situasi yang membuat kita tidak nyaman juga sering terjadi saat kita merasa stres. Lebih lanjut, keluhan ini bisa berbentuk kata-kata atau tingkah laku.

3.     Cerita atau Curhat

Ketika merasa stres, banyak orang yang cenderung menceritakan atau mencurhatkan perasaannya kepada orang terdekat. Hal ini bisa berbentuk percakapan langsung maupun melalui media sosial.

4.     Ekspresi Perasaan

Ekspresi perasaan yang menunjukkan emosi negatif, seperti marah, sedih, atau cemas juga menjadi salah satu bentuk stress language. Misalnya, seseorang bisa saja menunjukkan ekspresi wajah yang cemas atau tampak marah saat merasa stres.

Coping Stress

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stres. Coping stress terdiri dari dua jenis, yaitu focused emotional dan focused problem.

1.     Focused Emotional

Focused emotional merupakan cara mengatasi stres dengan mengolah emosi yang timbul akibat tekanan. Cara ini mengarahkan kita untuk lebih mengendalikan perasaan dan beradaptasi dengan situasi yang menimbulkan stres. Contoh dari focused emotional adalah meditasi, melakukan kegiatan yang disukai, atau mencari dukungan dari teman atau keluarga.

2.     Focused Problem

Sedangkan focused problem merupakan cara mengatasi stres dengan menghadapi masalah atau sumber tekanan secara langsung. Dalam hal ini, kita mencari solusi untuk mengatasi sumber stres tersebut. Seperti mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah pekerjaan atau mengurangi beban tanggung jawab.

Mana yang Lebih Baik, Focused Emotional atau Focused Problem?

Sebenarnya, tidak ada jawaban yang pasti mengenai mana yang lebih baik antara focused emotional dan focused problem. Karena setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Yang terpenting adalah mencari pendekatan yang paling sesuai dengan kondisi kita. Kombinasi dari keduanya juga bisa menjadi solusi yang efektif.

Mengetahui stress language yang kita miliki akan membantu kita dalam mengenali dan mengatasi stres yang dihadapi. Dengan memahami bentuk stress language, kita dapat lebih mudah mengenali dan menyampaikan perasaan kita kepada orang terdekat. Memilih antara focused emotional atau focused problem tergantung pada preferensi kita masing-masing. Bahkan kombinasi keduanya juga bisa sangat membantu. Jadi, sudahkah kamu menemukan stress language-nya?

Semakin kita mengenali diri kita sendiri, semakin mudah kita menghadapi tantangan hidup yang ada. Ingat, setiap persoalan pasti ada solusinya.

Baca Artikel Kami Lainnya: Kenapa Setiap Orang Memiliki Kadar Resiliensi yang Berbeda-beda?

Artikel oleh: Logos Indonesia.