Kenali Emotional Blackmail dan Jenis-Jenisnya

Hubungan yang sehat tidak akan memberikan keuntungan bagi satu pihak saja. Emotional blackmail merupakan bentuk dari emotional abuse yang dapat merendahkan harga diri orang lain.

Relationship, Sosial3461 Views

Logos Indonesia – Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk membangun hubungan dengan orang lain dibutuhkan hukum simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling membawa manfaat untuk satu sama lain. Namun hal ini sering kali dilupakan oleh sebagian orang, sehingga membangun hubungan yang toxic.

Memiliki hubungan dengan seseorang yang hanya menginginkan keuntungan untuk dirinya bisa terbilang toxic. Pasanya, mereka tidak berupaya untuk menjadikan dirinya bermanfaat untuk rekan atau pasangannya. Perilaku semacam itu merupakan bentuk dari sebuah manipulasi yang biasa dikenal dengan istilah emotional blackmail.

Artikel ini akan membahas mengenai apa sebenarnya emotional blackmail, jenis-jenis emotional blackmail, dan tanda terjebak dalam emotional blackmail.

Apa Itu Emotional Blackmail?

Apa Itu Emotional Blackmail
Apa Itu Emotional Blackmail

Emotional blackmail merupakan salah satu golongan dari emotional abuse, dimana pelaku tindakan ini dapat melukai dan merendahkan perasaan orang lain. Seperti yang tercantum pada healthline bahwa emotional blackmail adalah perilaku manipulasi yang membujuk atau mengendalikan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan. Orang yang melakukan emotional blackmail akan membuat orang lain patuh terhadap apa yang ia katakan.

Umumnya perilaku emotional blackmail ini dilakukan oleh pasangan dengan tujuan agar dapat mengontrol kehidupan pasangannya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Walaupun terkadang hal tersebut bukanlah sesuatu yang benar. Namun, tidak jarang juga emotional blackmail ini dilakukan oleh orang lain selain pasangan, seperti teman atau bahkan orang tua.

Bahayanya, korban dari emotional blackmail ini jika sudah berlangsung cukup lama maka akan merasa hidupnya tidak berarti, depresi, atau melakukan bunuh diri. Bahkan korban emotional blackmail yang mengalami hal tersebut sejak kecil bisa mengalami trauma dan menghambat perkembangan emosionalnya.

Jenis-Jenis Emotional Blackmail

Jenis-Jenis Emotional Blackmail
Jenis-Jenis Emotional Blackmail

Terdapat beberapa jenis emotional blackmail yang sering digunakan, yaitu:

Punishers

Punishers merupakan jenis orang yang melakukan emotional blackmail dengan menggunakan hukuman sebagai cara agar seseorang merasa bersalah. Hukuman dalam hal ini bisa berupa verbal, fisik, atau bahkan silent treatment.

Kalimat yang digunakan seorang punishers bisa seperti “Dengerin apa kata ku, atau kita putus?” contoh lainnya yaitu “Ku tampar kau kalau berani keluar malam!” Kalimat-kalimat semacam itu akan membuat korban mau tidak mau mengikuti apa perkataan pelaku.

Self punishers

Self punishers sendiri tidak jauh berbeda dengan punishers, keduanya menggunakan hukuman agar membuat orang lain merasa bersalah. Namun, pada self punishers, hukuman justru diberikan kepada korban, seperti ancaman akan melukai diri atau bahkan ancaman bunuh diri.

Kalimat yang digunakan seorang self punishers bisa seperti “Kalau kamu tinggalin aku, mending aku mati saja” atau bisa juga “Ibu ingin kamu nikah secepatnya, kalau tidak Ibu tidak mau lagi minum obat dan kontrol ke dokter” Perasaan tidak tega melihat orang yang disayang terluka akan membuat korban terpaksa melakukan apa yang diinginkan pelaku.

