Bagaimana Cara Terhindar Dari Emotional Blackmail?

Emotional blackmail merupakan bentuk dari manipulasi yang dilakukan seseorang untuk mengontrol perasaan dan tindakan orang lain agar sesuai dengan apa yang diinginkan.

Logos Indonesia – Apakah kamu pernah memiliki teman yang sangat sering meminta bantuanmu dan dia akan ngambek jika kamu tidak membantunya? Atau orang tuamu selalu mengontrol kehidupan mu dan mengancam mu jika kamu tidak mengikuti arahan mereka? Jika kamu mengalami kehidupan semacam itu, maka artikel ini sangat cocok untuk mu.

Kedua contoh di atas dinamakan dengan emotional blackmail. Dijelaskan pada artikel yang diterbitkan oleh magdalene, emotional blackmail merupakan bentuk dari manipulasi yang dilakukan seseorang untuk mengontrol perasaan dan tindakan orang lain agar sesuai dengan apa yang diinginkan.

Pelaku emotional blackmail bisa orang tua, teman, dan pasangan. Susan Forward yang merupakan seorang terapis menuliskan siklus yang terjadi dalam emotional blackmail dari pasangan pada artikel yang diterbitkan oleh Healthline, yaitu demand, resistance, pressure, dan threats.

Pada siklus demand, pelaku meminta korban untuk melakukan apa yang ia inginkan. Bahkan dalam kasus yang lebih serius, pelaku tidak meminta dalam bentuk kalimat, melainkan hanya dari ekspresi wajah dan gestur tubuh.

Siklus resistance merupakan kondisi dimana pelaku akan merasa senang jika korban menuruti apa yang diinginkan. Namun jika korban tidak melakukan apa yang diharapkan, korban akan dipojokkan.

Siklus pressure, merupakan tahap dimana memaksa korban dengan memberikan beberapa tekanan agar melakukan apa yang ia perintahkan. Pada siklus ini pelaku akan membuat korban merasa takut.

Siklus threats, merupakan kondisi dimana pelaku mulai mengancam dan membuat korban merasa bersalah karena tidak melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku. Korban akan dibuat seakan-akan kesalahan terjadi akibat dirinya.

Memiliki hubungan dengan orang yang melakukan emotional blackmail hanyalah membawa kita dalam kehidupan yang toxic. Namun, banyak orang yang terjebak dan tidak bisa keluar dari kehidupan tersebut.

Berikut beberapa cara agar terhindar dari emotional blackmail:

Jangan Menunjukkan Rasa Takutmu

Seorang pelaku emotional blackmail akan memanfaatkan rasa takut dan kelemahan yang dimiliki korban. Jika kamu terlihat takut, mereka akan beranggapan bahwa kamu adalah orang yang tepat untuk menjadi korbannya.

Alih-alih menunjukkan rasa takutmu, lebih baik mencoba tenang dan tegas dalam menentukan apa yang menjadi pilihanmu. Jika kamu bisa membantunya maka tidak ada salahnya untuk membantu. Namun jika kamu tidak bisa, lebih baik untuk menolak dengan tegas dan jangan terpengaruh dengan tipu daya yang dilakukan oleh pelaku.

Menerapkan SOS Sebelum Melakukan Permintaannya

Menerapkan SOS Sebelum Melakukan Permintaannya
Menerapkan SOS Sebelum Melakukan Permintaannya

SOS adalah singkatan dari Stop, Observe, dan Strategy. Sebelum menyanggupi apa yang diminta oleh pelaku, kamu bisa meminta waktu untuk berhenti sebentar dan berikan ruang untuk berpikir. Tujuannya adalah agar kamu tidak mengambil keputusan yang ceroboh.

Selanjutnya kamu bisa mengobservasi kira-kira apa yang akan terjadi jika kamu menyanggupi dan jika kamu menolaknya. Lakukan juga identifikasi reaksi, pikiran, emosi, ketakutan, dan pemicu diri sendiri.

Terakhir susunlah strategi apa yang akan kamu lakukan. Pastikan langkah yang kamu ambil tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi pelaku, melainkan juga keuntungan untuk dirimu sendiri. Pastikan kamu juga bisa menerima segala konsekuensi dari tindakan yang kamu ambil.

Dengan menerapkan SOS, kamu bisa mengambil langkah yang lebih bijak dalam menghadapi pelaku emotional blackmail.

Baca Artikel Kami Lainnya : Mengenal Fase dan Penanganan Rape Trauma Syndrome

Kembangkan Kemampuan Komunikasi Non Defensif

Kemampuan komunikasi non defensif merupakan kemampuan komunikasi yang tidak menimbulkan konflik, namun juga tidak sepenuhnya patuh terhadap permintaan seseorang. Kemampuan ini sangat dibutuhkan saat menghadapi pelaku emotional blackmail.

Contoh kalimat komunikasi non defensif adalah “maaf kalau keputusanku membuatmu kesal” atau “kita bicarakan ini jika kamu sudah mulai tenang.” Kalimat secam ini cenderung menghindari konflik.

Tentukan Batasan

Tentukan Batasan
Tentukan Batasan

Saat menghadapi pelaku emotional blackmail kita memang harus tegas. Kamu bisa menetapkan apa yang menjadi batasanmu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Batasan ini tentunya dibuat untuk memahami dirimu sendiri dan tidak mudah diperdaya oleh orang lain.

Sampaikan Apa yang Kamu Rasakan

Terkadang kita terlampau nyaman dengan seseorang. Hal ini yang membuat kita tidak berani menyinggung perasaannya dan akhirnya kita memendam apa yang sebenarnya mengganggu perasaan kita.

Memiliki hubungan semacam itu bukanlah hubungan yang sehat. Siapapun mereka, baik orang tua, teman, maupun pasangan, kamu berhak untuk menyampaikan perasaan mu. Jangan ragu mengungkapkan apa yang membuatmu tidak nyaman dan mengganggu. Percayalah, setelah mengungkapkan semuanya akan membuatmu menjadi lebih tenang.

Terbebas dari hubungan yang toxic membutuhkan keberanian dan kekuatan mental yang kuat. Memiliki hubungan yang toxic baik itu dengan orang tua, teman, maupun pasangan akan membuat kita dekat dengan berbagai masalah kesehatan mental. Jika hubungan itu membuatmu terganggu dalam menjalani kehidupan dan orang-orang disekitarmu, jangan ragu untuk mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi atau melakukan Konseling Online. Mendapatkan pertolongan sedini mungkin akan lebih baik untuk kesehatan mentalmu. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca Artikel Kami Lainnya : Kenali Emotional Blackmail dan Jenis-Jenisnya