Cara Mencegah Terjadinya Baby Blues Syndrome

Cara mencegah terjadinya Baby Blues Syndrome. Libatkan keluarga dan konsultasi dengan psikolog jika kondisi semakin memburuk.

Logos Indonesia Baby blues syndrome merupakan perubahan emosi yang ekstrem pada seorang wanita yang baru saja selesai melahirkan. Perubahan emosi ini mungkin saja berkaitan dengan adanya perubahan hormon ataupun kurangnya pengalaman dan informasi mengenai bersalin dan merawat anak yang baru saja lahir.

Tingkat stres yang dimiliki oleh orang tua yang baru saja melahirkan cenderung tinggi. Hal ini karena dalam merawat seorang anak sangat menyita waktu, emosi dan usaha yang besar. Bahkan mungkin saja kamu akan mementingkan kebutuhan fisiologis bayi dibandingkan kebutuhan fisiologis dirimu sendiri. Kurangnya tidur, telat makan dan suara tangisan yang tidak henti-hentinya memberikan tekanan dan rasa tidak nyaman.

Baca Artikel Kami Lainnya: Baby Blues Syndrome. Gangguan Emosi Yang Terjadi Setelah Melahirkan.

Sebelum kamu mengalami baby blues syndrome, akan ada baiknya jika mencegah hal tersebut terjadi. Dengan menambah informasi mengenai baby blues syndrome. Maka pikiranmu akan lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan kamu alami ke depannya.

Sehingga kamu tidak akan kaget dengan perubahan pola hidup setelah melahirkan. Selain itu ketika kamu menggali informasi lebih dalam mengenai baby blues syndrome. Secara tidak langsung kamu akan belajar cara mengasuh anak yang baik. Dilansir dari Hallo Sehat, berikut ini terdapat beberapa cara untuk mencegah baby blues syndrome atau sindrom baby blues.

Bicarakan Kekhawatiranmu Dengan Orang Yang Tepat

Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unplash

Jangan memendam kehadiranmu sendiri. Hal itu akan menambah stres pada dirimu. Akan lebih baik untuk membicarakan kekhawatiranmu dengan orang yang tepat. Seperti seseorang yang mampu memahami dirimu dan memberikan solusi yang terbaik. Salah satu orang tersebut adalah para psikolog yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Namun Jika kamu menganggap tidak terlalu perlu untuk ke psikolog. Maka kamu bisa menceritakan kekhawatiranmu itu kepada teman atau sahabat atau keluarga yang telah kamu percaya. Bicarakanlah terkait hal yang kamu takut, hal yang kamu cemaskan dan rasa kesedihan yang kamu rasakan saat ini.

Baca Artikel Kami Lainnya: Pahami 3 Jenis Komitmen Karyawan. Kamu Yang Mana?

Ketika kamu menganggap sepele hal tersebut, maka mungkin saja di kemudian hari kamu mengalami depresi pasca melahirkan. Ketika kamu mampu meluapkan emosi dengan baik, maka kamu tidak mudah stres dalam menjalani proses menuju kelahiran.

Bagi seorang ibu yang pertama kali akan memiliki bayi, tentu saja memiliki khawatiran terkait cara merawat anak. Jika kehadiranmu hal tersebut maka bicarakanlah kepada orang yang sudah berpengalaman seperti orang tuamu.

Carilah Kegiatan Yang Mampu Melepaskam Stres Dengan Baik

 

Langkah-langkah Melakukan Meditasi

Menjalani hari menuju kelahiran tentu membuat dirimu tertekan. Tapi jangan sampai kamu stress menghadapi hal tersebut. Sehingga untuk mengatasi rasa stres tersebut, kamu harus mengetahui kegiatan apa yang mampu melepaskan rasa stres itu dengan baik. Lakukanlah kegiatan tersebut setiap rasa stres itu muncul.

Kamu bisa melakukan meditasi, latihan pernapasan, melakukan hobi dan minat yang kamu sukai. Jika kegiatan tersebut mampu menyalurkan rasa emosimu dengan baik, maka lakukanlah. Jangan pernah kamu tahan emosi tersebut. Karena hanya akan memperburuk stres yang kamu miliki.

Jika rasa stressmu itu muncul karena kekhawatiranmu. Maka, jangan sungkan untuk membicarakannya kepada keluarga ataupun para ahli di bidangnya. Mungkin saja pikiran yang berlebihan tersebut hanya ada di bayanganmu saja dan tidak tentu menjadi kenyataan.

Jangan Langsung Berkomitmen Untuk Menjadi Orang Tua Yang Sempurna

Memiliki keinginan untuk menjadi orang tua yang sempurna bagi anak adalah hal yang baik. Namun jika caramu mampu memberikan dampak bagi anak maupun dirimu sendiri. Maka Apa yang kamu lakukan itu sangat bertolak belakang dengan istilah orang tua yang sempurna.

Kadang kala menjadi orang tua yang tidak sempurna lebih berdampak baik dibandingkan memperlakukan diri menjadi orang tua yang sempurna. Hal ini karena, terdapat keterpaksaan yang harus dilakukan ketika mewujudkan hal tersebut. Sedangkan keterpaksaan itu hanya memberikan dampak negatif saja.

Jadi jangan berekspektasi terlalu besar. Lakukanlah sesuai dengan realita maka kamu akan hidup bahagia. Hal ini karena tanggung jawab sebagai orang tua sangat sulit dan tidak mudah untuk dilakukan.

Jadi jika kamu melakukan kesalahan itu tidak apa-apa. Kesalahan tersebut tidak hanya menjadi bagian dari proses pembelajaran menjadi orang tua yang lebih baik lagi ke depannya.

Jadi jalanilah harimau lebih realistis dan santai. Hal tersebut akan meminimalisir adanya kekecewaan akibat ketidak sesuaian dengan harapanmu yang terlalu tinggi.

Libatkan Keluarga

Terapi keluarga pada penderita skizofrenia.

Peran keluarga sangat besar terhadap keberhasilan terhindarnya dari baby blues syndrome. Peran keluarga besar mampu memberikan support system yang sangat besar, tapi juga mampu memberikan sumber stres yang besar. Ketika keluargamu memberikan supor sistem yang besar terhadap dirimu selama menjalani hari-hari menuju persalinan maupun setelah persalinan. Maka kamu cenderung terhindar dari gejala baby blues syndrome.

Namun berbeda situasinya jika keluargamu memberikan kritik yang sangat pedas terhadap yang kamu lakukan saat ini. Kritikan yang negatif tersebut mampu memberikan dampak stres yang tinggi terhadap seorang ibu ataupun calon ibu. Karena itu, memberikan pemahaman yang dapat dimengerti oleh pihak keluarga mengenai kondisimu saat ini pasangan penting. Jangan sampai kamu menahan emosi negatif, seperti perkataan mereka yang mampu menyinggung dirimu.

Selain itu jangan pernah sungkan untuk meminta dukungan keluarga secara fisik maupun mental. Seperti meminta tolong merawat bayi beberapa jam agar dirimu bisa beristirahat.

Baca Artikel Kami Lainnya: Bagaimana Warna Bisa Mempengaruhi Emosi Seseorang? Pembahasan Tentang Psikologi Warna.

Artikel oleh: Logos Indonesia.