Baca Artikel Kami Lainnya : Atasi Workaholic Dengan Tips Berikut

Sufferers

Sufferers merupakan jenis orang yang melakukan emotional blackmail dengan menggunakan penderitaan yang dirasakannya untuk membuat orang lain merasa bersalah. Pelaku dalam hal ini akan mengumbar apa yang menjadi permasalahannya dan pada akhirnya membuat korban menjadi akibat dari permasalahan yang tengah ia hadapi.

Kalimat yang digunakan oleh sufferers bisa berupa “Aku menderita kayak gini tuh karena ulahmu juga” atau bisa juga “Coba kemarin kamu dengerin apa kata ku, pasti aku nggak akan semenderita ini” Walaupun penderitaan dirasakan oleh pelaku, namun rasa bersalah akan menyerang korban dan akhirnya melakukan apa yang diharapkan pelaku.

Tantalizers

Tantalizers merupakan jenis orang yang melakukan emotional blackmail dengan menggunakan janji-janji manis agar orang lain mau mengikuti apa yang diinginkannya. Tentunya janji manis ini hanya berupa janji dan tindakan yang dilakukan justru akan bertolak belakang.

Kalimat yang digunakan oleh tantalizers bisa berupa “Kalau kita balikan, aku janji nggak akan main tangan lagi” tapi setelah balikan pelaku akan tetap kasar dengan pasangannya. Kalimat semacam itu hanya diucapkan agar korban mau mengikuti apa yang diinginkan pelaku.

Bagaimana Tanda Terjebak Dalam Emotional Blackmail?

Tanda Terjebak Dalam Emotional Blackmail
Tanda Terjebak Dalam Emotional Blackmail

Seringkali korban dari emotional blackmail tidak menyadari kalau mereka sedang berada di posisi yang merugikan untuknya. Susan Forward menuliskan tanda-tanda seseorang terjebak dalam emotional blackmail dalam bukunya yang berjudul Emotional Blackmail: When the People in Your Life Use Fear, Obligation, and Guilt to Manipulate You.

Meminta hal yang tidak masuk akal

Awalnya pelaku akan bertindak dengan meminta dengan baik untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Tentunya larangan pelaku dalam hal ini tidak akan berdampak positif bagi korban, bahkan bisa berdampak negatif.

Melawan

Jika korban tidak ingin melakukan perintah pelaku, maka pelaku akan berusaha keras agar korban mengikuti apa yang diinginkan. Tanpa peduli penyebab dari usahanya tersebut.

Menekan

Hubungan yang sehat akan memberikan kebebasan dalam bertindak selama masih dalam hal positif. Hal ini berbeda dengan pelaku emotional blackmail, mereka akan berusaha menekan seseorang agar apa yang diinginkan dapat tercapai.

Mengancam

Selain menekan, pelaku emotional blackmail juga sering kali mengancam korban. Ancaman dalam hal ini bisa berupa verbal maupun non verbal.

Membuat korban menyerah

Kuatnya manipulasi dari pelaku emotional blackmail tidak jarang membuat korban menyerah dan akhir selalu menuruti apa keinginan dari pelaku.

Memanfaatkan kelemahan korban

Setiap orang memiliki kelemahan dan kelemahan dari korban akan menjadi senjata bagi pelaku emotional blackmail. Sedihnya lagi, kelemahan korban emotional blackmail tidak jarang adalah perasaan tidak ingin ditinggal oleh pelaku.

Memiliki hubungan dengan seorang pelaku emotional blackmail bukanlah hubungan yang sehat. Jika kamu merasa hubungan mu dengan teman, pasangan, atau bahkan orang tua melibatkan tindakan emotional blackmail,  jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain agar terbebas dari hubungan toxic tersebut. Kamu juga bisa mengunjungi Klinik Konsultasi Psikologi atau melakukan Konseling Online untuk tetap membantumu sehat secara mental.

Baca Artikel Kami Lainnya : Tips Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic Agar Mental Tetap Terjaga